Mengenal Tari Gending Sriwijaya, Tarian Penyambut Tamu pada Masa Penjajahan Jepang
Tarian ini dibawakan oleh gadis Palembang untuk menerima tamu penting.
Tarian ini dibawakan oleh gadis Palembang untuk menerima tamu penting.
Mengenal Tari Gending Sriwijaya, Tarian Penyambut Tamu pada Masa Penjajahan Jepang
Palembang tak hanya terkenal dengan makanan khasnya, melainkan juga tradisi dan budayanya yang begitu beragam dan unik. Salah satu budaya Palembang yang terkenal adalah Tari Gending Sriwijaya.
Kesenian tradisional ini dibawakan oleh gadis-gadis Palembang dengan penuh kegembiraan dan sukacita. Biasanya, tarian ini dipentaskan untuk menyambut tamu penting yang datang ke Palembang.
-
Mengapa Tari Petake Gerinjing penting bagi budaya Indonesia? Kemudian, tarian ini bukanlah hanya sekedar seni tradisional saja, tetapi juga menjadi sarana menyampaikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan pesan moral.
-
Apa itu Tari Gandrung? Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tarian khas Banyuwangi ini berasal dari kata 'Gandrung' dalam bahasa Jawa artinya 'Tergila-gila' atau 'Cinta habis-habisan'.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Bagaimana Tari Gandrung diiringi? Salah satu ciri khas Tari Gandrung adalah melibatkan penari wanita profesional yang mengajak menari bersama tamu terutama pria dengan iringan musik berupa gamelan.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Dimana tari tradisional berkembang? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu.
Sejarah Singkat
Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tarian ini lahir ketika masa penjajahan Jepang. Saat itu, Pemerintah Jepang meminta kepada Karesidenan Palembang untuk membuat lagu dan tarian untuk menyambut tamu yang datang ke Sumatra.
Permintaan itu segera dipenuhi oleh Karesidenan Palembang pada 1942 hingga 1943. Meski sempat mengalami penundaan dalam pembuatan musik dan gerakan tari, sekira tahun 1943 proyek ini kembali dilanjutkan.
Digarap Oleh Ahlinya
Proses pembuatan lagu dan tari penyambutan tamu ini melibatkan beberapa tokoh ahli. Bagian lagu, digarap oleh Nuntjik A.R yang pada saat itu sudah dikenal sebagai seorang sastrawan dan wartawan. Dalam proyek ini, ia bekerja sama dengan komponis asli Palembang bernama Achmad Dahlan Mahibat.
Setelah pengerjaan lagu selesai, bagian tari dikerjakan oleh Miss Tina haji Gung yang dibantu oleh Sukaenah A. Rozak. Keduanya merupakan ahli di bidang tari dan adat budaya Palembang.
Tampil Didepan Kolonel Jepang
Setelah melewati rangkaian persiapan, Tari Gending Sriwijaya pun siap dipentaskan, tepatnya pada bulan Mei 1945 di depan Kolonel Matsubara, Kepala Pemerintahan Umum Jepang. Penampilan perdana ini masih dalam tahap uji coba.
Anggota yang mengisi barisan penari Tari Gending ini mayoritas para nyonya pejabat yang dibantu oleh anggota grup Bangsawan Bintang Berlian.
Resmi Ditampilkan
Setelah melewati rangkaian percobaan, Tari Gending Sriwijaya resmi dibawakan pada tanggal 2 Agustus 1945 dalam rangka menyambut pejabat Jepang dari Bukittinggi.
Tarian ini dipentaskan di Halaman Masjid Agung Palembang yang ditambahkan dengan "Tepak" yang berisi kapur, sirih, pindang, dan ramuan lainnya yang dipersembahkan sebagai ungkapan rasa bahagia.
Saat masa kemerdekaan, Tari Gending Sriwijaya masih konsisten dibawakan untuk menyambut para tamu resmi pemerintahan yang berkunjung ke Sumatra Selatan.