Sisi Lain Anwar Usman Ipar Jokowi, Dulunya Guru Honorer hingga Pernah Main Film
Anwar Usman berhasil membatalkan pengangkatan Suharyoto sebagai Ketua MK. Ini sisi lain ipar Jokowi yang jarang terungkap.
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan sebagian gugatan Hakim Konstitusi Anwar Usman. Sebelumnya, Anwar mempermasalahkan pengangkatan Suhartoyo sebagai Ketua MK periode 2023-2028.
PTUN menyatakan pengangkatan Suhartoyo sebagai Ketua MK menggantikan Anwar Usman dibatalkan atau tidak sah. Mengutip YouTube Liputan6, PTUN juga mewajibkan MK selaku tergugat untuk mencabut keputusan pengangkatan Suhartoyo.
- Akhir Manis Perjuangan Guru Honorer Supriyani, Lolos dari Jeruji Besi Usai Dituduh Aniaya Anak Polisi
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Segera Bertemu Kapolri Bahas Kasus Guru Honorer Supriyani
- VIDEO: Potret Eks Ketua MK Anwar Usman Hadir HUT Ke-79 RI di IKN, Jokowi Sempat Melirik
- Anies Beberkan soal Pendidikan, Prabowo: Maklum Beliau Mantan Menteri
Sementara itu, PTUN tidak mengabulkan permintaan Anwar Usman yang ingin kembali menduduki kursi kepemimpinan Mahkamah Konstitusi RI.
Terlepas dari gugatannya kepada institusi tempatnya mengabdi, ini sisi lain Anwar Usman yang jarang diketahui publik.
Guru Honorer
Anwar Usman lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 31 Desember 1956. Ia mengawali kariernya sebagai guru honorer pada tahun 1975, saat itu usianya baru 19 tahun.
Anwar lahir dan dibesarkan di kampung halamannya di Desa Rasabou, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Ia menempuh pendidikan dasar di SDN 03 Sila, Kabupaten Bima.
Lulus SD, ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) selama 6 tahun hingga 1975.
“Selama sekitar enam tahun hidup terpisah dari orangtua, saya banyak belajar disiplin dan kemandirian, karena sebagian hidup saya habiskan di perantauan,” ujar Anwar, dikutip dari laman mkri.id.
Merantau
Lulus dari PGAN, Anwar izin kepada kedua orang tuanya untuk merantau lebih jauh lagi ke Jakarta. Di sana, ia langsung menjadi guru honorer di SD Kalibaru.
Selama menjadi guru, Anwar melanjutkan pendidikannya ke jenjang S1. Ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta dan lulus pada 1984.
“Teman-teman saya sesama PGAN kala itu banyak memilih melanjutkan pendidikan ke IAIN, mengambil fakultas tarbiyah, fakultas syariah atau fakultas lainnya. Adapula yang melanjutkan pendidikan ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Jarang yang memilih fakultas hukum," jelas Anwar.
Meski kuliah dan kini jadi ahli hukum, Anwar tidak melupakan dunia pendidikan. Hingga kini, ia masih tergabung dalam yayasan yang menaungi SD Kalibaru Jakarta. Anwar bahkan diangkat menjadi Ketua Yayasan.
Anwar sendiri tak pernah menyangka akan menjadi Hakim Konstitusi seperti sekarang.
“Saya sama sekali tak pernah membayangkan mengucapkan sumpah jabatan di hadapan Presiden. Tidak pernah membayangkan bisa terpilih menjadi salah satu hakim konstitusi,” ungkapnya, dikutip dari laman mkri.id.
Sisi Lain
Dihadapkan pada seluk-beluk urusan hukum yang kental dengan nuansa serius tak membuat jati diri Anwar sebagai manusia kreatif hilang. Hingga kini, ia tetap suka menyanyikan lagu-lagu Broeri Marantika.
Selama kuliah di Jakarta, Anwar aktif dalam kegiatan teater di bawah asuhan Ismail Soebarjo. Ia juga merupakan anggota Sanggar Aksara.
Bahkan, Anwar jadi pemeran dalam film yang dibintangi oleh Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan dan Rini S. Bono besutan sutradara ternama Ismail Soebarjo pada 1980. Film berjudul Perempuan dalam Pasungan itu pun diganjar Piala Citra.
“Saya hanya mendapat peran kecil, namun menjadi suatu kebanggaan bisa menjadi anak buah sutradara sehebat Bapak Ismail Soebarjo," ungkap pria yang mendapat gelar Doktor dari Universitas Gadjah Mada itu.