Kisah Inspiratif Anak Penjaga Hutan Wanagama, Bisa Kuliah S3 ke Jepang
Tinggal di hutan sejak kecil membuat Sawitri menjadi lebih dekat dengan alam. Sehari-hari Sawitri bermain dan belajar dengan pepohonan di sekitarnya dan diselingi dengan membaca buku. Hal itulah yang mengantarnya untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi yaitu gelar doktoral.
Sejak tahun 1991, Tukiyat menjadi seorang penjaga Hutan Wanagama yang dikelola oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia beserta istri dan anaknya tinggal di dalam hutan itu. Karena tinggal di tengah hutan, tidak ada tetangga atau warga yang tinggal di dekat rumah mereka.
Sehari-hari mereka hidup di tengah rimbunan pepohonan dan semak belukar. Namun, keadaan yang sunyi itu membuat anak perempuannya, Sawitri, menjadi lebih dekat dengan alam. Sehari-hari Sawitri bermain dan belajar dengan pepohonan di sekitarnya dan diselingi dengan membaca buku.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Hal itulah yang membuat Sawitri kecil gemar membaca buku. Hobi baca buku itulah yang kemudian mengantarnya untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi yaitu gelar doktoral. Bahkan, ilmu yang digelutinya tidak jauh-jauh dari lingkungan yang biasa ia kenal sejak kecil, yaitu seputar hutan.
“Sejak kecil ia itu sudah hafal nama-nama latin dari jenis-jenis pohon karena ia juga sering mendengar saat ada dosen dan mahasiswa lagi praktik lapangan,” cerita Tukiyat, dikutip dari Ugm.ac.id pada Jumat (19/6).
Riwayat Pendidikan Sawitri
©ugm.ac.id
Sawitri menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Wonosari tahun 2011. Dia melanjutkan studi di Fakultas Kehutanan UGM Prodi Silvikultur.
Setelah berhasil menempuh pendidikan S1, dia kemudian melanjutkan studi S2 di prodi yang sama. Sejak tahun 2017, dia mengambil S3 di Jepang.
Selama di Jepang, Sawitri mengambil kuliah gelar doktor di Prodi Biosphere Resource Science and Technologi Universitas Tsukuba. Rencananya, ia akan menyelesaikan gelar doktornya itu pada September 2020 nanti.
Menghadapi Kendala Kuliah
Selama berada di Jepang, Sawitri mengaku sempat menghadapi kendala karena harus menekuni bidang teknologi molekuler yang masih awam baginya. Namun, ia bekerja keras untuk melewati tantangan tersebut dan akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan dengan tepat waktu.
Setelah selesai masa studi yang sedang dijalani kini, Sawitri berharap bisa berkontribusi untuk kemajuan ilmu pengetahuan tentang kehutanan di Indonesia.
“Harapan saya, bidang ilmu yang saya tekuni ini bisa mengombinasikan ilmu genetika dengan fenotopik/morfologi untuk menunjang pemuliaan tanaman hutan di Indonesia,” ujar Sawitri.
Sejak Kecil Hidup di Hutan
©ugm.ac.id
Sawitri mengatakan, hutan sudah menjadi bagian dari rumahnya. Saat kecil, dia sering diajak sang ayah untuk menyemai benih dan melakukan budi daya tanaman hutan. Karena tinggal di hutan itulah, Sawitri kecil dan keluarganya terbiasa hidup sederhana.
Karena tempat tinggalnya jauh dari kampung dan pemukiman penduduk, ia tidak mempunyai teman sepulangnya dari sekolah. untuk itulah ia menghabiskan waktu dengan membaca buku.
“Kami tidak punya TV sampai sekarang. Tidak ada hiburan untuk membunuh waktu. Pelariannya ya membaca buku. Dulu di Wanagama ada perpustakaan. Saya suka baca buku apa saja walaupun itu terbitan lama,” kenang Sawitri.
Terbiasa Hidup Prihatin
Bukan hanya tak punya TV, untuk pergi ke sekolah setiap pagi saja Sawitri harus berjalan kaki sejauh 2 km melewati hutan agar bisa sampai ke kampung terdekat. Selain itu, dia juga tak diberi uang jajan oleh orang tuanya.
Karena terbiasa hidup dengan kondisi yang serba prihatin, ia kemudian termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang S3 dengan harapan bisa menyenangkan orang tuanya suatu saat kelak.
“Berkat kekuatan do’a dan tekad mereka bisa mendukung saya hingga bisa kuliah S3 seperti sekarang ini,” kata Sawitri, Jumat (19/6).