Intip Cara Warga Osing Cari Jodoh, Saling Rayu dari Balik Dinding untuk Meraih Simpati Pujaan Hati
Proses cari jodoh ini hanya dilakukan pada bulan khusus
Proses cari jodoh ini hanya dilakukan pada bulan khusus
Intip Cara Warga Osing Cari Jodoh, Saling Rayu dari Balik Dinding untuk Meraih Simpati Pujaan Hati
Masyarakat suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk mencari jodoh yakni Tradisi Gredoan. Tradisi turun-temurun ini masih eksis hingga sekarang.
-
Mengapa tradisi Kupatan Jolosutro disebut unik? Kupatan Jolosutro adalah tradisi yang unik, dilihat dari asal-usul dan makna yang terkandung di dalamnya.
-
Di mana tradisi pemakaman unik ini dilakukan? Unik, tradisi di pemakaman Buyut Kuntul, Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara ini pun viral di media sosial.
-
Bagaimana cara melakukan Tradisi Ujungan? Tradisi ini dilakukan dengan cara saling pukul satu sama lain menggunakan sebilah batang rotan.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi Unduh-unduh di GKJW Mojowarno Jombang? Berbagai hasil bumi seperti padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan dihias di atas gerobak besar kemudian diarak keliling kampung. Parade arak-arakan hasil panen itu dimulai dari halaman GKJW Mojowarno Jombang.
-
Apa yang dimaksud dengan "jodoh kembar" dalam tradisi Jawa? Menurut kepercayaan Jawa, anak kedua dan anak ketiga disebut sebagai "jodoh kembar" atau "lurah wracikan". Mereka diyakini dibawa oleh takdir sebagai pasangan yang sempurna satu sama lain.
-
Apa makna tradisi Unduh-unduh yang digelar di GKJW Mojowarno Jombang? Tujuan utama tradisi Unduh-unduh adalah sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Meskipun diinisiasi oleh umat kristiani, namun pelaksanaan Unduh-unduh melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Tradisi Gredoan
Tradisi gredoan merupakan tradisi masyarakat Osing untuk mencari jodoh. Tradisi ini sangat kental dilaksanakan masyarakat di Dusun Banyuputih, Desa Macanputih, Kabupaten Banyuwangi.
“Gredo artinya menggoda. Ini berlaku buat mereka yang gadis, perjaka, duda atau janda. Diadakan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya pada malam hari,” terang Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan, dikutip dari situs indonesia.go.id.
Masyarakat suku Osing di Desa Macan menganggap bulan kelahiran Nabi Muhammad adalah bulan yang baik untuk menemukan jodoh.
Tradisi GredoanPelaksaan
Tradisi gredoan hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah cukup umur untuk menikah dan akan mencari calon jodohnya sendiri.
Dulu, pria menggunakan lidi yang diselipkan di dinding rumah perempuan idamannya.
Jika diterima, sang perempuan akan membentuk lidi tersebut menyerupai daun waru. Sebaliknya, jika sang perempuan menolak, ia mematahkan lidi yang terselip di dinding rumah.
Jika sang perempuan menerima, sang pria mulai berbicara dilengkapi dengan rayuan. Biasanya mereka kemudian berbalas pantun.
Saat proses berkenalan dan merayu, mereka belum bertemu secara tatap muka langsung, tapi dibatasi dengan dinding bambu.
Sang gadis berada di dalam rumah, sementara sang pria di luar. Setelah berhasil menaklukkan hati sang gadis dengan rayuan, baru lah sang pria akan datang ke rumah pujaan hatinya untuk melamar.
Perkembangan
Seiring berkembangnya teknologi, tradisi Gredoan pun turut menyesuaikan diri. Perbedaan mencolok antara gredoan zaman dulu dan gredoan zaman sekarang terletak pada alat dan tempat pelaksanaan nggridu (lelaki merayu si gadis).
Dulu alat yang digunakan adalah lidi, sementara sekarang menggunakan ponsel. Dulu tempat yang digunakan adalah gedheg (rumah berdinding bambu), sekarang berganti menjadi bangunan batu.
- Akui Sudah Pasrah Urusan Jodoh, Prilly Latuconsina: Sekarang Aku Enggak Usaha, Enggak Nyari
- Panggilan Jiwa, Kades Ini Rela Tidak Menikah demi Urus Puluhan ODGJ
- ‘Cinta Habis di Satu Wanita', Potret Pria Pilih jadi Biksu Usai Pacarnya Meninggal, Keputusannya jadi Omongan
- Sempat Bingung Mau Nikah dengan Siapa, Begini Perjalanan Cinta Gus Iqdam dan Ning Nila
“Penggunaan ponsel tidak bisa dihindari. Namun mau modern atau klasik, gredoan telah banyak membantu masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya menggapai pernikahan,” imbuh Hasnan.
Fungsi
Mengutip situs Superlive, tradisi Gredoan memiliki beberapa fungsi.
Pertama, sebagai salah satu peringatan merayakan hari Maulid Nabi Muhammad Saw.
Kedua, mempererat tali silaturahmi, bukan hanya suku osing tetapi juga masyarakat desa lain yang hadir dalam perayaan tersebut. Setiap warga akan berkumpul. Meski hanya setahun sekali, acara ini sangat ramai dan efektif untuk mempererat tali persatuan antar warga.