Tak Boleh Sembarangan, Pemberian ASI Donor Juga Perlu Diperhatikan Keamanannya
Pemberian ASI donor walau merupakan suatu hal yang mulia namun tetap memerlukan prosedur yang tepat.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) donor sering menjadi solusi bagi ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara langsung kepada bayinya. Meski demikian, proses ini tidak boleh dilakukan sembarangan, mengingat risiko kesehatan yang dapat menyertainya. Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, yang juga dikenal sebagai dr. Tiwi, dalam acara peringatan World Prematurity Day di RSIA Bunda, Jakarta.
"ASI donor itu baik, tetapi seperti darah, ASI donor juga dapat menularkan penyakit," ujar dr. Tiwi dilansir dari Antara. Pernyataannya ini menegaskan bahwa penggunaan ASI donor harus melewati proses screening yang ketat, layaknya prosedur pada donor darah.
-
ASI apa yang harus dihindari ibu menyusui? Beberapa makanan bisa menyebabkan reaksi pada bayi, seperti alergi atau gangguan pencernaan.
-
Siapa yang perlu memerah ASI? Dalam menjalani rutinitas kerja sehari-hari, ibu yang bekerja perlu memperhatikan ketersediaan ASI perah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi mereka.
-
Bagaimana cara memberikan ASI dan sufor? Meskipun dapat diberikan secara bergantian, penting untuk tidak mencampur ASI dan susu formula dalam satu botol, melainkan memberikannya secara terpisah.
-
Bagaimana cara menjaga keamanan MPASI? Dr Moretta menjelaskan bahwa keamanan dan kebersihan yang dimaksud adalah dalam proses persiapan dan pembuatan makanan pendamping ASI menggunakan metode, bahan, dan peralatan yang aman dan bersih. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa proses persiapan dan pembuatan MPASI harus memerhartikan kebersihan, minimal dengan mencuci tangan. 'Kemudian, pisahkan pangan mentah dan matang,' ia menyambung. 'Ketiga, masak dengan benar. Lalu, jagalah pangan dalam suhu benar. Terakhir, gunakan air dan bahan baku yang aman.'
-
Siapa yang tidak boleh menyusui? Namun, terdapat keadaan di mana seorang ibu tidak boleh menyusui, yaitu jika dia menderita HIV atau hepatitis.
-
Dimana ASI sebaiknya disimpan? Menurut CDC, ASI hanya boleh disimpan selama empat jam pada suhu ruangan.
Screening Ketat untuk Keamanan Bayi
Dr. Tiwi menjelaskan bahwa terdapat beberapa penyakit utama yang dapat ditularkan melalui ASI donor, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV. Oleh karena itu, ibu pendonor perlu menjalani pemeriksaan medis menyeluruh untuk memastikan ASI yang didonorkan benar-benar aman bagi bayi penerima.
"Screening biasanya mencakup tes penyakit seperti hepatitis dan wawancara untuk memastikan tidak ada riwayat penyakit seperti HIV," tambahnya.
Tidak hanya itu, ibu yang akan menyusui secara langsung juga perlu memastikan dirinya bebas dari penyakit menular ini, agar ASI yang diberikan tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan bayi.
Risiko dari ASI Donor Tanpa Prosedur yang Tepat
Meskipun ASI donor dari kerabat terdekat terlihat aman, dr. Tiwi mengingatkan bahwa risiko tetap ada, terutama jika bayi penerima tidak memiliki antibodi yang cukup untuk melawan penyakit tertentu. Ia mencontohkan, seorang ibu yang memiliki antibodi terhadap suatu penyakit dapat memberikan perlindungan kepada bayinya melalui ASI. Namun, jika ASI tersebut diberikan kepada bayi lain yang tidak memiliki antibodi serupa, risiko kesehatan tetap ada.
"ASI donor adalah langkah baik, tetapi kehati-hatian adalah kunci untuk memastikan manfaatnya maksimal tanpa risiko," jelas dr. Tiwi.
Proses screening yang direkomendasikan tidak hanya bertujuan untuk melindungi bayi, tetapi juga untuk memastikan bahwa manfaat ASI donor dapat dirasakan secara optimal. Dengan mematuhi prosedur yang telah ditetapkan, orang tua dapat memberikan yang terbaik bagi bayi mereka tanpa khawatir akan potensi risiko kesehatan.
Pemberian ASI donor adalah salah satu langkah mulia untuk membantu tumbuh kembang bayi, terutama mereka yang lahir prematur atau tidak memiliki akses ASI dari ibunya sendiri. Namun, langkah ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan kehati-hatian.
Kesehatan bayi adalah prioritas utama. Oleh karena itu, pastikan setiap proses yang melibatkan ASI donor telah melalui tahapan screening yang ketat dan memenuhi standar medis. Dengan begitu, bayi dapat tumbuh sehat tanpa risiko yang tidak diinginkan.