Paculan jadi Tradisi Pernikahan Unik di Serang, Pengantin Diberi Kalung Uang agar Terbuka Rezekinya
Tradisi paculan lazim dilaksanakan untuk memeriahkan resepsi di dalam sebuah pernikahan.
Paculan konon bisa memanggil rezeki bagi pengantin setelah menikah.
Paculan Jadi Tradisi Pernikahan Unik di Serang, Pengantin Diberi Kalung Uang agar Terbuka Rezekinya
Ada banyak tradisi di Indonesia untuk memeriahkan hari bahagia pernikahan. Di wilayah Serang, Provinsi Banten, Paculan jadi salah satunya.
-
Bagaimana tradisi kupatan di Serang dilakukan? Ketupat kemudian dibelah dan dibagikan kepada warga yang sudah hadir di dalam masjid. Masyarakat akan bersama-sama memakan sajian tersebut untuk memeriahkan peringatan Isra Miraj, sekaligus merekatkan tali silaturahmi antar warga.
-
Dimana tradisi kalung uang ada? Namun, keunikan ini tidak hanya dimiliki oleh Madura. Sebuah tradisi serupa juga terjadi di wilayah Jawilan, Banten, dengan tradisi Paculan.
-
Dimana tradisi kupatan dilakukan di Serang? Mengutip kanal YouTube Jaman Bengen, tradisi Rajaban atau kupatan ini menjadi acara yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Serang dan sekitarnya.
-
Tradisi unik apa yang ada di Palembang? Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam menyambut datangnya Idulfitri. Seperti halnya di Bumi Andalas atau Palembang yang memiliki tradisi bernama rumpak-rumpakan.
-
Apa itu Pariban dalam pernikahan Batak? Arti Pariban Melansir dari beberapa sumber, istilah Pariban berarti saudara sepupu. Contohnya, anak laki-laki akan memanggil Pariban kepada anak perempuan dari Tulang atau pamannya. Begitu juga sebaliknya, anak perempuan akan menyebut Pariban kepada anak laki-laki dari Namboru atau saudara perempuan ayah.
-
Kenapa pengantin Madura dikasih kalung uang? Tujuan dari Paculan, seperti diungkapkan oleh Mulyadi, salah satu warga yang dengan bangga merawat tradisi ini, adalah untuk membawa berkah dan kelimpahan bagi kedua pengantin, sehingga kehidupan mereka dihiasi dengan keberlimpahan harta dan rezeki.
Tradisi paculan lazim dilaksanakan untuk memeriahkan resepsi di dalam sebuah pernikahan. Paculan akan dimulai dengan memasangkan kalung uang kepada kedua mempelai oleh anggota keluarga mereka. Paculan saat ini masih terus dilestarikan oleh warga di wilayah Kecamatan Jawilan dan sekitarnya, sebagai upaya membuka pintu rezeki bagi para pengantin. Berikut informasi selengkapnya.
Ungkapan kebahagiaan
Pernikahan merupakan momen yang membahagiakan bagi kedua pihak yang sudah mengikat janji suci. Agar rasa senang itu bisa bertahan selamanya, maka pihak keluarga mengadakan tradisi Paculan. Masyarakat di wilayah Jawilan mengartikan Paculan sebagai simbol suka cita, sekaligus hadiah untuk kedua pengantin. “Wilayah Jawilan ini memang sudah terbiasa mengadakan acara Paculan ini, sebagai tradisi adat,” kata salah satu warga, Mulyadi, mengutip SCTV Banten, Kamis (27/7).
Agar rezeki pengantin mengalir
Selanjutnya, tradisi Paculan juga diartikan sebagai cara untuk menghindari kesulitan rezeki dari mempelai, termasuk anggota keluarga mereka. Secara bahasa Paculan merupakan kegiatan menyawer pengantin. Paculan akan dilangsungkan saat seluruh rangkaian pernikahan dengan adat Sunda sudah dilaksanakan. Waktunya bisa sore ataupun malam hari, tergantung kesepakatan dari sang empunya hajat. “Paculan ini tuh dilakukan supaya si pengantin berkah dan banyak miliknya, banyak uangnya,” lanjut Mulyadi.
Tata cara Paculan
Biasanya, Paculan akan dimulai dengan pemanggilan pengantin ke atas panggung untuk duduk menghadap ke tamu. Kemudian perwakilan dari kedua belah pihak ikut mendampingi dan mulai memasangkan kalung uang ke kedua mempelai. Setelah uang terpasang, sesepuh adat akan medoakan agar keduanya bahagia hingga akhir waktu. Terakhir, keluarga langsung menebar uang (sawer) kepada kedua belah pengantin sebagai bentuk rezeki yang terus tercurah. Tak jarang kedua pengantin sampai tenggelam di uang yang disawer.
“Ini itu kita sawer-sawer uang, untuk cari keberkahan, biar pengantinnya banyak miliknya, banyak uangnya,”
kata dia melanjutkan.
merdeka.com
Turun-temurun
Mulyadi menambahkan jika budaya Paculan memang sudah lama dan identik dengan warga Serang, termasuk sebagian Pandeglang.
“Ini sudah lama dilakukan, jadi tidak menghilangkan tradisi nenek moyang, bahkan dari saya belum lahir juga sudah ada,” lanjut dia. Dari Paculan ini juga terlihat masing-masing anggota keluarga yang ikut untuk mempererat tali silaturahmi, sekaligus menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras lagi ketika uang untuk paculan sedikit.