Warga Diminta Waspada, PVMBG Ungkap Potensi Bahaya Pasca Erupsi Gunung Semeru
Adapun, potensi tersebut berasal dari sekitar puncak, termasuk akan dipengaruhi oleh keadaan hembusan angin di sekitar lokasi bencana.
Koordinator Kelompok Mitigasi Gunung Api Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto menyatakan, terdapat sejumlah potensi ancaman bahaya, pasca erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang terjadi Sabtu (4/12) kemarin.
Dilansir dari Antara, Kristianto mengungkapkan potensi bahaya pasca erupsi berasal dari sekitar puncak. Termasuk akan dipengaruhi oleh keadaan hembusan angin di sekitar lokasi bencana erupsi Gunung Semeru.
-
Bagaimana bentuk Jurig Jarian? Mulai dari perempuan berambut panjang, sosok bertubuh tinggi dan besar sampai yang menyerupai tuyul karena ukurannya yang kecil dan berkepala botak.
-
Apa saja yang terjadi saat Jamasan Jimat? Setelah jimat-jimat dikeluarkan, sang juru kunci bersama para kerabat Amangkurat segera membuka kain mori kusam yang membungkus pusaka sebelum dicuci menggunakan air jeruk bali.
-
Apa itu Jurig Jarian? Dalam bahasa Sunda, Jurig berarti hantu dan Jarian adalah tempat yang kotor. Sesuai namanya, sosok menyeramkan ini muncul dari daerah yang kotor seperti tempat sampah.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Kenapa Jurig Jarian muncul? Legenda ini mengisahkan bahwa Jurig Jarian adalah hasil energi negatif yang berkumpul di lokasi tersebut.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Lontaran Batuan Pijar hingga Awan Panas
Hujan abu pasca erupsi semeru ©2021 Merdeka.com/Nanda Farikh Ibrahim
Kristianto menjelaskan, potensi bencana tersebut salah satunya berasal dari area puncak Gunung Semeru terutama lontaran batuan pijar.
"Potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin," katanya.
Kemudian, potensi ancaman lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
"Jika terjadi hujan dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak, sehingga dalam status waspada agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah sektor selatan-tenggara," ujarnya.
Lava dan Lahar Dingin Diprediksi Melintasi 3 Aliran Sungai
Selain itu Kristianto meminta agar masyarakat mewaspadai akan potensi awan panas guguran lava, dan lahar dingin di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Beberapa yang menjadi catatannya adalah aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
"Radius dan jarak rekomendasi itu akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya," katanya.
Berstatus Level Waspada
Sebelumnya, menurut informasi dari PVMBG, saat ini status gunung Semeru masih berada di posisi waspada.
Menurutnya, walaupun sempat terjadi erupsi besar, namun dari hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi ancaman bahaya, tingkat aktivitas Gunung Semeru dinilai masih berada di level II.
Adapun pemunculan guguran dan awan panas guguran diakibatkan oleh ketidakstabilan endapan lidah lava. Sehingga aktivitas yang terjadi di Gunung Semeru pada tanggal 1 dan 4 Desember merupakan aktivitas permukaan (erupsi sekunder).
Untuk kegempaannya tidak menunjukkan adanya kenaikan jumlah dan jenis gempa yang berasosiasi dengan suplai magma/batuan segar ke permukaan.
"Jumlah dan jenis gempa yang terekam selama 1 hingga 30 November 2021 didominasi oleh gempa-gempa permukaan berupa gempa letusan dengan rata-rata 50 kejadian per hari," tuturnya.
Ia menambahkan, dua peristiwa tadi, masing-masing terjadi empat kali melalui gempa-gempa vulkanik (gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor). Dari situ, mengindikasikan bahwa jumlah kenaikan magma ke permukaan masih sangat rendah.
Pada 4 Desember 2021 mulai pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir, kemudian pada pukul 14.50 WIB teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 4 kilometer dari puncak atau 2 kilometer dari ujung aliran lava ke arah tenggara (Besuk Kobokan), tetapi hingga saat ini sebaran dan jarak luncur detail belum dapat dipastikan.