Mengenal Metode "Sari Swara", Cara Mendidik Anak dengan Kesenian Peninggalan Ki Hajar Dewantara
Metode Sariswara merupakan metode mendidik anak dengan menggabungkan panca indra yang dipraktikkan dalam bentuk kesenian
Semasa hidupnya, Ki Hajar Dewantara banyak mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan. Konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara berakar dari kebudayaan lokal yang meyakini seni sebagai ujung tombak pendidikan. Ia sendiri banyak mempelajari berbagai teori pendidikan selama masa pengasingan di Belanda pada tahun 1913.
Ia kembali ke tanah air pada tahun 1919. Beberapa tahun kemudian ia memutuskan untuk berjuang di bidang pendidikan. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan kemudian diwujudkan dengan mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa pada tahun 1922.
-
Bagaimana SARA bisa diatasi? Tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah konflik SARA adalah dengan memberikan edukasi yang baik mengenai keberagaman suku, budaya, dan agama di Indonesia.
-
Bagaimana proses pemakaman Dewi Sartika? Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, banyak pejuang kemerdekaan dan tokoh-tokoh penting berada dalam kondisi sulit, begitu pula dengan proses pemakaman jenazah Dewi Sartika. Ini karena situasi perang yang kembali tersulut, karena tentara Belanda yang berusaha untuk kembali menjajah Indonesia setelah kekalahan Jepang.
-
Prosedur apa yang dilakukan oleh Sarwendah? Sarwendah memilih prosedur pemindahan lemak ke wajah serta perbaikan kerutan di sekitar mata, sementara adiknya menjalani operasi pada hidung.
-
Apa itu sariawan? Sariawan adalah masalah umum yang sering dialami oleh anak-anak. Meski tidak termasuk kondisi serius, sariawan dapat menjadi sangat menyakitkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari anak.
-
Apa itu SARA? SARA adalah singkatan dari suku, agama, ras, dan antargolongan, yang merujuk pada faktor-faktor identitas yang sering kali menjadi penyebab konflik horizontal dan vertikal dalam masyarakat.
Salah satu metode pendidikan yang dikembangkan di perguruan itu adalah Sari Swara. Metode pendidikan ini masih diajarkan di Perguruan Taman Siswa, bahkan hingga saat ini.
Berikut selengkapnya:
Terinspirasi dari Ajaran Sultan Agung
Dikutip dari website labsariswara.home.blog, Metode Sariswara merupakan metode mendidik anak dengan menggabungkan pengalaman semua indra yang ada, baik melalui pendengaran, penglihatan, gerakan fisik, dan juga perasaan. Metode ini dibingkai dalam satu cerita yang mampu melekat erat di dalam seorang anak hingga mereka dewasa. Cerita-ceritanya diambil dari kisah kepahlawanan rakyat setempat. Semua metode mendidik itu dilakukan dalam suasana menyenangkan dan permainan peran yang menggembirakan.
“Metode ini terinspirasi dari ajaran Sultan Agung yaitu Sastro Gendhing di mana semua warga Mataram itu harus mengerti Gendhing. Apalagi waktu kecil Ki Hajar Dewantara dididik secara ketat soal seni budaya Pura Pakualaman. Apalagi ayahnya merupakan seorang budayawan,” kata Ketua Badan Khusus Taman Kesenian Majelis Luhur Tamansiswa, RM. Priyo Dwiarso.
Klub Sari Swara
Salah satu komunitas yang masih aktif mengembangkan metode Sari Swara adalah klub Sari Swara Tamansiswa. Setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat sore mereka menggelar latihan metode Sari Swara di Pendapa Agung Tamansiswa.
- Mengenal Silat Harimau, Seni Bela Diri dengan Serangan Mematikan Bak Hewan Buas dari Minangkabau
- Cara agar Hamil Anak Laki-laki Berdasar Metode Ilmiah
- Mengapa Sindiran ke Anak Bisa Jadi Kesalahan Parenting yang Berdampak Buruk bagi Perkembangan
- Metode Belajar Membaca untuk Anak TK, Orang Tua Harus Coba
Metode Sari Swara diimplementasikan oleh Klub Sari Swara melalui tembang dolanan anak dan langen carita. Adapun materi-materi yang diajarkan antara lain latihan dasar gerak tubuh dengan tari klasik, latihan macapat untuk mengolah vocal, karawitan untuk mengolah rasa, dan dolanan anak untuk melatih kecerdasan sosial anak.
“Sari Swara ini merupakan bagian dalam metode besar bernama ‘sistem among’. Di sana kita ‘ngemong’ sang anak, inginnya apa? Bakatnya apa? Dan di dalam sistem among tujuan akhirnya adalah agar sang anak merdeka hati, lahir batin, dan tenaganya. Mereka dibebaskan, tapi tetap disiplin,” jelas RM. Priyo Dwiarso seperti dikutip dari kanal YouTube Kanca Budaya.
Bisa Mengubah Sifat Anak
Bagi orang tua siswa, adanya Klub Sari Swara ini menjadi wadah media pembelajaran alternatif selain di sekolah. Apalagi mereka diajarkan untuk berinteraksi satu sama lain dan terbukti bisa mengubah sifat anak. Dari yang mulanya pasif menjadi anak yang aktif.
“Anak saya yang kedua ini kan sebetulnya pendiam. Tapi karena sering ikut latihan di taman kesenian ini dia jadi lebih berani dan lebih percaya diri. Apalagi anak sekarang tidak bisa lepas dari gadget. Tapi anak saya masih punya keinginan untuk berinteraksi dengan teman-temannya di taman kesenian ini,” kata salah seorang wali siswa yang ikut kegiatan di Klub Sari Swara.