Mengenal Elang Bondol, Maskot Jakarta yang Terancam Punah
Enggak banyak yang tahu, burung pemangsa yang satu ini merupakan maskot Jakarta, ibu kota Tanah Air. Selain menjadi maskot Jakarta, Elang Bondol juga pernah menjadi logo pertama Transjakarta pada tahun 2004. Tak hanya itu saja, Elang Bondol juga maskot Asian Para Games 2018.
Enggak banyak yang tahu, burung pemangsa yang satu ini merupakan maskot Jakarta, ibu kota Tanah Air. Pada tahun 1989, elang bondol dan salak condet dijadikan sebagai maskot kota Jakarta. Hal itu bisa dilihat di kawasan Cempaka Putih. Di sana terdapat patung Elang bondol membawa salak condet yang tegak berdiri.
Bukan tanpa alasan mengapa, Elang Bondol dan Salak Condet menjadi maskot Jakarta. Hal ini lantaran, keberadaan Elang Bondol dan Salak Condet mulai langka. Dengan menjadi maskot Jakarta, diharapkan masyarakat lebih mengenal dan melestarikan Elang Bondol dan Salak Condet ini.
-
Untuk apa tulang-tulang hewan diletakkan di tempat tersebut? Tampaknya mereka berkumpul untuk melakukan ritual khusus dalam suatu kegiatan dengan cara menaruh tanduk-tanduk dan tengkorak hewan sebagai bagian dari ritual ritual ini.
-
Hewan apa yang meniru ular berbisa? Gurita peniru mampu menyerupai ular laut berbisa atau ikan singa berbisa, memberikan perlindungan lebih lanjut dari ancaman predator.
-
Hewan apa yang ditemukan di sungai Desa Kebonagung? Awalnya saat sedang berburu, seorang pemuda di Desa Kebonagung Kecamatan Sulang, Rembang, memergoki adanya kucing hutan di pinggir sungai yang terletak di sebelah barat desa. Namun saat dikejar, kucing hutan itu masuk bersembunyi di dalam lubang. Karena penasaran dengan keberadaan kucing hutan, empat pemuda desa mendatangi lagi lokasi tersebut Minggu (10/9) dini hari. Saat menyusuri pinggir sungai yang mengering akibat musim kemarau, mereka justru melihat sorot mata yang mencurigakan mengambang di permukaan air Dimas Gilang Saputra, salah seorang pemuda itu, menuturkan bahwa hewan itu adalah buaya.
-
Kapan tulang hewan berisi biji henbane hitam ditemukan? Tulang tersebut berasal dari antara tahun 70 dan 100 Masehi berdasarkan model keramik dan bros kawat yang ditemukan di lubang berlumpur yang sama.
-
Hewan langka apa yang ditemukan oleh petani di Australia Selatan? Seorang petani di Beachport, Australia Selatan, melakukan penemuan luar biasa ketika memasang perangkap untuk menangkap predator yang berpotensi memangsa ternaknya. Pao Ling Tsai tadinya berharap menangkap musang atau rubah, tetapi justru dia dikejutkan dengan seekor hewan yang terakhir kali terlihat di Australia Selatan lebih dari 130 tahun yang lalu.
-
Apa yang ditemukan petani di ladang tersebut? Penemuan tersebut meliputi tiga tongkat kerajaan, tiga belati perunggu, kapak ukuran kecil dan sedang, serta alat pahatan.
Selain menjadi maskot Jakarta, Elang Bondol juga pernah menjadi logo pertama Transjakarta pada tahun 2004. Tak hanya itu saja, Elang Bondol juga maskot Asian Para Games 2018.
©2021 Merdeka.com/Pranata
Dilansir dari Gembiralokazoo.com, Burung Elang Bondol memiliki ukuran sedang dengan panjang tubuh mencapai 45 cm, berwarna putih dan coklat pirang. Ujung ekor bundar dengan iris mata coklat yang tajam. Burung ini memiliki kemampuan terbang yang sangat prima serta mempunyai ketajaman mata dalam mencari mangsa.
Habitat elang bondol adalah di rawa-rawa. Mereka menyukai pohon yang tinggi untuk membuat sarang. Sarang-sarang diletakkan di daerah dekat dengan ujung agar terlindung dari mamalia atau hewan lain yang dapat memakan telur atau anaknya. Mereka ditemukan di anak benua India, Asia Tenggara dan Australia.
Di Kalimantan, Elang Bondol dapat di temui di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sedangkan penyebarannya di DKI Jakarta hanya terbatas pada gugusan Kepulauan Seribu.
©2021 Merdeka.com/Pranata
Penasaran kan, mengapa burung pemangsa yang satu ini disebut Bondol? Rupanya karena burung kebanggaan Jakarta ini terlihat seperti botak karena tidak ada jambul di kepalanya. Maka dari itu, elang ini diberi nama Elang Bondol. Namun, bukan berati Elang Bondol tak memiliki bulu yaa.
Elang bondol lebih mirip burung pemakan bangkai dibanding burung pemangsa, namun burung ini memangsa buruan kecil seperti ikan, kepiting, kerang, katak, pengerat, reptil, dan bahkan serangga.
Elang bondol mencari makan di atas daratan maupun di atas permukaan air, burung ini terbang melayang di ketinggian 20 - 50 meter di atas permukaan.Saat terbang, sayap yang lebar dengan ekor pendek terlihat membulat ketika membentang.
©2021 Merdeka.com/Pranata
Elang Bondol merupakan hewan endemik yang keberadaannya terancam punah. Hal ini, diakibatkan karena keserakahan manusia dari perburuan ilegal, penjualan di pasar gelap, dan hasrat untuk memeliharanya.
Dilansir dari mpr.unas.ac.id, pada bulan Januari 2021 tercatat populasi Elang Bondol jumlahnya hanya tersisa sekitar 32 ekor. Beberapa di antaranya sedang direhabilitasi di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu.
Saat ini, Elang bondol dilindungi oleh Peraturan Republik Indonesia UU No. 5 tahun 1990 dan diatur dalam PP No. 7 tahun 1999 dan Peraturan Menteri KLHK No. 106 tahun 2018. Selain itu, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan status Elang Bondol sebagai Least Concern (risiko rendah).
Sementara, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) memasukkannya ke dalam Appendiks II yaitu satwa yang terancam punah.
(mdk/Tys)