Mengenal Geulayang, Permainan Lintas Usia dari Aceh yang Sarat Nilai Budaya
Bagi masyarakat Aceh, geulayang ini dipercaya sebagai warisan Edatu atau nenek moyang mereka.
Bermain jadi aktivitas yang disukai oleh anak-anak. Aktivitas ini akan membawa kita nostalgia ke masa kecil saat bermain bersama teman-teman sebaya. Melalui bermain, anak-anak bisa mengenal kreativitas dan meningkatkan rasa ingin tahu.
Indonesia memiliki banyak permainan tradisional, sebut saja petak umpet, engklek, hingga lompat tali. Di Aceh, terdapat satu permainan populer yang sampai saat ini masih dimainkan oleh berbagai kalangan usia bernama geulayang.
-
Dimana festival layang-layang diadakan? Suasana Pantai Parangkusumo terasa berbeda pada hari Sabtu, 15 Juli 2023. Tampak layang-layang berukuran besar dengan berbagai macam bentuk menghiasi langit tempat wisata populer di Kabupaten Bantul itu.
-
Apa itu layang-layang? Layang-layang adalah sebuah mainan terbang yang terbuat dari kerangka ringan yang dilapisi dengan bahan tipis seperti kertas, kain, atau plastik.
-
Apa saja yang dilombakan dalam festival layang-layang? Ada lima kategori lomba yang dipertandingkan dalam festival ini, antara lain lomba layangan tradisional, layangan tiga dimensi, train naga, train naga mini, dan rokaku challenge.
-
Kapan Festival layang-layang diselenggarakan? Acara lomba layangan ini digelar selama dua hari yaitu pada 15-16 Juli 2023.
-
Kapan warga Klaten bermain layang-layang hias? Sore hari di akhir Bulan Juli menjadi waktu yang cocok untuk bermain layang-layang.
-
Mengapa tradisi Peutron Aneuk penting bagi masyarakat Aceh? Wujud pelaksanaan Peutron Aneuk ini tak hanya sekedar tradisi turun-temurun saja. Tetapi, tradisi ini memiliki makna dan arti yang begitu mendalam khususnya bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
Secara umum, geulayang sama seperti layangan pada umumnya. Permainan yang satu ini pasti tidak asing dan sudah dimainkan di manapun. Bagi masyarakat Aceh, geulayang ini dipercaya sebagai warisan Edatu atau nenek moyang mereka.
Penasaran dengan asal-usul dan nilai budaya yang terkandung pada Geulayang ini? Simak informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Permainan Lintas Usia
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, geulayang merupakan permainan populer di Aceh. Hampir dari seluruh kalangan usia, miskin maupun kaya pasti menyukai permaianan yang satu ini.
Layang-layang sendiri telah menjadi bagian dari kebudayaan Tiongkok sekitar 2.400 tahun yang lalu. Pada abad ke-4, seorang pelindung seni dan filsuf asal Tiongkok menciptakan layangan berbentuk merpati kemudian dinaikkan ke udara dengan bantuan angin.
Sejauh ini, tidak ada bukti yang jelas jika budaya Tiongkok ini disebarkan hingga ke daerah Aceh. Selama ini masyarakat setempat hanya mengetahui jika geulayang ini adalah permainan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan secara turun-temurun.
Jenis Geulayang
Ada dua jenis geulayang yang populer di kalangan masyarakat Aceh. Pertama ada geulayang maco yang biasa dimainkan sehari-hari oleh anak-anak Aceh. Bentuknya sederhana menyerupai eungkot maco atau ikan berkepala runcing dan ekor panjang.
Sedangkan yang kedua ada geulayang kleueng yang paling dikagumi. Hal ini dikarenakan bentuknya yang menyerupai elang yang terbentang sayapnya. Maka tak heran jika geulayang yang satu ini kerap disebut dengan geulayang sayeuep.
Untuk permainan adu layangan di Aceh memang sedikit berbeda dari daerah lain. Geulayang ini cenderung adu "vertikal" di atas kepala. Layangan yang berada paling depan (memimpin) adalah pemenangnya.
Dimainkan Pasca Panen
Dulunya permainan geulayang ada musimnya tersendiri, tepatnya setelah panen hingga masa tanam berikutnya atau disebut dengan luah blang. Sehabis panen banyak area persawahan yang luas seperti lapangan, biasanya digunakan oleh masyarakat untuk bermain layangan.
Selain dimainkan sehari-hari, geulayang ini juga diperlombakan yang diikuti oleh meunasah/gampong. Setiap gampong diwakili satu geulayang untuk diikutsertakan. Setiap warga gampong ikut berperan dalam kelompok dengan membagi tugas untuk mendukung tim gampongnya.
Namun seiring berjalannya waktu, geulayang ini dimainkan secara individu dan sudah diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Dikutip dari berbagai sumber, tahun lalu baru saja digelar perlombaan Geulayang Tunang yang diikuti 23 Kabupaten dan Kota di Aceh.
Sarat Nilai Budaya
Geulayang tak sekadar keahlian dan ketangkasan individu saja. Namun, permainan ini memerlukan kerja sama yang baik seperti layaknya tim. Setiap anggota harus menjalankan tugasnya dengan baik, mulai dari penggulung benang, peng-anjong (orang yang melambungkan layangan) hingga pengendali layangan.
Semua anggota ini harus bisa bersatu padu dan bekerja sama agar geulayangan bisa terbang dengan baik. Selain kerja sama tim, bermain geulayangan tentunya juga butuh kesabaran yang tinggi.
Layangan pun tidak seterusnya bisa diterbangkan dengan mudah. Biasanya akan jatuh berkali-kali sebelum akhirnya bisa terbang tinggi, kuncinya adalah sabar.