Berbagi Kesembuhan Lewat Donor Plasma Darah
Terapi plasma darah alias Convalescent plasma sudah banyak diterapkan banyak negara untuk membantu menyembuhkan pasien corona.
Tawa Wijayanto Samirin terdengar lepas. Semangatnya kembali menggebu. Semenjak sembuh dari infeksi berat virus corona, hidupnya kembali ceria. Rasa syukur tak henti terucap dari mulutnya.
Kebahagiaan itu tidak dipendam sendiri. Dia ingin banyak pasien Covid-19 yang nasibnya serupa bisa kembali bahagia. Pilihan menjadi Pendonor plasma darah pun dilakukan.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
-
Kenapa Ndalem Priyosuhartan pernah dijadikan tempat isolasi covid-19? Bangunan itu memiliki banyak koleksi barang antik.
Mantan wakil rektor Universitas Paramadina itu mulai mencari informasi. Berbagai kerabat dihubungi untuk memastikan di mana lokasi rumah sakit memiliki alat donor plasma darah. Seorang rekan memberikan kabar baik. Dia diarahkan untuk menyambangi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan menghubungi seorang dokter bernama Jenny.
Tidak butuh waktu lama, Wijayanto memberi kabar kepada sang dokter. Sambutan begitu hangat ketika Dokter Jenny berbicara di ujung telepon. Waktu pun diatur. Pada Senin, 31 Desember 2020, lalu akhirnya mereka bertemu untuk melakukan donor plasma. "Hanya orang-orang terpilih yang bisa melakukan donor plasma darah," ujar Wijayanto kepada merdeka.com, Selasa kemarin.
Terapi plasma darah alias Convalescent plasma sudah banyak diterapkan banyak negara untuk membantu menyembuhkan pasien corona. Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio sempat menjelaskan bahwa plasma darah itu bersifat imunisasi pasif memberikan antibodi dari luar.
Pengobatan plasma darah sebenarnya hanya ditujukan untuk pasien yang sedang kritis akibat virus Covid-19. Sehingga cara tersebut tidak bisa dipakai untuk pengobatan massal. Salah satunya dikarenakan keterbatasan jumlah sampel donor darah yang tersedia.
Wijayanto merasa beruntung menjadi salah satu bekas pasien Covid-19 dan sudah menjadi pendonor alias survivor plasma darah. Dari penjelasan Dokter Jenny, kata dia, hanya orang yang pernah mengalami terinfeksi berat corona bisa didonorkan imun tubuhnya. Kondisi ini disebabkan kemampuan imun tubuhnya sedang meningkat sehingga berhasil terbebas dari cengkeraman virus.
Pengalaman menjalani donor plasma darah, terasa nikmat bagi Wijayanto. Hanya butuh waktu 45 menit untuk mendapatkan 600cc imun tubuhnya. Jumlah itu paling ideal dengan berat tubuhnya yang mencapai 90 Kg. Alat dipakai tidak jauh berbeda dengan donor darah biasa. Bedanya darah disedot dan dimasukkan ke dalam alat bernama Apheresis.
Dari alat itu, darah seperti disaring dan hanya diambil imun saja. Kemudian alat tersebut mengembalikan lagi darah ke tubuh. Semua berlangsung tanpa rasa sakit. "Seperti kita sedang donor darah. Bedanya ini tubuh kita tidak merasa lemas, karena hanya imun saja yang diambil," Wijayanto mengungkapkan.
Sebelum melakukan donor plasma darah, ada serangkaian tahapan harus dilalui. Bapak satu anak ini sempat diambil darah untuk memastikan bahwa kondisinya benar-benar sehat. Selain itu usia dan bobot tubuh juga memengaruhi ukuran pengambilan plasma darah.
Memang secara umum ada beberapa syarat khusus untuk seseorang ingin melakukan donor plasma darah. Paling utama, usia pendonor minimal 18 tahun dan paling tua 60 tahun. Selanjutnya memiliki berat badan minimal 55 kilogram ke atas. Terakhir dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Belakangan berbagai daerah gencar melakukan donor plasma darah untuk membantu pasien Covid-19. Upaya ini terus dilakukan lantaran masih minimnya animo masyarakat khususnya bagi penyintas Covid-19. Beragam alasan. Mulai dari trauma terinfeksi kembali virus corona, hingga stigma buruk yang masih melekat dari lingkungan.
Kondisi ini tentu mengkhawatirkan. Apalagi beberapa wilayah mulai kehabisan stok plasma darah. Seperti dirasakan Palang Merah Indonesia Surabaya dan Malang. Kondisi ini tentu menjadi dorongan agar semakin banyak para penyintas Covid-19 hadir sebagai survivor plasma darah.
Alasan Menjadi Pendonor Plasma Darah
Pilihan Wijayanto sebagai survivor plasma darah bukan sekedar ikut-ikutan. Banyak cerita melatarbelakangi keinginannya. Terutama untuk membalas budi kepada banyak rekannya yang begitu perhatian dan dukungan ketika dirinya terbaring di rumah sakit.
Selama setengah sebulan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Siloam, Mampang, Jakarta, pada Agustus lalu, keadaannya sempat di ambang hidup dan mati. Kala itu Wijayanto sampai sulit bernapas. Dada terasa sesak. Ditambah hasil tes usap juga menunjukkan bahwa istrinya juga positif. Beruntung putrinya dinyatakan negatif Covid-19.
Keganasan virus corona mulai mengancam nyawa mantan wakil rektor Universitas Paramadina tersebut. Tiga hari menjalani perawatan, kondisi paru-paru mengalami kerusakan 30 persen. Padahal ketika hari pertama masih normal. Beruntung dia mampu bertahan dan hampir dilarikan ke ruang ICU.
Beragam dukungan begitu deras diterima. Mulai dari doa hingga bantuan berupa pasokan obat Avigan dan Gammaraas yang kala itu tengah sulit di dapat. Semua bentuk perhatian itu memacu tubuhnya untuk bangkit dan optimis sembuh.
Perlahan kondisinya membaik. Rumah sakit memperbolehkan untuk kembali ke rumah. Tetapi dia tidak diizinkan segera beraktivitas. Wijayanto pun melakukan isolasi mandiri selama 18 hari. Setelah benar-benar fit, semua kegiatan kembali dilakukan. Tubuhnya terasa lebih enakan.
Kesembuhannya kini tentu menjadi nikmat yang harus dibagi. Meski bukan menjadi penyintas yang sembuh dari terapi plasma darah, tetap saja keinginan untuk berbagi begitu kuat.
Hasil diskusi dengan Dokter Jenny, kata dia, menyebut bahwa imun tubuhnya sedang dalam kondisi prima. Tentu momen ini sayang jika dibiarkan terlalu lama. Wijayanto baru tahu ternyata ada waktu kedaluwarsa imun. Biasanya 3-6 bulan. Kemudian secara alami imun tersebut berganti.
Menjadi survivor plasma darah membuat rasa syukurnya semakin dalam. Rencananya dia segera melakukan donor untuk yang kedua kalinya.
Tentu Kesempatan ini tentu bisa menjadi harapan lagi bagi banyak orang. Walaupun tidak tahu kepada siapa hasil donor plasma dari tubuhnya akan diberikan. "Malah justru tidak kenal semakin bagus, kita akan semakin ikhlas," ucap Wijayanto mengungkapkan.
(mdk/ang)