Masuk Minimarket Surabaya Ini Bak Keliling Museum, Belanja sambil Belajar Sejarah Kejayaan Pelayaran Indonesia
Barangkali ini satu-satunya minimarket di Indonesia yang menempati bangunan cagar budaya.
Barangkali ini satu-satunya minimarket di Indonesia yang menempati bangunan cagar budaya.
Masuk Minimarket Surabaya Ini Bak Keliling Museum, Belanja sambil Belajar Sejarah Kejayaan Pelayaran Indonesia
Sebuah minimarket di Kota Surabaya, Jawa Timur terbilang unik. Jika biasanya minimarket menempati bangunan baru yang modern, minimarket di Surabaya ini justru berlokasi di bangunan cagar budaya.
- Menengok Jejak Sejarah Perkeretaapian di Museum Lawang Sewu, Kini Jadi Tempat Wisata Favorit di Semarang
- Kisah Mantan Kasir Karyawan Minimarket Sukses Bangun Toko Perlengkapan Bayi, Bagikan Ilmu Berharga Usai 6 Tahun Lebih Jadi Pegawai
- Pegawai Minimarket Ditodong Sajam dan Senpi, Uang Rp67 Juta Dibawa Kabur
- Saking Kompaknya, Pasutri Sukses 16 Kali Bobol Laci Kasir Minimarket, Begini Modusnya
Sensasi Belanja
Minimarket ini menempati gedung Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Heritage di Jalan Pahlawan Kota Surabaya. Gedung ini sudah dibangun sejak tahun 1931 dan mulai digunakan setahun kemudian yakni pada tahun 1932.
Mengutip video YouTube iam kholid, pengunjung minimarket bisa menjumpai beragam benda bersejarah di kompleks bangunan cagar budaya tersebut, di antaranya jangkar kapal, miniatur berbagai kapal, dan foto-foto dokumentasi masa kejayaan pelayaran Indonesia, khususnya di Surabaya.
Sejarah
Kompleks Pelni ini menjadi saksi bisu kemajuan pelayaran di Kota Surabaya selama masa kolonial Belanda. Bangunan ini pertama kali difungsikan sebagai kantor milik Stoomvaart Maatschappij Nederland, perusahaan perdagangan dan pelayaran asal Belanda yang berdiri sejak tahun 1870. Mengutip Instagram @disperkim.surabaya, bangunan ini dulu dikenal dengan nama Kantoorgebouw Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN) aan de Aloon-Aloonstraat te Soerabaja.
Perusahaan SMN dibangun untuk menyelenggarakan pelayaran dari Belanda menuju Hindia-Belanda (Indonesia), dan sebaliknya.
Seiring berjalannya waktu, gedung ini beberapa kali beralih fungsi. Pada masa kolonial Jepang, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Berita Domei. Di gedung ini pula, pada Jumat, 17 Agustus 1945 berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diterima oleh Markonis Yacob dalam bentuk morse. Kabar itu segera diteruskan kepada RM Bintarti dan Sutomo (Bung Tomo), Wakil Pemimpin Redaksi Domei bagian bahasa Indonesia untuk disiarkan dengan bahasa lokal.
Pasca kemerdekaan Indonesia, gedung ini beberapa kali beralih fungsi dan kepemilikan. Pada 1959, bangunan ini dimiliki oleh perusahaan Central Trading Company.
Cagar Budaya
Pada 1964 gedung ini digunakan sebagai perusahaan pelayaran PT Djakarta Lloyd. Selanjutnya, pada 1991 gedung ini dibeli oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Kini, bangunan ini resmi tercatat sebagai bangunan cagar budaya (BCB).