Mengenal Pacu Kude, Tradisi Unik Menyambut Hari Kemerdekaan Khas Masyarakat Aceh Tengah
Pacu Kude, tradisi balap kuda dalam menyambut hari kemerdekaan yang dilakukan masyarakat Aceh Tengah.
Dalam menyambut perayaan hari kemerdekaan, setiap daerah memiliki tradisi unik. Salah satunya Pacu Kude dari Aceh Tengah.
Mengenal Pacu Kude, Tradisi Unik Menyambut Hari Kemerdekaan Khas Masyarakat Aceh Tengah
Mengenal Pacu Kude
Tradisi Pacu Kude adalah lomba pacuan kuda tradisional dengan joki tanpa menggunakan pelana. Pacu Kude menjadi acara yang mampu menyedot perhatian masyarakat sekitar untuk menonton. Sekarang, Pacu Kude sudah digelar rutin sebagai pariwisata di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
-
Kenapa Pacu Itiak jadi tradisi? Pacu Itiak ini bukanlah hanya kegiatan masyarakat Payakumbuh saja, tetapi dari kegiatan ini juga ada nilai-nilai budaya dan moral yang bisa kita petik. Beberapa di antaranya yaitu nilai kejujuran, patriotisme, persaingan, harmonis, kerjasama dan pastinya hiburan.
-
Apa itu tradisi Paculan? Paculan konon bisa memanggil rezeki bagi pengantin setelah menikah. Ada banyak tradisi di Indonesia untuk memeriahkan hari bahagia pernikahan. Di wilayah Serang, Provinsi Banten, Paculan jadi salah satunya.
-
Kue apa yang khas di Aceh? Kue yang mirip dengan bolu ini merupakan salah satu makanan khas Aceh yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
-
Apa tradisi unik warga Cipondoh sambut HUT RI? Salah satu acara yang unik adalah mencuci bendera merah putih di ember yang dilakukan oleh warga di Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Mengapa tradisi Peutron Aneuk penting bagi masyarakat Aceh? Wujud pelaksanaan Peutron Aneuk ini tak hanya sekedar tradisi turun-temurun saja. Tetapi, tradisi ini memiliki makna dan arti yang begitu mendalam khususnya bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
Punya Peran Penting
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pacu Kude pertama kali digelar pada 1850. Sebelum orang Gayo mengenal kendaraan, kuda menjadi moda transportasi utama. Maka dari itu, kuda memiliki peranan penting dalam berbagai kegiatan sehari-hari.
Pelaksanaan Pacu Kude
Masih mengutip dari sumber serupa, Pacu Kude biasa digelar saat pagi dan sore hari tepatnya setelah salat asar. Pada perlombaan tersebut, tidak disediakan hadiah untuk para joki, melainkan memperoleh "gah" atau nama besar. Selepas Pacu Kude, masyarakat melanjutkan agenda perayaan atau syukuran luah munoling (panen padi).
Adapun versi lain Pacu Kude, yaitu kegiatan "iseng" mud mudi setelah panen padi. Kuda-kuda yang berkeliaran saat Lues Belang yang kemudian ditangkap menggunakan kain sarung kemudian dipacu. Tak disangka, kebiasaan-kebiasaan tersebut lambat laun menjadi acara kegiatan rutin sejak 1930-an. Lomba tersebut melibatkan kuda-kuda serta joki yang mewakili kampung masing-masing.
Pacu Kude dari Masa ke Masa
Pacu Kude telah melewati berbagai zaman termasuk saat masa penjajahan Hindia Belanda. Pada 1912, Belanda sempat menggelar Pacu Kude, yang bertujuan untuk memeriahkan ulang tahun Ratu Belanda setiap 31 Agustus. Berpindah ke penjajahan Jepang, Pacu Kude sempat meredup di kalangan masyarakat Gayo. Hal ini lantaran kuda-kuda mereka diambil alih tentara Jepang.
Pasca kemerdekaan pada 1950-an, Pacu Kude akhirnya kembali digelar. Semakin hari, acara ini semakin ramai dan antusias masyarakat terbilang tinggi. Bahkan, tempatnya sempat dibuat agak tinggi dibandingkan dengan lapangan lainnya yang bernama Buntul Kenawat. Tempat ini terkenal dengan para berkumpulnya kuda-kuda dan joki.
Meriahkan HUT RI
Seiring berjalannya waktu, Pacu Kude akhirnya dikelola Pemkab Aceh Tengah. Sampai akhirnya tradisi ini digelar untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Seiring makin berkualitasnya kuda pacuan, para joki juga mulai memakai pelana dan alat keamanan lainnya saat memacu kuda. Biasanya digunakan saat bertanding di Kelas A dan bukan di kuda lokal.