Bangunan Ini Dulunya Supermarket Pertama di Bandung, Kini Jadi Gedung Bank di Jalan Asia Afrika
Bangunan ini dianggap supermarket pertama di Bandung. Begini kisahnya.
Bangunan ini dianggap supermarket pertama di Bandung. Begini kisahnya.
Bangunan Ini Dulunya Supermarket Pertama di Bandung, Kini Jadi Gedung Bank di Jalan Asia Afrika
Toko serba ada atau supermarket diketahui pertama masuk ke Indonesia di zaman penjajahan Belanda. Keberadaannya amat membantu kalangan keluarga Eropa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Bandung menjadi kota yang sudah memiliki supermarket sejak abad ke-19.
Dahulu keberadaan toko serba ada di Kota Bandung sudah cukup mewah. Gedungnya besar dan bertingkat, sehingga menjadi bangunan yang mencuri perhatian warga kota.
-
Apa nama awal dari Bandung? Dahulu Bandung bernama Tatar Ukur, dengan daerah administratif sampai Garut dan Sukabumi
-
Kapan Pasar Baru didirikan? Mengutip Indonesia.go.id, Pasar Baru saat ini diketahui sudah berusia 204 tahun. (Gambar: Tropen Museum) Sebelumnya tempat ini dibangun di era kepemimpinan Herman Willem Daendels pada 1820.
-
Apa nama awal Gedung Bank Indonesia di Aceh? Sejarah Bangunan Gedung Bank Indonesia Aceh dulunya dikenal dengan Da Javansche Bank (DJB), terletak di Jalan Cut Mutia No 15.
-
Di mana Pasar Baru berada? Lokasi Pasar Baru juga terbilang strategis dan berbatasan dengan Jalan Raya Pos serta bangunan Gedung Kesenian Jakarta.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
-
Siapa yang pertama kali sebut Bandung Kota Kembang? Dari para jutawan gula inilah muncul sebutan De Bloem der Indische Bergsteden alias Bunganya Kota Pegunungan di Hindia Belanda.
Namun tahu kah Anda di mana bangunan toko serba ada pertama di Kota Bandung tersebut? Jawabannya ada di Jalan Asia Afrika nomor 81, Braga. Memiliki nama De Vries, bangunan tersebut kini difungsikan sebagai salah satu bank terkemuka nasional dan jadi artefak sejarah di kota kembang. Yuk, intip sejarahnya.
Awalnya Toko Klontong Kecil yang Didirikan Pada 1899
Mengutip laman Pemkot Bandung, gedung De Vries diketahui pertama didirkan pada 1899. Kala itu pemiliknya adalah orang Eropa ke-1500 yang menetap di Bandung bernama Andreas de Vries.
De Vries tak memiliki rencana besar, dan hanya berjualan berbagai kebutuhan sederhana di bangunan yang saat itu masih menjadi sebuah toko kelontong kecil.
Namun warga Belanda dan Eropa di Bandung rupanya menjadikan toko milik De Vries sebagai tempat untuk berbelanja berbagai kebutuhan hingga lambat laun tokonya berkembang.
Jadi Toko Serba Ada Pertama
Setelah memiliki uang yang cukup, De Vries lantas menyewa lahan di sebelah barat Hotel Homann. Setelah pindah, pembelinya semakin meningkat, terlebih lokasinya berada di samping hotel yang terkenal.
Sebelumnya, bangunan yang dibeli oleh De Vries ini merupakan rumah dari para Societeit Concordia yang merupakan perkumpulan Preanger Planter (pengusaha perkebunan di Priangan), dan kaum elite Kota Bandung.
Gaya bangunannya sudah cukup modern, dengan arsitektur indische berbahan pilar-pilar besar di bagian depannya.
Sediakan Makanan sampai Perabotan Mebel
Barang-barang yang dijual diketahui sudah cukup lengkap, mulai dari makanan, kain, sepatu, dan obat-obatan. Lalu ada juga kusen bangunan, sigaren (cerutu), kunst boek en apierhandel (toko kesenian, buku, dan kertas).
Kemudian landbouwbenodigdheden (keperluan pertanian), venduhouders (balai lelang), dranken provisien (minuman beralkohol), porcelain glass (barang pecah belah), meubelen (mebel).
Usut punya usut, De Vries berkembang menjadi sebuah supermarket bahkan mal pertama di Kota Bandung, karena lengkapnya barang yang dijual.
Bikin Jalan Braga Maju
Keberadaan supermarket De Vries ini semakin mencuri perhatian banyak masyarakat. Warga Eropa kemudian berbondong-bondong mendatangi lokasi ini.
Toko semakin berkembang dengan adanya toko yang disewa pengusaha berupa toko pakaian, daging serta toko kendaraan. Lalu kemewahannya juga mengundang para sosialita di Bandung untuk berbelanja di sana.
Ramainya De Vries disinyalir membuat kawasan tersebut menjadi pusat fesyen dan mode di Preanger (Priangan-Bandung), dan membuat kawasan Braga terkenal hingga sekarang.
Bangkrut dan Jadi Studio Foto
Setelah tahun 1910, keberadaan De Vries mulai dikalahkan pengusaha-pengusaha bonafit. Mereka kemudian mendirikan pusat perbelanjaan yang lebih besar dan modern. Padahal De Vries baru saja direnovasi.
Pelanggan tak ayal mulai beralih ke toko baru itu dan membuat De Vries sepi pengunjung. Puncaknya pada 1912-1913 di mana operasionalnya tidak bisa dilanjutkan karena bangkrut.
Toko serba ada itu kemudian dijadikan studio foto Goodland, lalu menjadi Restoran Pepping, dan restoran Padang hingga keberadaannya terlupakan dan terbengkalai di tahun 1990.
Jadi Bank OCBC NISP
Merujuk kanal YouTube Story Andra TV, bangunan bekas mal pertama di Kota Bandung itu dijadikan sebuah bank swasta OCBC NISP pada 2005. Saat itu mereka memanfaatkan lantai dua sebagai lokasi operasional bank.
Di lantai pertama, mereka jadikan sebagai museum benda antik dan alat-alat perbankan.
Pada saat itu kondisi bangunan sudah kurang layak, karena dimakan usia. Namun beberapa waktu kemudian direnovasi tanpa mengubah bentuk aslinya.
Di tayangan berjudul Other Side of De Vries Building, The First Convenience Shop in Bandung, tampak logi OCBC NISP masih terpampang di bangunan tersebut dan menandakan operasionalnya masih berjalan.
Indah saat Malam
Jika penasaran dengan keindahannya, Anda bisa mendatangi kawasan Braga pada malam hari. Dari kejauhan bangunan De Vries ini tampak cantik dengan banyaknya lampu di setiap jendela.
Lampu-lampu berpadu dengan warna bangunan yang berwarna putih, sehingga gradasi cahayanya memanjakan mata.
Bangunan tersebut kini menjadi lokasi berswafoto dan tempat untuk menyaksikan bangunan tua di Jalan Braga.