Bisnis gaya Mak Beng vs Toserba retail
Sesuatu yang khas dan membuat penasaran akan memiliki makna yang dalam daripada sekadar produk massal yang tanpa jiwa.
Setiap usaha bisnis selalu bicara soal produk dan margin (keuntungan). Dalam mengambil keuntungan, adalah melihat berdasarkan seberapa besar (peluang) dan potensinya. Apakah potensinya ada, bisa diperbesar, atau memang terbatas.
Ketika dihadapkan pada peluang, maka tantangannya adalah kapan diambil peluang itu dan apakah segera dihabiskan peluang itu "hari ini juga" lalu besok mencari lagi sesuatu yang baru? Atau, kita ambil peluang/kesempatan itu, namun kita tidak habiskan saat ini juga. Justru, kita pertahankan pasar itu alami dengan harapan secara jangka panjang tetap tumbuh tidak mati-mati.
Mungkin agak membingungkan memaknai hal di atas. Akan lebih mudah dicerna bila langsung kita sampaikan dengan contoh.
Bagi Anda yang pernah ke Bali, coba luangkan untuk ke pantai Sanur. Maka, di sana akan bisa ditemui sebuah warung ikan goreng dan sup ikan Mak Beng. Warung ini buka jam 10-an pagi, dan habis jam 15.00 sore. Bahkan kalau hari Sabtu dan Minggu bisa habis lebih cepat.
Warung sup ikan dan ikan goreng di Sanur itu berdiri di tahun 1941 oleh Ni Ketut Tjuki yang sekarang terkenal dengan sebutan "Mak Beng". Prakarsa dari sambal Mak Beng dipelopori oleh mertua Mak Beng sendiri kemudian dilanjutkan oleh generasi sekarang. Sup ikan gagasan ini datang dari Mak Beng dan suaminya I Putu Gede Wirya (Nyoo Tik Gwan). Dari dulu, hingga kini, rasanya —menurut banyak orang— tidak berubah.
Begitu juga bila Anda ke Solo, coba tanya ke beberapa orang di Solo, di mana serabi yang enak? Jawabnya adalah serabi Notosuman Asli yang berdiri sejak 1923. Biasanya serabi ini jam 8 sudah buka, dan tak lama kemudian sekitar jam 11.00 siang sudah habis. Memang di situ banyak serabi, tapi ada satu yang tidak terlalu besar, biasanya sudah habis paling cepat. Meski di sekitarnya masih pada buka, tapi banyak orang rela datang di hari berikutnya ke tempat yang sama untuk mengantre.
Kalau Anda ke Bukittinggi, tak terlalu jauh dari Jam Gadang yang menjadi landmark dari kota sejuk itu, ke arah barat dan menurun, ada warung makan yang cukup terkenal Gulai Itiak Lado Mudo (gulai itik lada muda) yang khas dengan sambal hijaunya. Buka pagi, sore hari tidak sampai malam, biasanya sudah habis.
+++
Tiga hal contoh di atas hanya sebagian yang sempat ditemukan. Anda tentu punya koleksi tempat makan khas atau tempat penjualan barang atau jasa yang menarik, yang memberikan kesan bahkan melegenda ketika masih ada (live legend), bukan legenda tapi sudah mati.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka (Warung Mak Beng, Srabi Notosuman Asli, Gulai Itiak Lado Mudo) tidak buka cabang kalau memang laris. Mengapa mereka tidak memperbesar omset berlipat kalau memang dicari orang. Mengapa tidak menambah jumlah masakan sehingga tidak mengecewakan orang yang sudah telanjur datang?
Model usaha yang dilakukan Mak Beng, Srabi Notosuman Asli, dan Gulai Itiak di atas, tentu bagaikan antitesis dalam konteks sekarang ini, dimana nafsu dan keserakahan untuk berkuasa dan mendapatkan keuntungan secepat-cepatnya dengan aroma kapitalisme semakin menyeruak.
Namun kita tidak bisa memungkiri, justru dengan cara mereka, maka mereka justru melegenda dan masih hidup sampai kini. Usia penganan yang mereka sajikan, hingga kini sudah melewati setengah abad, sebuah pembuktian yang tak terbantahkan.
Sebenarnya, kalau kita rasakan, penjualnya biasa saja, polos natural. Tidak seramah warung di mal-mal yang penuh senyum menyapa kita untuk memintanya mampir. Namun demikian, keramahan saja tidak cukup membuat orang setia. Dalam konteks Mak Beng dan sejenisnya, kesetiaan pada rasa, membuat kita semakin mencintainya. Justru karena beberapa kali orang ke sana kehabisan, dibumbui dengan cerita dari pengalaman bahwa rasanya khas dan lezat, maka telah menciptakan penasaran.
Antitesa Mak Beng atau Serabi Notosuman Asli 1923, tentu menciptakan costumer loyalties yang tinggi. Pelanggan tidak peduli lagi berapa duit yang dikeluarkan. Lokasinya dimana pun akan dikejar. Kalaupun pelanggan kehabisan, siap membunuh kekecewaannya, dan siap untuk mendatanginya lagi di lain hari dengan kondisi siap kehabisan. Penasaran telah menjadi tantangan tersendiri, kepuasan bila akhirnya bisa mendapatkannya telah menjadi bagian dari kemenangan.
Coba bandingnya dengan Indomaret atau AlfaMart. Memang ini tidak apple-to-apple. Namun demikian, bisa dijadikan sebagai bagian komparasi dalam konteks penjualan terbatas dan penjualan tak terbatas. Kalau makanan-makanan yang melegenda itu dijual dengan jumlah yang terbatas dan memaksa orang untuk mengantre di hari yang lain, maka toserba Indomaret dan Alfamaret sebaliknya.
Bila pada belasan tahun lalu toserba semacam ini selalu ramai sekali dipenuhi pengunjung, coba lihatlah saat ini. Tidak banyak yang penuh. Mengapa, karena dulu jumlahnya terbatas. Artinya, setiap 1 kilometer ditemukan satu gerai. Sekarang, jumlahnya sudah tidak terhitung. Tahun ini saja, keduanya membuka 800 gerai di seluruh Indonesia. Total gerai yang mereka miliki masing-masing saat ini, Indomaret sekitar 5700 gerai sedangkan Alfamaret 4800 gerai.
Namun, kalau ditanyakan dengan pertanyaan yang jujur, bahwa bangunan gerai-gerai itu mungkin indah, bersih, dingin ber-AC dengan penjual yang berseragam nan gagah dan cantik, tetap saja gagal menciptakan kesetiaan. Apakah Anda setia dan fanatis hanya di satu gerai untuk membeli sesuatu? Pasti jawabnya adalah tidak. Kesetiaan pembeli terhadap gerai-gerai itu hanya satu: harga yang lebih murah.
Belasan tahun lalu, barangkali kita bisa membedakan dengan pemandangan kedua gerai yang saling bertarung itu, sampai hari ini. Yang mana gerai-gerai itu tidak rame lagi. Bagaimana dengan beberapa tahun ke depan, mungkin kita akan bayangkan banyak toko yang cuma memutar musik dan membuang AC semata, karena pembeli yang semakin sepi. Hal ini karena yang mereka lakukan, tanpa disadari telah membuat proses percepatan penjenuhan bisnis.
Sekarang, Anda mau pilih yang mana. Mau menjual produk yang legendaris dan bertahan lama, atau produk yang laris manis dengan berbagai rekayasa pemaksaan jurus marketing yang langsung untung besar, namun besok sudah mati (mungkin cukup hibernate)? Itu pilihan.
Bila ingin produk Anda menjadi langgeng dan selalu menyisakan rasa penasaran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Anda harus memberikan benefit pada pelanggan, 2. Tidak mengecewakan dalam hal rasa atau layanan yang Anda tawarkan, 3. Menjaga kualitas secara berkesinambungan, 4. Selalu jujur dan tetap menjaga otentifikasi dan natural, 5. Konsisten dengan rule (aturan) yang bisa diketahui orang banyak (terutama pelanggan).
Tentu ada tips tambahan yang bisa Anda maknai sendiri. Namun, bagaimanapun juga sesuatu yang khas dan membuat penasaran akan memiliki makna yang dalam daripada sekadar produk massal yang tanpa jiwa. Kuncinya adalah, kita memilih menahan diri dari ketamakan atau membiarkan keserakahan itu dalam bungkus opportunity.
#Penulis adalah Sekjen APJII, penggiat KlikIndonesia, dan COO merdeka.com dan KapanLagi.com
Baca juga:
Produk Apple dan Google pun pernah gagal
Kostum Film Hunger Games dari Pluit
Leadership Soekarno dan Jembatan Semanggi
Pesan Mahatma Gandhi buat calon technopreneur
Sukses karena komitmen pada hobi
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Bagaimana cara mendapatkan inspirasi? Salah satu cara menemukan inspirasi yang paling mudah adalah bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang. Saling berbagi dan bertukar pikiran tentu akan membuka wawasan dan juga ide-ide yang unik.
-
Apa pesan utama yang ingin disampaikan oleh kata-kata inspiratif pengusaha muda? "Alasanku menjadi pebisnis karena mau membuka banyak lapangan kerja dan banyak bermanfaat buat orang lain."
-
Bagaimana kata-kata inspiratif pengusaha muda membantu dalam membangun bisnis? "Memulai perlu keberanian, membesarkan perlu ilmu. Itulah kuncinya dalam berbisnis."
-
Siapa yang bisa menjadi inspirasi bagi kita? "Jadilah seseorang yang memberikan inspirasi kepada orang lain."