Mengenal Gelek Gelombang, Seni Bela Diri Masyarakat Suku Kluet yang Mulai Dilupakan
Ciri khas dari tarian ini adalah gerakannya yang diubah, dalam artian ada yang maju, mundur, ke kiri, atau ke kanan.
Bangsa Indonesia begitu terkenal dengan keragaman sukunya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku memiliki tradisi, adat, dan budaya yang sudah menjadi ciri khas dan mengakar kuat di dalam lapisan masyarakatnya.
Hal tersebut juga tergambarkan dalam Suku Kluet atau Kulewat yang termasuk dalam rumpun Batak Utara yang tersebar di daerah Aceh Selatan. Mereka memiliki salah satu kesenian tradisional yang ikonik namun keberadaannya sudah mulai menghilang yaitu Gelek Gelombang.
-
Kenapa Kesenian Kutukuprak sekarang sudah punah? Di sana disebutkan penyebab punahnya karena terjadinya perubahan sosial masyarakat, terutama setelah wilayah tersebut dijadikan sebagai bendungan.
-
Bagaimana cara masyarakat Bangka Belitung menjaga lingkungan melalui Kelekak? Kelekak dilakukan dengan sengaja agar lahan yang sudah tidak ditanami oleh suatu tumbuhan akan digantikan dengan tanaman buah seperti durian, cempedak, duku, dan jenis tanaman lainnya. Seluruh tanaman tersebut ditinggal dan dibiarkan tumbuh hingga menjadi hutan tanaman buah di kemudian hari.
-
Apa isi tarian Gending Sriwijaya? Tarian ini dipentaskan di Halaman Masjid Agung Palembang yang ditambahkan dengan 'Tepak' yang berisi kapur, sirih, pindang, dan ramuan lainnya yang dipersembahkan sebagai ungkapan rasa bahagia.
-
Apa yang diceritakan Tari Kretek Kudus? Tari Kretek merupakan sebuah tari kolosal yang menceritakan keseharian para buruh rokok di Kudus.
-
Apa nama tradisi musik air di Klaten? Mereka mementaskan pertunjukan musik bernama “ciblon musik air“.
-
Apa itu Gamelan Kodok Ngorek? Salah satu bukti peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon adalah seperangkat Gamelan Kodok Ngorek yang kini tersimpan utuh di Museum Benda Pusaka Keraton Kasepuhan.
Gelek Gelombang sendiri adalah sebuah karya seni dari masyarakat Suku Kluet yang pertama kali ditemukan di Desa Alai oleh Hasan Basri pada tahun 1970-an. Ciri khas dari tarian ini adalah gerakannya yang diubah, dalam artian ada yang maju, mundur, ke kiri, atau ke kanan.
Kesenian yang satu ini memang secara kasat mata mirip seperti gerakan silat atau seni bela diri. Hal ini menjadi simbol dari kesenian bela diri yang dimiliki oleh Suku Kluet.
Asal-usul Gelek Gelombang
Dihimun dari situs bbg.ac.id, Gelek sendiri merupakan "Penggerakan yang diubah" dalam artian gerakan yang diubah. Dalam praktiknya, ada gerakan kadang-kadang maju, mundur, ke kiri, atau ke kanan.
Sementara itu gelombang adalah "benuk gaya atau gerakan dari gelek tersebut, sama halnya seperti gelombang di lautan. Seiring berlajannya waktu, Gelek Gelombang kerap digunakan sebagai selingan acara adat yang ada di Desa Alai.
Gelek Gelombang dilakukan secara berkelompok dan dipimpin oleh satu orang dengan diawasi pelatih atau pembina. Kesenian ini sering ditampilkan saat acara khitanan, pernikahan, hingga menyambut tamu-tamu penting seperti bupati dan gubernur.
Tidak Boleh Sembarangan
Dikutip dari akun instagram @acehplus, dalam mengundang anggota Gelek Gelombang ke acara adat atau acara lainnya tidak boleh sembarangan. Semua harus mengikuti adat-istiadat yang berlaku di kampung tersebut.
Apabila ingin mengundang, si pengundang harus menyerahkan batee pinang ceranoe kepada pengurus atau pelatih Gelek Gelombang. Barulah sang pelatih mengumumkan kepada anggotanya jika mendapat undangan. Kemudian anggota Gelek Gelombang akan latihan terus menerus agar dapat tampil maksimal.
Apabila acara sudah selesai, pinang ceranoe akan dikembalikan lagi kepada pemilik acara sebagai pertanda penampilan Gelek Gelombang sudah selesai. Secara umum, Gelek Gelombang tidak jauh berbeda dengan gerakan silat atau bela diri pada umumnya, kesenian ini memiliki 9 gerakan utama.
Gerakan Gelek Gelombang
Dalam penampilannya, tarian Gelek Gelombang memiliki 9 gerakan. Pertama ada gerakan penghormatan dengan memperlihatkan pemimpin mengucapkan kata "siap mulai". Gerakan kedua adalah gerakan tepak, kemudian gerakan ketiga dikenal dengan gerakan siku, keempat disebut dengan gerakan siku meutingkat.
Gerakan kelima disebut dengan gerakan bungong yaitu melakukan gerakan sesuai arahan pemimpin setelah berteriak "bungong, hoop". Disusul gerakan keenam yaitu gerakan bungong meutingkat, gerakan ketujuh disebut gerakan jaroe, kedelapan ada gerakan jaroe meutingkat, dan yang terakhir ada gerakan penyerahan pinang ceranoe di depan pemimpin.