Pemberian ASI Jadi Salah Satu Faktor yang Bisa Mengurangi Risiko Kanker Payudara
Risiko kanker payudara pada wanita bisa ditekan salah satunya dengan pemberian ASI secara rutin.
Pemberian ASI eksklusif selama dua tahun tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan bayi, tetapi juga berperan penting dalam mengurangi risiko kanker payudara pada ibu. Dr. Diani Kartini, Sp.B Subsp. Onk (K), seorang dokter spesialis bedah konsultan onkologi dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa menyusui dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kanker payudara pada wanita.
"Orang yang tidak menyusui, tidak memiliki anak, merupakan faktor risiko untuk terjadinya kanker payudara," ujar Dr. Diani dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah kanker payudara? Lebih baik mencegah daripada mengobati. Ada beberapa cara yang bisa anda coba untuk mendeteksi gejala kanker payudara di atas. Cara tersebut bernama SADARI yang digagas dari Yayasan Kanker Indonesia. Untuk melakukan SADARI, lakukan 7-10 hari pasca menstruasi:
-
Mengapa pijatan payudara bisa membantu mencegah kanker? Penelitian yang dilakukan lebih dari satu dekade lalu ini masih relevan hingga sekarang. Menurut hasil penelitian tersebut, tekanan fisik yang diberikan melalui pijatan payudara dapat membantu mengatur sel-sel tubuh kembali ke pola pertumbuhan yang normal.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan payudara? Untuk menjaga kesehatan payudara penting untuk rajin berolahraga, mengurangi konsumsi minuman beralkohol. Kemudian mengonsumsi makanan sehat, dan melakukan pemeriksaan payudara secara rutin.
-
Makanan apa yang bisa tingkatkan risiko kanker payudara? Penggunaan daging merah lebih dari 150 gram setiap hari secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko kanker payudara hingga 10 persen.
-
Makanan apa yang meningkatkan risiko kanker payudara? Konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh dan rendah serat dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker payudara.
-
Apa yang membantu kanker payudara lebih mudah diobati? 'Semakin cepat kanker payudara terdeteksi, semakin besar peluang untuk sembuh,' ungkap Budi Harapan Siregar, dokter spesialis bedah konsultan onkologi di Eka Hospital Bekasi, dalam keterangan pers yang dirilis pada Sabtu (12/10/2024).
Penurunan risiko kanker payudara pada wanita yang menyusui berhubungan dengan perubahan hormonal yang terjadi selama masa menyusui. Hormon estrogen, yang diketahui berperan dalam perkembangan beberapa jenis kanker payudara, mengalami penurunan saat seorang ibu menyusui. Dengan demikian, periode menyusui selama dua tahun menjadi langkah pencegahan yang alami dan efektif untuk mengurangi kemungkinan terkena kanker.
Wanita yang tidak menyusui atau yang tidak memiliki anak cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker payudara. Kondisi ini, menurut Dr. Diani, termasuk dalam kategori faktor risiko yang tidak dapat dicegah, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor genetik. Namun, ia menekankan bahwa meskipun beberapa faktor risiko tidak dapat dihindari, terdapat langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko kanker.
"Pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan dan menjalani gaya hidup yang seimbang, dapat mengendalikan faktor risiko tersebut," katanya.
Selain faktor menyusui, Dr. Diani juga mengingatkan pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan rutin payudara, baik pada masa menyusui maupun setelahnya. Terkadang, benjolan dapat muncul setelah ibu berhenti menyusui, yang bisa disebabkan oleh ASI yang menggumpal atau adanya potensi tumor. Jika benjolan tersebut dapat bergerak saat disentuh, kemungkinan besar benjolan itu merupakan tumor jinak.
Namun, jika benjolan tidak bergerak atau terasa keras, segera konsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, seperti melalui USG atau mamografi. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Tanda-tanda lain yang harus diwaspadai terkait kanker payudara termasuk perubahan pada puting yang tertarik ke dalam, kulit payudara yang tampak berkerut seperti kulit jeruk, serta gejala yang lebih serius seperti nyeri di tulang belakang, sesak napas, atau batuk.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya menyusui, diharapkan lebih banyak wanita memahami bahwa menyusui tidak hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga berperan dalam menjaga kesehatan payudara mereka.
Mengkombinasikan pola hidup sehat dengan pemberian ASI eksklusif selama dua tahun dapat menjadi langkah signifikan dalam upaya pencegahan kanker payudara, yang hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada wanita.