Arkeolog Temukan Benih Tanaman Beracun dalam Tulang Hewan, Narkotika Orang Romawi Kuno
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
Para arkeolog menemukan bukti konklusif pertama tentang keberadaan tanaman halusinogen dan beracun yang diperkirakan telah digunakan pada zaman Romawi. Biji tanaman ini ditemukan di dalam tulang hewan di pemukiman Romawi yang disebut Houten-Castellum di Belanda.
Tulang hewan berlubang tersebut menyimpan ratusan benih dari tanaman yang dikenal sebagai henbane hitam atau ramuan gila (Hyoscyamus niger). Karena tulang domba atau kambing itu ditutup dengan sumbat tar dari kulit kayu birch, para peneliti menyimpulkan benih tersebut digunakan dengan sengaja.
"Karena tanaman tersebut bisa tumbuh di dan sekitar permukiman, benihnya bisa berakhir di situs arkeologi secara alami, tanpa campur tangan manusia," jelas ketua peneliti dan penulis penelitian dari Universitas Free di Berlin, Maaike Groot.
"Temuan ini unik dan memberikan bukti tidak terbantahkan terkait penggunakan biji henbane hitam secara sengaha pada masa Romawi Belanda" lanjutnya, dikutip dari Arkeonews, Jumat (9/2).
Arkeolog memastikan benih tersebut sengaja dimasukkan ke dalam tulang hewan sepanjang 7,2 sentimeter.
Tulang tersebut berasal dari antara tahun 70 dan 100 Masehi berdasarkan model keramik dan bros kawat yang ditemukan di lubang berlumpur yang sama.
Berdasarkan analisis bioarkeologi, tulang berongga itu diambil dari tulang paha domba atau kambing, dengan tar kulit kayu birch sebagai penutup di salah satu ujungnya.
Biji henbane hitam diidentifikasi dari kandungan hyoscyamine tarnya.
Ini adalah kejadian pertama yang diketahui mengenai benih yang sengaja disimpan untuk digunakan nanti.
Henbane hitam adalah tanaman yang sangat beracun dengan khasiat obat dan psikoaktif. Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
Penulis Romawi, Pliny sang Tetua, menulis tentang penggunaan tanaman ini sebagai obat hampir 2.000 tahun yang lalu. Ini termasuk penyakit gigi, sakit telinga, dan sengatan serangga. Sumber-sumber ini menunjukkan bahwa obat tersebut digunakan untuk tujuan pengobatan dan tidak dianggap sebagai obat rekreasional, menurut penelitian tersebut.
Penemuan ini menunjukkan penggunaan henbane mungkin merupakan hal yang lumrah karena pemukiman tersebut terletak di pinggiran pedesaan Kekaisaran Romawi.
“Studi kami berkontribusi pada diskusi tentang bagaimana membedakan antara gulma yang secara alami berakhir di kumpulan archaeobotanical dan tanaman yang sengaja digunakan oleh manusia,” kata Groot. “Kami berpendapat bahwa penemuan henbane hitam di masa depan harus dipelajari dengan mempertimbangkan konteks penemuan dan hubungannya dengan tanaman obat lain.”
Analisis mengungkapkan, henbane hitam sering dikaitkan dengan 13 spesies lain yang berpotensi digunakan sebagai obat atau simbolis di 83 situs Romawi di Belanda. Hal ini berarti bahwa tanaman tersebut tidak selalu tumbuh secara alami, melainkan dibudidayakan. Akhirnya, temuan baru ini memberikan bukti kuat tentang penggunaan biji henbane hitam secara sengaja pada zaman Romawi.
Studi ini akan diterbitkan dalam jurnal akademik Antiquity edisi April.
Peran bocah ini tidak banyak diketahui sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPangkalan ini ditemukan di jalur perdagangan penting zaman kuno.
Baca SelengkapnyaKuburan ini ditemukan saat arkeolog melakukan penggalian di kota kuno.
Baca SelengkapnyaArkeolog juga menemukan liang lahat yang berisi kerangka hewan.
Baca SelengkapnyaKorban tumbal ini bertujuan untuk menemani tuannya di alam baka.
Baca SelengkapnyaMata panah terbuat dari kuarsit asli dan masih utuh.
Baca SelengkapnyaArkeolog Gali Kota Bersejarah Berusia 25.000 Tahun Lengkap dengan 11.000 Tulang di Dalamnya
Baca SelengkapnyaArkeolog Tak Sengaja Temukan Gua Zaman Firaun yang Tertutup Selama 3.300 Tahun, Isinya Ternyata Bikin Takjub
Baca SelengkapnyaArkeolog menemukan bukti nenek moyang manusia sudah mengarungi lautan sekitar 130.000 tahun lalu.
Baca Selengkapnya