Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Indonesia kaya akan tempat-tempat pemandangan alam yang sangat luar biasa indah. Tak perlu ke luar negeri, cukup datang ke Padang Mangateh atau disebut juga Padang Mengatas di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.
Padang Mangateh merupakan hamparan padang rumput mirip savana yang menjadi sentra peternakan yang sudah ada sejak zaman kolonial. Tempat ini selalu dimiripkan dengan Padang Savana yang berada di New Zealand.
(Foto: Instagram/travelmatesiantar)
-
Dimana kambing Sumut dipelihara? Daging kambing merupakan salah satu bahan makanan yang populer di banyak belahan dunia, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki budaya kuliner kaya akan hidangan daging.
-
Siapa yang menyampaikan kekaguman terhadap peternakan Indonesia? Sementara itu, Wael W. M Halawa salah satu peserta pelatihan menyampaikan kekagumannya dengan kemajuan dunia peternakan di Indonesia.
-
Kapan manusia mulai beternak kambing dan domba? Diperkirakan, kambing dan domba dijinakkan di Fertile Crescent sekitar 10.500 tahun yang lalu.
-
Siapa yang memulai usaha ternak sapi? 'Peternakan ini saya buka karena beberapa tetangga datang minta pekerjaan ke saya. Sapi mereka mati kena wabah PMK. Akhirnya saya mencoba buka peternakan sapi karena kemampuan mereka di bidang tersebut,' ungkap Rofik, dikutip dari YouTube PecahTelur.
-
Dari mana asal Tongseng Kambing? Hidangan khas Jawa Tengah ini digemari oleh banyak orang.
-
Di mana gambar ternak kuno ditemukan? 'Pada 2018 dan 2019, saya memimpin tim arkeolog di proyek Survei Atbai. Kami menemukan 16 situs cadas baru di sebelah timur Kota Wadi Halfa, Sudan, salah satu wilayah paling terpencil di Sahara. Daerah yang hampir tidak tersentuh hujan tahunan.'
Selain menjadi sentra peternakan, Padang Mangateh juga terkenal karena pemandangan rumput dan alam di sekitarnya yang sangat memanjakan mata. Kini peternakan tersebut dikelola oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT).
Tak banyak orang tahu bahwa Padang Mangateh menjadi lembaga pembibitan ternak tertua di Indonesia. Lantas, seperti apa sejarah panjang peternakan ini? Simak ulasan informasinya berikut ini
Dataran Tinggi
Lokasi Padang Mangateh berada di dataran tinggi. Tepatnya di salah satu kaki Pegunungan Sago, ketinggian 700-900 meter di atas permukaan laut.
Dengan permukaan daratan yang cukup tinggi, suhu di Padang Mangateh masih tergolong sejuk dan menyuguhkan kualitas udara yang bersih. Suhunya mungkin berada di sekitar 18-28 derajat Celcius, sehingga cocok untuk bersantai dan menghindari riuhnya perkotaan.
Awal Berdiri
Mengutip beberapa sumber, Padang Mangateh didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1916. Awalnya, fokus dari peternakan ini untuk hewan jenis kuda. Sampai tahun 1936, pun turut mengembangkan sapi Zebu dari Benggala, India.
Ketika zaman Revolusi Kemerdekaan, aktivitas peternakan di Padang Mangateh sempat terhenti sampai pada tahun 1950, Wakil Presiden Moh. Hatta memugar kembali tempat ini. Kemudian, tempat ini berubah nama menjadi Induk Taman Ternak (ITT) Padang Mengatas.
Kekayaan alam Sumatra Barat memang tidak bisa dipungkiri. Begitu pula juga dengan Padang Mangateh yang dinobatkan menjadi stasiun peternakan terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1955. Hal ini membuat bangsa Eropa tertarik.
(Foto: Instagram/fardi.indra)
Basis Pertahanan PRRI
Mengutip situs sumbarprov.go.id, ITT Padang Mangatas pada tahun 1958 sempat dijadikan basis pertahanan PRRI dan tempat ini mengalami kerusakan berat. Tahun 1961, Pemerintah Sumbar mulai membenahi tempat ini.
Pada tahun 1973, Jerman mengadakan kajian di Padang Mangatas, lalu setahun kemudian dilakukan kerja sama pembangunan kembali melalui proyek Agriculture Development Project.
(Foto: Instagram/perantau.minang)
Sempat Kembali Berjaya
Pada era Presiden Soeharto, populasi hewan ternak di Padang Mangatas sudah mencapai ribuan yang mayoritas adalah sapi Zebu dari Benggala. Namun, pada era Reformasi, tempat ini hancur kembali dan dikuasai oleh warga.
Meski penuh dengan perjalanan yang sulit, namun pesona alam ditempat ini tidak akan pernah hilang. Hamparan lautan rumput hijau, udara sejuk menjadi ciri khas dari tempat ini.
Selain itu, kondisi tanah yang subur memicu tumbuhan rumput di tempat ini berkembang sangat baik. Sehingga hewan ternak yang mengonsumsi rumput tersebut bisa tumbuh besar lebih cepat.
(Foto: Instagram/sudutpayakumbuh)