Mengenal Sosok Mbah Hambali, Kiai Pendiri Pondok Al-Frustasiyah yang Karismatik
KH Hambali Abu Sujak Ar-Ruslani, atau lebih dikenal dengan nama Mbah Hambali adalah salah seorang ulama yang disegani di Rembang. Di wilayahnya, dia dikenal sebagai sosok yang karismatik, terutama saat dia menjadi pengasuh sebuah pondok yang memiliki nama unik yaitu Pondok Bodo "Al-Frustasiyah.
KH Hambali Abu Sujak Ar-Ruslani, atau lebih dikenal dengan nama Mbah Hambali adalah salah seorang ulama yang disegani di Dusun Caruban, Lasem, Rembang. Dilansir dari Alfrustasiyah.com, Mbah Hambali dikenal sebagai sosok yang karismatik. Di Lasem, dia mendirikan pondok pesantren yang kelak diberi nama unik,”Al-Frustasiyah”. Tapi perjuangannya sebelum akhirnya bisa mendirikan pondok itu bukanlah hal mudah.
Pada masa mudanya, terutama setelah menikah, dia banyak mengalami tantangan hidup yang luar biasa. Banyak ulama yang tak cocok dengan sepak terjangnya. Tapi hal itu tak menghalangi langkah perjuangan Mbah Hambali dalam berdakwah.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa itu kue talam jagung? Kue talam merupakan salah satu jenis kue tradisional Indonesia yang memiliki cita rasa manis dan tekstur lembut.
-
Kapan Patung Shigir ditemukan? Patung Shigir ditemukan pada Januari 1890 di wilayah Sverdlovsk, di pinggiran barat Siberia, Rusia.
-
Kapan Ragit Jalo diburu masyarakat Palembang? Biasanya, ragit jalo diburu oleh masyarakat Palembang ketika Ramadan.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
Atas petunjuk gurunya, dia kemudian mendirikan pondok pesantren di Dusun Caruban, Lasem, yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan. Berkat ketekunan dan kegigihannya dalam berikhtiar dan berusaha, pondok Al-Frustasiyah bisa berdiri megah seperti saat ini. Berikut sekelumit kisah tentang kehidupan Mbah Hambali:
Keturunan Sunan Kalijaga
Dilansir dari Alfrustasiyah.com, Mbah Hambali sebenarnya masih satu keturunan dengan Sunan Kalijaga. Perawakannya sedang, dan wajahnya ada berewok mirip Saddam Husein. Walaupun terlihat galak, tapi dia dikenal akan kelembutan hatinya.
©istimewa
Selama mengajar di pondok Al-Frustasiyah, Mbah Hambali membimbing para santrinya dengan penuh kesabaran. Di kalangan masyarakat, dia juga dikenal dengan ulama yang nyentrik dengan penampilan yang sederhana. Perkataan yang diungkapkannya terkadang sulit dipahami dan mengandung teka-teki, yang membuat para santri harus memaknainya sendiri.
Tinggal di Wilayah yang Angker
Pada masa awal kedatangan Mbah Hambali di Caruban, tempat itu dulunya dikenal sebagai kompleks makam yang angker. Tak ada satupun warga yang berani melakukan aktivitas di makam tersebut. Tapi setelah keberadaan Mbah Hambali, perlahan-lahan kesan angker pada tempat itu hilang.
© Daily Mail
Bahkan, ketika Mbah Hambali mendirikan bangunan pondok, para tukang dan santri sering menemukan tulang belulang dan tengkorak manusia. Tapi kemudian tulang belulang itu dikubur kembali layaknya orang yang meninggal di area pemakaman umum.
Sosok Karismatik
Di pondok yang ia dirikan, banyak santri Mbah Hambali yang berasal dari golongan terpandang seperti pejabat pemerintah, kalangan artis, hingga golongan berpangkat jendral. Namun, di sana semua diperlakukan sama.
Di sana pula, Mbah Hambali juga banyak memiliki santri yang mengalami stres, frustasi, putus cinta, dan sebagainya. Mereka yang ingin menuntut ilmu di sanapun juga tidak dipungut biaya sama sekali. Oleh karena itulah, dia kemudian dikenal sebagai sosok yang karismatik.
©Alfrustasiyah.com
Maka tak heran pada tanggal 28 Mei 2012, saat Mbah Hambali meninggal dunia, ribuan pelayat dari kalangan kyai, santri, dan pejabat dari berbagai kota berduyun-duyun untuk memberikan penghormatan terakhir.