Cara penjual nakal bikin black opal abal-abal
"Setelah itu baru diamplas pelan-pelan biar halus. Terus kita olesin minyak rambut tancho tadi," kata Sunar.
Batu black opal merupakan salah satu batuan alam yang memiliki banyak penggemar. Di Indonesia batu alam jenis ini dapat ditemukan di daerah Kalimaja, Tangerang, Banten. Warna batu black opal ini hitam dengan kerlap-kerlip warna seperti pelangi di dalamnya.
Bagi para penggila batu akik, warna-warni seperti pelangi ini disebut jarong atau kembang dan akan bergerak apabila terkena cahaya.
Batu Black Opal mempunyai segmen pasar tersendiri, bahkan karena keindahan dan keunikan black opal membuat harganya melambung tinggi bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Akibatnya, perajin atau pedagang nakal banyak bermain dengan batu ini.
Sunarto salah satu penjual bahan batu akik di kawasan Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur, mau membeberkan bagaimana meracik batu black opal Kalimaya, yang banyak diburu kolektor itu. Hanya bermodal Rp 30 ribu, pria yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia batu akik ini mengaku bisa menjual hingga Rp 1-2 juta untuk batu palsunya itu.
Pria asal Cirebon ini mengatakan, tahap awal pembuatan batu black opal palsu adalah mengumpulkan bahan dasar berupa fosil dan lumpur yang berasal dari kayu atau batu black opal tersebut. Bahan dasar batu black opal tersebut biasa disebut black opal sepur atau kualitas jelek.
"Kalau saya sih biasa minta sama yang udah kenal. Tapi kalau beli bisa Rp 100 ribu itu satu plastik," kata Sunarto, kepada merdeka.com, Senin (10/8) lalu.
Usai mendapatkan batu kualitas jelek tersebut, Sunar lalu pergi ke toko kosmetik untuk membeli glitter (kertas warna), yang berfungsi untuk membuat jarong pada black opal abal-abal buatanya. Usai mendapatkan bahan tersebut, bahan terakhir yang dibutuhkan adalah lem Aron sebagai perekat, tancho (penghitam rambut) dan beberapa lembar alumunium foil.
"Jadi ada dua tahap. Yang pertama mau pakai lumpur black opal atau mau pakai Sepur. Kalau Sepur biasanya sulit dibentuk menjadi cicin, karena mudah pecah. Yang mudah itu pakai lumpur, jadi mudah dibentuk liontin atau cincin," ujarnya.
Dia melanjutkan, setelah berhasil mencetak batu atau liontin yang diinginkan, tahap selanjutnya adalah merendam bahan tersebut dengan lem Aron yang sudah disiapkan dalam sebuah wadah. Setelah itu dibiarkan hingga 30 menit dan dikeringkan.
"Setelah itu baru diampelas pelan-pelan biar halus. Terus kita olesin minyak rambut tancho tadi. Biar warnanya hitam pekat. Terus dikeringkan kembali," ucapnya.
Setelah proses pengeringan tersebut, batu balck opal pun dimasukkan ke dalam alumunium foil dan dibakar selama 30 menit, agar warna hitam pekat yang dinginkan bisa didapat. Usai dibakar, Sunar lalu membubuhi bubuk glitter secara pelan-pelan di permukaan atas batu.
Bubuk glitter inilah yang nantinya akan timbul yang menyerupai jarong (warna pelangi) yang biasanya menjadi daya tari pembeli. "Sudah dibubuhi glitter, terus diolesin lagi tancho, sampai beberapa kali. Sampai jarongnya itu kelihatan sedikit. Namanya ini jarong rintik. Kalau semuanya jarong pembeli curiga," ujarnya.
Hanya butuh waktu sekitar 6 jam, proses pembuatan batu black opal palsu ini akhirnya siap dijual di pasaran. Apalagi setelah diikat dengan ring sebagai cincin batu ini terlihat semakin mewah dan dijual seharga Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta kepada pembeli.
"Kita cari pembeli yang awam yang mudah ditipu. Karena begitu melihat keistimewaan batu dia akan sangat tertarik. Kalau diuji ke lab sudah pasti kita ketahuan menipu," ujarnya.