Belajar Social-preneur dari Sal Khan
Seseorang kadang salah memaknai hidup. Kesuksesan dan kebahagiaan, kadang diukur dalam arti sempit: Harta.
Untuk mendapatkan kekayaan atau harta, adalah melalui usaha (bisnis). Namun, kadang banyak terjebak pada cara yang praktis — malas kreatif dan curang — sehingga menghalalkan segala cara. Dalam pandangan Stephen Covey dengan nasihat 7 bisnis wise-nya, maka banyak orang terilhami untuk membuat bisnis yang bermakna. Bisnis dengan proses yang beretika. Oleh karena itu, tidak cukup hanya menjadi entrepreneur, akan tetapi kini berkembang juga social-preneur.
Sosical-preneur, apakah itu? Dalam beberapa literatur, tidak ada kata yang pasti mengenai hal ini. Ini kata kreasi, seperti halnya "i" yang menjadi iPhone, iCash atau "e" yang menjadi e-Mail, e-Wallet, dan lain-lain. Social-preneur adalah kreasi kata yang menggabungkan kata, social dan entrepreneur (pengusaha). Anda masih bebas mendefinisikan secara pas. Intinya adalah kegiatan yang berdampak pada sosial masyarakat, yang tidak secara langsung menekankan dampak pendapatan keuntungan material tapi lebih ke dampak sosial (nirlaba). Tapi ini tidak berarti, tidak mendapatkan pemasukan.
Ada sebuah contoh yang menarik tentang socialpreneurship ini. Kita sebutlah Salman Khan (lengkapnya Salman Amin "Sal" Khan). Lelaki kelahiran 11 Oktober 1976 ini beberapa tahun terakhir menyentak dunia. Lelaki lulusan MIT dan juga Harvard University itu, sebelumnya dikenal sebagai financial analyst. Namanya masuk dalam 50 besar scientist keuangan paling berpengaruh dunia. Meski profesional dengan penghasilan ratusan juta perbulan, tiba-tiba memilih mengundurkan diri pada 2009.
Tentu saja keputusannya menyentak banyak orang. Apalagi, Sal Khan justru memilih jalan lain: membuat soal-soal matematika dan fisika ke dalam halaman komputer web yang bisa di-download gratis. Yang kemudian dikenal dengan Khan Academy (www.khanacademy.org). Ini gara-gara pada suatu hari, keponakannya minta diajari matematika. Dia menggunakan perangkat Doodle untuk mengajarinya. Sang keponakan, Nadia namanya, semula sangat takut dengan matematika, nggak suka, dan rumit. Dia mendapatkan nilai buruk, dan bila gagal maka dia dikeluarkan dari sekolah menengah di kawasan Silicon Valey, California, AS.
Dengan sabar, tekun, Khan berhasil mengajar keponakannya dengan baik sehingga lulus. Maka, sejak itu dia memutuskan untuk membuat literatur pengajaran matematika dan fisika. Saat itu, 2004 dia belum meninggalkan pekerjaannya. Pada 2009, dia melihat sudah banyak sekali yang mengunduh pelajarannya, akhirnya dia pun memutuskan keluar dari bisnis dan menekuni pembelajaran online secara total.
Ketika beban server dan operasional pembelajarannya menguras tabungannya, sempat mempengaruhinya untuk menghentikan pembelajaran online. Tapi, dengan dukungan semangat istri dan para donatur, akhirnya Sal Khan membatalkan untuk menutupnya. Alkisah, keluhan Sal Khan ini terdengar dari banyak orangtua yang merasa bahwa materinya bermanfaat untuk banyak orang dan bisa membuat anak-anak Amerika (bahkan dunia) jadi lebih pintar dan mudah menerima pelajaran matematika dan fisika kreasinya.
Kini jutaan orang terhipnotis oleh pembelajaran ala Sal Khan melalui situs KhanAcademy.org. Anda bisa membukanya, menggunakan akun FB atau email. Dahsyatnya, materi pembelajarannya bisa dimanfaatkan dipakai segala umur. Meski dibagi banyak modul di dalamnya, sesuai kelas atau umur. Semuanya gratis. Karena nirlaba, Sal Khan mempersilakan siapapun untuk menyumbang (donasi).
Kanal pembelajarannya yang diunggah di YouTube, sudah kerubuti sekitar 1,5 juta pengunjung aktif (free subscribers). Passion yang kuat, rasa tanggung jawab yang tinggi, telah mengubah pikiran Khan, bahwa memberikan pembelajaran yang dia miliki ternyata jauh lebih bermakna. Ia merasa menjadi orang yang significant bagi orang lain di seluruh dunia. Majalah berpengaruh dunia TIME, memasukkan Khan dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia. Lidahnya begitu didengar orang.
Pendapatan yang besar sebagai eksekutif, ternyata tak mengalahkan jiwa sosialnya. Oleh The Telegraph, dia mendapat julukan sebagai "Orang yang berambisi jadi pengajar seluruh dunia". Oleh Forbes pada tahun 2012 lalu, dia disebut sebagai "Disruptor" (pengganggu dalam arti positif) yang menyentak dunia. Saat itu, laporan utama Forbes menyebut: "The $Trillion Opportunity". Karena dia melihat, dari yang dihasilkan oleh Sal Khan melalui Khan Academy, telah membuat jutaan bahkan miliaran orang semakin faham matematika dan fisika.
Dalam otobiografinya, Khan ketika berbicara pada istrinya menyatakan motivasinya untuk membuat Khan Academy adalah ingin memberikan sebagian yang dia miliki (ilmu) untuk memberdayakan anak (manusia) dalam jumlah yang tak terbatas sepanjang waktu. Dia tak bisa bayangkan betapa bermaknanya waktu yang telah dia korbankan. "With so little effort on my own part, I can empower an unlimited amount of people for all time. I can't imagine a better use of my time."
Saat ini jaringan Khan Academy tak hanya di Amerika, tapi seluruh dunia. Komunitas Khan Academy di Indonesia juga ada, antara lain dimotori sekelompok mahasiswa dari ITB. Kini, yang terlibat dalam pembelajaran, bukan hanya Khan. Sudah ada tim. Pendiri Microsoft Bill Gates juga pernah menyampaikan pengajaran, dan kata Sal Khan bahwa Gates adalah guru paling favorit.
Dari sebuah tempat kecil seukuran toilet, setelah meninggalkan profesi kerennya, Khan sudah memproduksi 4.300 video latihan. Saat ini sudah dilengkapi pelajaran lain dengan bantuan tim. Pelajarannya tidak hanya tentang matematika dan fisika saja, tapi sudah mengenai ekonomi, sejarah, keuangan, dan banyak lagi. Pendeknya, pelajaran apapun bisa didapatkan dari pengajaran Khan Academy.
Dari yang dilakukan Khan, yang berani meninggalkan dunia finansial analys profesional yang bergelimang, mapan, dan wangi, menuju jalan sosial, membuktikan bahwa sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan sesuatu yang hebat. Dalam sebuah pengakuannya, donatur yang membantu kegiatannya, datang dari berbagai dunia. Income dari donasi kini, tak kalah dibanding yang diterima selama jadi profesional. Namun, orientasinya sudah bukan pada income itu sendiri, tapi bagaimana Khan Academy bersama timnya bisa memberikan pembelajaran lebih baik.
Berkaca dari keputusan Khan tersebut, ternyata untuk mengubah dunia, tidak harus menjadi pejabat, anggota parlemen, ketua partai, atau bahkan ketua mahkamah konstitusi sekalipun. Menjadi apa saja, kalau dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, akan bisa mengubah dunia.
Seseorang kadang salah memaknai hidup. Kesuksesan dan kebahagiaan, kadang diukur dalam arti sempit: Harta. Tidak salah, tapi tak sepenuhnya benar. Khan telah memberikan bukti.
Ini mengingatkan pesan dari tokoh kharismatik Bunda Theresa: "If you can't feed a hundred people, then just feed one. Do not wait for leader. Do it alone, person to person". ***
#Penulis adalah Sekjen APJII, penggiat KlikIndonesia, dan COO merdeka.com dan KapanLagi.com