Mengunjungi Pertapaan Mandalasari, Situs yang Disakralkan Masyarakat Dieng hingga Jadi Tujuan Ziarah
Situs pertapaan itu berada di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon.
Situs pertapaan itu berada di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon.
Mengunjungi Pertapaan Mandalasari, Situs yang Disakralkan Masyarakat Dieng hingga Jadi Tujuan Ziarah
Di Dataran Tinggi Dieng, ada beberapa tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Salah satunya adalah Pertapaan Mandalasari.
Pertapaan itu berada di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Di kawasan pertapaan itu ada lima tempat yang bisa dijadikan tujuan ziarah.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Padang Mangateh didirikan? Mengutip beberapa sumber, Padang Mangateh didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1916.
-
Apa itu Padang Mangateh? Padang Mangateh merupakan hamparan padang rumput mirip savana yang menjadi sentra peternakan yang sudah ada sejak zaman kolonial.
-
Apa yang diharapkan dari Dana Desa di Purwakarta? “Alhamdulillah, dana desa sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Purwakarta, khususnya yang berada di desa. Ini terlihat dari jumlah Desa Mandiri di Purwakarta yang meningkat menjadi 60 desa, dari yang sebelumnya 25 desa. Capaian ini merupakan lompatan yang luar biasa bagi Purwakarta,” ucap Anne.
-
Di mana lokasi Padang Mangateh? Dataran Tinggi Lokasi Padang Mangateh berada di dataran tinggi. Tepatnya di salah satu kaki Pegunungan Sago, ketinggian 700-900 meter di atas permukaan laut.
Tempat pertama adalah Batu Tulis. Dari samping, batu besar tersebut akan terlihat seperti perwujudan Semar.
Menurut sejarah yang beredar di masyarakat sekitar, Batu Tulis merupakan tempat Eyang Purba Wasesa yang merupakan leluhur masyarakat Dieng, mendapat pencerahan.
Tempat itu sering menjadi tempat ziarah orang tua atau pelajar yang mengalami kesulitan dalam studi.
Lokasi selanjutnya adalah Gua Semar. Lokasi ini sering dikunjungi para peziarah untuk bersemedi. Dilansir dari situs Indonesiakaya.com, gua itu dinamakan Gua Semar karena orang yang bermeditasi di sana dipercaya akan mendapatkan wahyu kasampurnaning jati (ilmu yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk).
Lokasi selanjutnya adalah Gua Pengantin. Nama “pengantin” disematkan pada gua itu karena banyak laporan pasangan yang datang ke gua itu kemudian melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
Selanjutnya adalah Gua Sumur. Di dalam gua itu terdapat sumber mata air yang disebut Sendang Kamulyaan. Sumber air di sana dianggap suci oleh pemeluk agama Hindu.
Sebelum diadakan upacara Melasti atau Nyepi, umat Hindu dari Bali akan datang ke sumber air itu dan mengambil air sucinya untuk keperluan upacara.
Situs yang terakhir adalah Gua Jaran. Dalam Bahasa Jawa, “jaran” artinya kuda. Gua ini dipercaya dijaga oleh seorang resi atau orang sakti yang bernama Kendali Seto yang artinya penunggang kuda putih.
- Wisata Gili Trawangan dan Sekitarnya yang Memesona, Wajib Dikunjungi
- Hasto Ungkap Momen Unik Saat Megawati, Ganjar & Mahfud Ziarah ke Makam Bung Karno, Begini Ceritanya
- Mengunjungi Desa Wisata Nyarai di Padang Pariaman, Ada Air Terjun hingga Kawasan Konservasi Hutan
- Mengunjungi Desa Wisata Ciasihan di Bogor, Punya 10 Curug yang Indah sampai Oleh-Oleh Peci dari Bambu
Dilansir dari situs Indonesiakaya.com, ada sebuah legenda terkait gua tersebut.
Pada suatu hari, ada seekor kuda betina berwarna putih yang masuk ke dalam gua itu. Saat keluar keesokan harinya, kuda putih itu sudah dalam keadaan mengandung.
Dari legenda itulah banyak pasangan yang kesulitan mendapat keturunan ziarah ke Gua Jaran.
Gua-gua yang ada di kawasan itu dibatasi dengan gerbang yang dikunci gembok, kecuali gua pengantin. Untuk dapat masuk ke gua, pengunjung harus meminta izin dulu pada pemangku adat setempat.