Serba-serbi Meugang dari Aceh saat Hari Raya Iduladha, Tradisi Menikmati Daging Bersama Keluarga
Biasanya tradisi ini dilaksanakan ketika hari raya Idulfitri. Namun di Aceh, Meugang juga berlaku untuk merayakan hari raya Iduladha.
Biasanya tradisi ini dilaksanakan ketika hari raya Idulfitri. Namun di Aceh, Meugang juga berlaku untuk merayakan hari raya Iduladha.
Serba-serbi Meugang dari Aceh saat Hari Raya Iduladha, Tradisi Menikmati Daging Bersama Keluarga
Provinsi Aceh terkenal dengan budaya Islam yang begitu kental dan melekat di setiap lapisan masyarakatnya. Dalam rangka menyambut hari raya Iduladha, umat Islam di Aceh biasanya akan melakukan sebuah tradisi yang disebut Meugang.
Kata Meugang pastinya sudah tidak asing lagi. Biasanya tradisi ini dilaksanakan ketika hari raya Idulfitri. Namun di Aceh, Meugang juga berlaku untuk merayakan hari raya Iduladha.
-
Bagaimana cara merayakan Idul Adha? Di waktu istimewa ini, saling berbagi ucapan menjadi hal yang tak boleh dilewatkan.
-
Apa yang dirayakan pada Idul Adha? Idul Adha yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban adalah salah satu hari besar dalam kalender Islam yang dirayakan dengan penuh makna oleh umat Muslim di seluruh dunia.
-
Apa itu Idul Adha? Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Kurban, karena pada hari itu umat Islam yang mampu diwajibkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
-
Apa yang dirayakan di Idul Adha? Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu momen penuh makna dan berkah bagi umat Islam di seluruh dunia.
-
Apa yang dilakukan Gegeb saat merayakan Idul Adha? Gegeb terlihat mencium tangan ibunya sepulang salat Idul Adha. Gegeb juga sungkem, memohon maaf atas kesalahan yang disengaja maupun tidak.
Tradisi ini sudah cukup mendarah daging di masyarakat Aceh. Mereka pastinya tidak ketinggalan untuk melaksanakan Meugang bersama keluarga, kerabat, bahkan yatim piatu. Tak hanya itu, hampir seluruh daerah Aceh menggelar tradisi tersebut sehingga sudah mengakar dalam masyarakatnya.
Penasaran dengan serba-serbi tradisi Meugang saat hari raya Iduladha? Simak informasinya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Sejarah Meugang
Mengutip itjen.kemdikbud.go.id, tradisi Meugang sudah ada sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam tahun 1607 silam di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Saat itu pihak kerajaan Aceh Darussalam akan menggelar Meugang yang dihadiri langsung oleh sultan, menteri, pembesar kerajaan, hingga ulama besar. Pada hari tersebut sang raja turut membagikan daging, pakaian, dan beras kepada kaum miskin dan duafa.
Lebih dari itu, Meugang dulunya adalah bagian dari sebuah tanggung jawab sang sultan kepada rakyatnya yang masih belum sejahtera. Maka, ia pun membantu rakyatnya melalui satu hukum yang mengatur pelaksanaan Meugang ini.
Digelar Tiga Kali dalam Setahun
Mengutip Liputan6.com, tradisi Meugang akan dilaksanakan selama tiga kali dalam setahun. Mulai dari menyambut Ramadan, Hari Raya Idulfitri, dan Iduladha. Masyarakat Aceh tentu akan menggelar tradisi ini dengan cara yang istimewa.
Meski namanya dikenal dengan Meugang, akan tetapi ada beberapa istilah lainnya yang merujuk pada tradisi serupa, sebut saja Mak Meugang, Haghi Mamagang, Uroe Meugang, atau Uroe Keuneukoh.
Menyumbang Kurban bagi yang Mampu
Pada hari pelaksanaan Meugang, masyarakat yang mampu akan menyumbang sapi untuk disembelih baik secara pribadi atau gotong royong. Nantinya daging tersebut akan dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu.
Saat waktu pembagian, panitia Meugang juga berinisiatif untuk memasak daging sembelih tersebut dan bisa disantap oleh masyarakat sembari menunggu giliran mendapatkan daging.
Rasa Kebersamaan yang Tinggi
Manfaat yang bisa dipetik dari setiap jengkal pelaksanaan Meugang ini bisa kita rasakan langsung. Seluruh prosesnya ini dilakukan secara bersama-sama mulai dari pembagian, memasang, hingga menyantap.
Momen Meugang ini menjadi sangat bermakna karena setiap kerabat, keluarga, bahkan hingga tetangga sekitar saling berinteraksi satu sama lain sehingga meningkatkan rasa silaturahmi. Lebih dari itu, nilai kekeluargaan pun juga menjadi begitu berkualitas saat pelaksanaan Meugang.
Di daerah pedesaan yang masih kental dengan adat istiadat Aceh, seorang menantu laki-laki yang masih menetap di rumah mertua mempunyai kewajiban membawa pulang daging saat Meugang.
Masakan Khas Meugang
Dalam mengolah daging saat pelaksanaan tradisi Meugang ini menghadirkan cita rasa lokal yang begitu tinggi. Setiap daerah yang melaksanakan tentunya akan mengolah daging sesuai dengan masakan khasnya masing-masing, seperti di Pidie, Bireun, Aceh Utara yang mengolahnya menjadi kari dan sop daging.
Di daerah lain seperti Aceh Besar, daging diolah menjadi daging asam keueung, sie reuboh, rendang, dan sop daging. Sementara di Kabupaten Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan daging meugang biasanya dibuat gulai merah dengan ciri khas rasa pedas menyerupai masakan Padang, Sumatra Barat.