Arkeolog Temukan Benih Tanaman Beracun dalam Tulang Hewan, Narkotika Orang Romawi Kuno
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
Benih ini ditemukan di desa permukiman Romawi kuno di Belanda.
-
Kenapa para arkeolog menduga pemahat kecanduan narkoba? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pahatan batu kuno di Peru selatan mungkin dibuat oleh orang-orang yang kecanduan obat-obatan halusinogen atau narkoba.
-
Di mana pabrik obat kuno ini ditemukan? Pabrik ini ditemukan di dalam kompleks kuil di kota kuno Trakia, Turki.
-
Kapan pabrik obat kuno ini ditemukan? Arkeolog menemukan pabrik farmasi kuno saat melakukan penggalian di Kota Kuno Trakia Heraion Teikhos, Provinsi Tekirdağ, Turki.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di pemakaman Romawi Kuno? Saat melakukan penggalian pada tahun 1970-an di pemakaman Romawi kuno di Belgia, arkeolog menemukan satu jasad manusia yang kemudian dipajang di sebuah museum.
-
Kapan tembakau pertama kali ditemukan? Studi terbaru yang dilakukan oleh Far Western Anthropological Research, Inc menemukan bahwa tembakau pertama kali ditemukan di Gurun Great Lake, Utah, seperti dilansir CNN. Mereka menemukan biji-biji yang hangus di perapian kuno yang digunakan oleh manusia purba pemburu pengumpul pada 12.000 – 9.000 tahun yang lalu.
-
Bagaimana cara peneliti menemukan opium? Fakta ini mengarahkan peneliti untuk menguji artefak Zaman Perunggu Akhir tersebut untuk mendapat sisa bekas opium itu. Hasilnya, peneliti dari Otoritas Kepurbakalaan Israel, Institut Sains Weizmann dan Universitas Tel Aviv, mengidentifikasi jejak obat halusinogen di delapan wadah opium.
Arkeolog Temukan Benih Tanaman Beracun dalam Tulang Hewan, Narkotika Orang Romawi Kuno
Para arkeolog menemukan bukti konklusif pertama tentang keberadaan tanaman halusinogen dan beracun yang diperkirakan telah digunakan pada zaman Romawi. Biji tanaman ini ditemukan di dalam tulang hewan di pemukiman Romawi yang disebut Houten-Castellum di Belanda.
Tulang hewan berlubang tersebut menyimpan ratusan benih dari tanaman yang dikenal sebagai henbane hitam atau ramuan gila (Hyoscyamus niger). Karena tulang domba atau kambing itu ditutup dengan sumbat tar dari kulit kayu birch, para peneliti menyimpulkan benih tersebut digunakan dengan sengaja.
"Karena tanaman tersebut bisa tumbuh di dan sekitar permukiman, benihnya bisa berakhir di situs arkeologi secara alami, tanpa campur tangan manusia," jelas ketua peneliti dan penulis penelitian dari Universitas Free di Berlin, Maaike Groot.
"Temuan ini unik dan memberikan bukti tidak terbantahkan terkait penggunakan biji henbane hitam secara sengaha pada masa Romawi Belanda" lanjutnya, dikutip dari Arkeonews, Jumat (9/2).
Arkeolog memastikan benih tersebut sengaja dimasukkan ke dalam tulang hewan sepanjang 7,2 sentimeter.
Tulang tersebut berasal dari antara tahun 70 dan 100 Masehi berdasarkan model keramik dan bros kawat yang ditemukan di lubang berlumpur yang sama.
Berdasarkan analisis bioarkeologi, tulang berongga itu diambil dari tulang paha domba atau kambing, dengan tar kulit kayu birch sebagai penutup di salah satu ujungnya.
Biji henbane hitam diidentifikasi dari kandungan hyoscyamine tarnya.
Ini adalah kejadian pertama yang diketahui mengenai benih yang sengaja disimpan untuk digunakan nanti.
Henbane hitam adalah tanaman yang sangat beracun dengan khasiat obat dan psikoaktif. Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
Penulis Romawi, Pliny sang Tetua, menulis tentang penggunaan tanaman ini sebagai obat hampir 2.000 tahun yang lalu. Ini termasuk penyakit gigi, sakit telinga, dan sengatan serangga. Sumber-sumber ini menunjukkan bahwa obat tersebut digunakan untuk tujuan pengobatan dan tidak dianggap sebagai obat rekreasional, menurut penelitian tersebut.
Penemuan ini menunjukkan penggunaan henbane mungkin merupakan hal yang lumrah karena pemukiman tersebut terletak di pinggiran pedesaan Kekaisaran Romawi.
“Studi kami berkontribusi pada diskusi tentang bagaimana membedakan antara gulma yang secara alami berakhir di kumpulan archaeobotanical dan tanaman yang sengaja digunakan oleh manusia,” kata Groot. “Kami berpendapat bahwa penemuan henbane hitam di masa depan harus dipelajari dengan mempertimbangkan konteks penemuan dan hubungannya dengan tanaman obat lain.”
Analisis mengungkapkan, henbane hitam sering dikaitkan dengan 13 spesies lain yang berpotensi digunakan sebagai obat atau simbolis di 83 situs Romawi di Belanda. Hal ini berarti bahwa tanaman tersebut tidak selalu tumbuh secara alami, melainkan dibudidayakan. Akhirnya, temuan baru ini memberikan bukti kuat tentang penggunaan biji henbane hitam secara sengaja pada zaman Romawi.
Studi ini akan diterbitkan dalam jurnal akademik Antiquity edisi April.