Interaksi Obat Disebut Sebabkan Kematian Pasien Covid-19, Ini Penjelasan Pakar Unair
Pakar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menyebut belum ada bukti ilmiah bahwa kombinasi obat pada pasien Covid-19 menyebabkan asidosis laktat yang berujung pada kematian.
Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan pernyataan dokter Lois Owien atau dr Lois yang tidak percaya Covid-19. Ia menyebut bahwa interaksi obat menyebabkan kematian pada pasien Covid-19.
Sebelumnya, dr Lois menyebut dalam akun Twitternya @LsOwien, bahwa kematian yang terjadi pada banyak orang akhir-akhir ini bukan karena Covid-19 namun karena pemberian obat yang berlebihan. Ia menyebutkan ada enam macam plus dobel antibiotika dan dobel dosis antivirus.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
Terkait hal ini, pakar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr. dr. Meity Ardiana SpJP(K)., FIHA., FICA., FAsCC., mengungkapkan, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa kombinasi obat pada pasien Covid-19 menyebabkan asidosis laktat yang berujung pada kematian.
"Penyebab asidosis laktat itu sendiri bermacam-macam dan kita harus memahami patofisiologi terjadinya asidosis laktat sebelum serta-merta menyimpulkan penyebab asidosis laktat pada pasien Covid-19 adalah karena interaksi obat," kata dr. Meity pada Senin (19/7).
Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Penyebab Asidosis
Dokter Meity mengatakan, asidosis laktat hanya mungkin terjadi pada pasien Covid-19 yang kekurangan oksigen pada derajat sedang hingga berat.
Di sisi lain, asidosis laktat ini dapat menyebabkan peningkatan keasaman darah yang juga dapat memperberat kondisi pasien seperti sesak napas atau penurunan kesadaran. Kondisi ini lah yang kemudian bisa memperburuk kondisi pasien Covid-19.
Pertimbangan Dokter dalam Memberi Obat
Mengenai interaksi obat, dr. Meity menyebut bahwa setiap dokter memberikan obat kepada pasien sudah dengan pertimbangan manfaat maupun risiko interaksi obat yang mungkin terjadi. Dokter akan memilih obat yang memiliki risiko interaksi paling minimal bagi pasien.
Lagipula, obat yang perlu dikonsumsi antara satu pasien Covid-19 dengan pasien lainnya tentu berbeda. Tergantung kondisi masing-masing pasien, apakah gejala ringan, sedang atau berat dan apakah pasien tersebut opname atau isolasi mandiri.
"Disarankan untuk mengonsumsi vitamin dan suplemen yang memang sudah terbukti secara ilmiah dapat mencegah atau mempercepat kesembuhan Covid-19 sesuai rekomendasi yang ada," katanya.
Masyarakat Diminta Tidak Panic Buying Obat
Selain itu, dr. Meity mengimbau agar masyarakat tidak perlu punic buying obat-obatan dan vitamin yang dipercaya bisa menyembuhkan Covid-19.
Karena menurutnya, pola makan yang sehat sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan mikro dan makronutrien yang dapat mencegah infeksi Covid-19 maupun virus dan penyakit lain.
Masyarakat juga diminta untuk bijak dalam memilah informasi yang didapat terkait obat-obatan untuk mencegah atau menyembuhkan Covid-19.
"Masyarakat harus bisa membedakan antara opini dan temuan ilmiah, suatu hal yang bukan merupakan fokus dalam pendidikan dan gaya hidup kita," ujarnya.