Peristiwa 12 November: Jenderal Soedirman Menjadi Panglima, Ini Sejarah Lengkapnya
Jenderal Soedirman merupakan salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia yang dikenal gigih dan pemberani. Dalam sejarah perjuangan Indonesia, meskipun sedang menderita penyakit paru-paru, beliau tetap berjuang dan bergerilya bersama para prajuritnya melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II.
Jenderal Soedirman merupakan salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia yang dikenal gigih dan pemberani. Dalam sejarah perjuangan Indonesia, meskipun sedang menderita penyakit paru-paru, beliau tetap berjuang dan bergerilya bersama para prajuritnya melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II.
Panglima dan Jenderal pertama di Indonesia ini lahir di Jawa Tengah pada 24 Januari 1916. Soedirman berasal dari keluarga sederhana, ayahnya seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan Ibunya keturunan Wedana Rembang. Beliau memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa dan melanjutkan pendidikannya di HIK atau sekolah guru Muhammadiyah.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
-
Apa yang dirayakan di Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November? Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Tujuan peringatan ini untuk menghargai dan menghormati jasa-jasa para pahlawan yang gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan? Di Indonesia, Hari Musik Nasional diperingati setiap tanggal 9 Maret
-
Kapan Hari Pelukan Nasional dirayakan? Hari Pelukan Nasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 21 Januari.
-
Kapan Hari Pahlawan diperingati di Indonesia? Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan.
Soedirman dikenal sebagai sosok yang gigih dan pantang menyerah. Meskipun dalam kondisi sakit, beliau tetap melanjutkan gerilya melawan agresi militer Belanda. Maka tidak heran apabila perjuangan Jenderal Soedirman banyak menginspirasi bangsa Indonesia.
Lantas, seperti apa perjalanan hidup dan perjuangan Jenderal Soedirman? Simak ulasannya yang merdeka.com lansir dari Liputan6.com:
Mengenal Jenderal Soedirman, Pahlawan Revolusi yang Disegani
blogspot.com
Sejak kecil, Soedirman diasuh oleh seorang camat bernama Raden Cokrosunaryo. Ia tidak diberitahu bahwa Cokrosunaryo bukanlah ayah kandungnya sampai dirinya berusia 18 tahun. Saat berusia tujuh tahun, Soedirman terdaftar di sekolah pribumi hollandsch inlandsche school (HIS).
Setelah melanjutkan ke Sekolah Menengah Wirotomi dan HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, dia menjadi guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah di Cilacap pada 1936. Selain itu, dia juga bertugas sebagai pemandu di organisasi pramuka Hizbul Wathan.
Pada zaman pendudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1944, Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Karena posisinya di masyarakat, dia dijadikan sebagai komandan (daidanco) dan dilatih bersama orang lain dengan pangkat sama.
Setelah Indonesia merdeka, Soedirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Kemudian Soedirman diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pendidikannya.
Jenderal Soedirman Diangkat Menjadi Panglima
©2015 Merdeka.com
Pada zaman penjajahan Jepang, Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Pasca Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Kemudian beliau diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pendidikannya.
Setelah itu, Soedirman menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda dari November sampai Desember 1945 adalah perang besar pertama yang ia pimpin.
Setelah Soedirman memenangkan pertempuran, Presiden Soekarno pun melantiknya sebagai Jenderal.
Wafatnya Jenderal Soedirman
Setelah memimpin perang gerilya dari akhir 1948 hingga pertengahan 1949, kesehatan Sudirman makin menurun. Presiden Sukarno juga sempat melarang dia untuk melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda.
Karena penyakit TBC yang semakin parah, Soedirman semakin harus dirawat di rumah sakit. Sang Panglima Besar ini akhirnya meninggal pada 29 Januari 1950. Usianya baru 34 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997 ia dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang.
Soedirman merupakan Panglima Besar pertama. Pada 1997, Sudirman dianugerahi pangkat Jenderal Bintang Lima karena jasa-jasanya sebagai Bapak TNI.