Ramai di Sosmed, Ini Sejarah Pacu Jalur Lomba Agustusan Khas Kuantan Singingi
Sejarah lomba pacu jalur kebanggaan masyakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Sejarah lomba pacu jalur kebanggaan masyakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.
Ramai di Sosmed, Ini Sejarah Pacu Jalur Lomba Agustusan Khas Kuantan Singingi
Tradisi pacu jalur adalah sebuah perlombaan mendayung khas masyarakat di Kabupaten Kuansing, Provinsi Riau.
Festival Pacu Jalur biasanya diadakan setiap tahun pada bulan Agustus, berdekatan dengan momen peringatan Hari Kemerdekaan RI. Video merekam lomba pacu jalur ini pun tengah ramai beredar di media sosial Tiktok dan sukses membuat banyak orang penasaran. Simak sejarahnya:
Lomba Pacu Jalur
Perlombaan mendayung ini biasanya diikuti oleh sekitar 50 sampai 60 orang, yang disebut sebagai anak pacu.
Mereka akan menaiki sebuah perahu dari kayu gelondongan atau kayu utuh tanpa sambungan.
Masyarakat setempat menyebutnya sebagai jalur.
Oleh karena itu, lomba ini kemudian ramai disebut sebagai pacu jalur.
Dari puluhan peserta yang ada di atas jalur, mereka memiliki tugas yang berbeda-beda.
Pertama ada yang bertugas sebagai Tukang Concang atau komandan pemberi aba-aba.
Kemudian Tukang Pinggang atau juru mudi, dan Tukang Onjai yang memberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyangkan badan.
Tak kalah mencuri perhatian ialah posisi Tukang Tari yang ada di depan.
Dia memiliki fungsi membantu Tukang Onjai memberi tekanan yang seimbang agar jalur dapat berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama.
Konon, pemenang pacu jalur tidak bergantung pada kekuatan pendayung semata.
Namun, ada juga faktor magis dari kayu yang dijadikan sebagai jalur.
Selain itu, masyarakat setempat juga percaya jika kemampuan pawang dalam mengendalikan jalur cukup berpengaruh.
Sejarah Pacu Jalur
Melansir dari laman kotajalur.kuansing.go.id, sejarah pacu jalur ternyata sudah ada sejak abad ke-17. Pada zaman dulu, jalur digunakan sebagai alat transportasi utama warga desa di sepanjang Sungai Kuantan. Lama kelamaan, mulai bermunculan papan jalur yang diberi ukiran indah. Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial.
Sebab, dulu hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu.
Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik.
Kemudian mulai digelar acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.