Dibujuk Prabowo pakai cerita Ronald Reagan
Dibujuk Prabowo pakai cerita Ronald Reagan. Ajat mengaku tak ada permintaan mahar. Meski begitu, dia mengaku tetap butuh waktu. Dia juga tak mau mengambil keputusan tanpa berpikir. Ajat meminta waktu sebulan. Untuk memikirkan tawaran.
Ponsel hitam Sudrajat terus berdering. Di ujung telepon menunggu sosok penting dalam jagat politik Tanah Air. Panggilan itu segera dijawab Sudrajat. Mereka saling sapa. Berbincang santai. Hangat dan akrab. Hingga permintaan tak biasa disampaikan kepada dirinya. Pembicaraan pun mulai menjadi serius.
Lawan bicara Sudrajat via telepon adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dalam perbincangan itu, Prabowo sempat menyampaikan ingin sowan dam menyambangi kediaman Sudrajat. "Saya izin menghadap," kata Sudrajat menirukan ucapan Prabowo.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Apa komitmen PKB terkait Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Kapan Sepur Kluthuk Jaladara diresmikan? Kereta api uap ini diersmikan pada tahun 2009 oleh Menteri Perhubungan saat itu, Jusman Syafi'i Djamal.
-
Mengapa Pilkada Serentak diadakan? Ketentuan ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pemilihan, serta mengurangi biaya penyelenggaraan.
Permintaan itu ditolak. Sudrajat tentu merasa canggung bila Prabowo datang menemuinya di rumah. Begitu pula sebaliknya. Dia juga segan bila harus mendatangi kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor. Sudrajat memilih jalan tengah. Melakukan pertemuan di sebuah tempat di ibu kota.
Dering telpon Oktober 2017 lalu, menjadi kisah awal Mayjen Purnawirawan Sudrajat dicalonkan sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat. Ajat, sapaan akrabnya, memang sudah lama mengenal Prabowo. Dalam dunia militer, Prabowo merupakan juniornya. Pria kelahiran Sumedang, 4 Februari 1949 ini merupakan lulusan Akademi Militer pada 1971. Dia pernah menjabat Kapuspen TNI pada 1999. Setelah itu menjabat sebagai Staf Ahli Panglima TNI bidang Ekonomi. Kemudian dia diangkat menjadi Direktur Jenderal Strategi Pertahanan di Kementerian Pertahanan pada 2003, dan pensiun pada 2005. Pensiun dari Kemenhan, Sudrajat kemudian menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat China.
Sedangkan untuk urusan politik, dua jenderal purnawirawan ini juga bekerja sama dalam Pilpres 2014 silam. Ajat ditunjuk sebagai juru kampanye. Mereka juga kerap berdiskusi terkait masalah kebangsaan. Tak terkecuali tentang politik di Jawa Barat.
Dalam perbincangannya lewat telepon seluler, Ajat mengaku sudah mengetahui arah pembicaraan Prabowo. Meski hanya tersirat, dia paham permintaan itu terkait pelaksanaan Pilkada Serentak 2018.
Waktu pertemuan mereka tiba. Ajat memilih tempat netral. Di mata Ajat, Prabowo merupakan sosok santun. Meski mereka telah pensiun dari dunia militer, namun Prabowo tetap menunjukkan sikap hormatnya kepada para senior. Prabowo, kata Ajat, selalu memberikan hormat lebih dulu saat bertemu. Di mana saja dan kapan pun.
"Kan kalau saya datang ke sana (rumah Prabowo) dikira saya mau apa. Kalau dia yang ke sini kan saya yang rikuh kan," ungkap Ajat kepada merdeka.com di posko pemenangannya di Bandung, Jawa Barat, Jumat dua pekan lalu.
Dalam pertemuan, mereka lebih fokus berdiskusi tentang Jawa Barat. Membahas berbagai masalah. Sampai akhirnya perbincangan berujung pada permintaan. Di luar dugaan. Ajat diberi kesempatan Prabowo menjadi calon gubernur dari Partai Gerindra.
Ajat sempat tak percaya. Berusaha menolak permintaan juniornya. Dia beralasan sudah terlalu tua untuk berlaga di Pilkada. Apalagi usianya sudah memasuki 68 tahun. "I'm to senior to be governoor (Saya sudah terlalu senior untuk menjadi gubernur)," kata Ajat kepada Prabowo.
Prabowo tak putus asa. Terus membujuk. Meyakinkan hati dan pikiran Ajat untuk bergabung membangun masyarakat. Akhirnya Ajat luluh. Ketika Prabowo bercerita tentang kisah Presiden Amerika Serikat ke-40, Ronald Reagan. Di mana sosok itu baru bisa menjabat sebagai presiden saat berada di usia senja.
"Mas enggak gitu, Ronald Reagen kan jadi presiden waktu umurnya 72 tahun," ucap Prabowo kepada Sudrajat.
Pernyataan itu membuat Ajat terdiam. Dia tahu maksud pernyataan itu. Padahal di usianya sekarang, dia ingin menikmati hidup. Ajat pun mulai membuka diri. Meski merasa ada ganjalan. Dengan mengatakan kepada Prabowo bahwa dirinya tak memiliki uang guna memenuhi kebutuhan logistik selama kampanye.
Mendengar pernyataan itu, kata Ajat, Prabowo sedikit lega. Untuk masalah dana kampanye, mereka sepakat mencari bersama-sama. Sebab, menjadi tanggung jawab partai untuk menyukseskan pemenangan dalam perhelatan kursi kekuasaan.
"Logistik saya enggak bisa bantu. Saya enggak punya apa-apa, kalau you (Prabowo) memang betul-betul, Gerindra memikirkan saya orang yang tepat, ya sudah saya serahkan diri saya, kerjaan saya, pikiran saya, but i don't have money untuk itu," ungkap Ajat kepada Prabowo.
"Mas enggak usah dipikirkan untuk itu, ini memang platform partai, uang kita cari sama-sama," jawab Prabowo meyakinkan Ajat.
Ajat mengaku tak ada permintaan mahar. Meski menerima, dia mengaku tetap butuh waktu. Tak ingin mengambil keputusan tanpa berpikir. Ajat meminta waktu sebulan. Untuk memikirkan tawaran.
Sudrajat ©2018 Merdeka.com
Selama itu, lulusan Harvard itu meminta pandangan kepada keluarga, kerabat, sahabat dan koleganya. Salah satunya adalah meminta saran Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Sebab, tawaran itu datang ketika dirinya menjalankan perusahaan penerbangan Susi Air. Sekaligus ingin memastikan bahwa Susi tak ikut bertarung di Pilgub Jabar. Ini dikarenakan sejak tahun 2016, nama kolega bisnisnya itu santer bakal diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Pilgub Jabar. Meski pada akhirnya PDIP lebih memilih TB Hasanuddin dan Anton Charliyan.
Tak hanya kepada Susi, dia juga meminta pandangan kepada para senior dan tokoh agama. Salah satu senior tak dia sebutkan namanya, bertanya soal mahar politik. Ajat memastikan tak ada permintaan uang. "Senior saya mengatakan, tawaran seperti ini sebuah kehormatan. 'Kamu dimintai uang? saya bilang enggak. 'Ya sudah apalagi, terima, ini sebuah kehormatan'," cerita Ajat.
Banyak pihak ditemui Ajat selama satu bulan. Semua pihak ditemui memberikan dukungan untuk menerima tawaran dari Prabowo. Namun, tak sedikit pula mengingatkan untuk tak menggunakan uang rumah dalam perhelatan politik lima tahunan itu di Jawa Barat.
Setelah satu bulan, keduanya kembali bertemu. Prabowo tak sabar menunggu Ajat. Tanpa basa-basi langsung menodong jawaban atas tawarannya sebulan lalu.
"Gimana Mas, how are you?," tanya Prabowo. "I'm still with you," jawab Ajat mantap. Keduanya pun langsung bersalaman.
Jabatan tangan itu bermakna Ajat menerima pinangan dari Prabowo untuk Pilgub Jawa Barat. Dalam pertemuan itu langsung dibahas berbagai langkah bakal harus ditempuh untuk memenangkan Pilgub jabar 27 Juni 2018. Prabowo sempat menjelaskan untuk pemilihan wakil, Gerindra menyerahkan kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai koalisi. Ajat tak keberatan dengan putusan itu. Sebagai mantan tentara, dia mengaku terbiasa dijodohkan dengan siapa saja dalam memimpin suatu lembaga.
Setelah memegang mandat, Ajat kerap diajak Prabowo sowan ke tiap petinggi partai koalisi. Salah satunya menemui Presiden PKS Sohibul Iman dan para kader partai di kantor DPP PKS Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu dia seperti tengah menjalani uji kelayakan menjadi bakal cagub Jawa Barat. Banyak pertanyaan diajukan PKS untuk menilai kesungguhannya sebagai gubernur Jawa Barat.
Usai keliling partai bersama Prabowo, banyak pihak datang menemuinya. Mereka satu per satu membawa satu nama bakal disandingkan dengannya. Tak hanya mengusulkan nama, pihak tak disebutkan namanya itu juga memberikan berbagai pertimbangan. Hingga akhirnya muncul nama Wakil Wali Kota Bekasi sekaligus bekas Ketua DPW PKS Jawa Barat, Ahmad Syaikhu.
Sudrajat-Ahmad Syaikhu ©2018 Merdeka.com
Tanpa memberi keputusan, Ajat hanya menampung semua masukan dan nama. Sebab dia sadar tak berhak untuk memilih nama sebagai pasangannya. Semua telah diserahkan penuh kepada PKS. "Tapi kan kita sudah janji, kalau itu (cawagub) hak prerogatif PKS. Andai kata pensil jadi wakil saya juga saya terima, itu namanya bermain politik yang elegan," ungkap Ajat.
Sudrajat sebenarnya bukan nama tunggal di Partai Gerindra. Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono, menyebut nama Sudrajat masuk dalam bursa kandidat. Ada tiga nama bakal diusung partainya di Pilgub Jabar kala itu. Dua nama lainnya, seperti Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mizwar dan Ketua DPD Jawa Barat Partai Gerindra Jawa Barat, Ahmad Mulyadi. Setelah terjadi dinamika internal partai, Prabowo memutuskan mengusung Sudrajat sebagai kandidat diutus dalam Pilgub serentak 2018.
Menurut Ferry tak ada seleksi khusus buat Ajat. Semua lantaran diminta Prabowo secara langsung. Meski begitu, Ferry enggan menyebut bos partainya tak berkoordinasi. Dia menegaskan penunjukan Ajat juga merupakan hasil musyawarah bersama. "Jadi terpilihnya Pak Sudrajat atas persetujuan bersama," kata Ferry saat dihubungi merdeka.com.
Secara elektabilitas, diakui Ferry, Ajat kalah populer dari para pesaingnya. Meski begitu, dia meyakini sosok tersebut akan menarik simpati warga Jawa Barat. Terlebih Gerindra berkoalisi dengan PKS dan PAN. Dua partai ini dikenal memiliki basis kuat di Jawa Barat.
Mesin partai koalisi pun akan diterjunkan untuk mendongkrak suara. Utamanya di wilayah utara di Jawa Barat. Sebab, kata Ferry, wilayah itu memiliki karakteristik berbeda dengan wilayah selatan. Terutama masyarakat perkotaan dan pedesaan. Tokoh dikenal di perkotaan belum tentu dikenal di wilayah pedesaan. Bahkan demi memenangkan Sudrajat-Syaikhu, Ferry menyebut Prabowo Subianto akan turun gunung untuk memenangkan jagoannya. "Pak Prabowo pasti turun bersama di kampanye-kampanye besar, Kita kan juga dibagi tugas di 27 kota/kabupaten," tegasnya.
Sementara itu, PKS sebagai partai koalisi Gerindra memiliki kisah sendiri. Dalam dua periode lalu, PKS berhasil memenangkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf dalam Pilgub Jabar 2010 dan Ahmad Heryawan dan Dedi Mizwar di tahun 2013. Sepuluh tahun sudah PKS berjaya di tanah pasundan. Sempat ingin mengusung Dedi Mizwar di Pilgub Jabar untuk melanjutkan kiprah Ahmad Heryawan. Rencana itu berubah. Setelah Dedi Mizwar lebih memilih menerima dukungan Partai Demokrat.
Ada sejumlah nama di PKS sebelum Ahmad Syaikhu diputuskan sebagai pasangan Sudrajat. Menurut Syaikhu, sebelum ditunjuk dirinya harus menjalani sejumlah proses. Dia mulai mencalonkan diri sebagai kandidat Pilgub Jabar sejak tahun 2016 lewat proses Pemira. Setidaknya ada 18 kader partai ikut mencalonkan diri.
Proses Pemira sempat tertunda selama pelaksanaan Pilgub DKI. Para kader fokus memenangkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno melawan pasangan Agus Yudhoyono-Sylvi dan Basuki (Ahok)-Djarot.
Usai pelaksanaan Pilgub DKI, proses seleksi untuk kader dari PKS kembali dilanjutkan. Dari 18 kader mendaftarkan lalu tersaring menjadi 10 kader. Kemudian kembali diseleksi hingga meninggalkan tiga nama. Mereka adalah Sohibul Iman, Netty Heryawan dan Ahmad Syaikhu. Hingga akhirnya nama Ahmad Syaikhu dipilih untuk mendampingi Sudrajat untuk meneruskan estafet kepemimpinan Ahmad Heryawan.
Perjodohan pasangan ini cukup unik. Sebelum dipasangkan, mereka sama sekali tidak saling mengenal. Ajat bahkan mengaku mengenal Syaikhu lewat situs pencarian di internet. "Saya lihat dari situ, saya enggak ada resistensi. Setelah ketemu jadi lebih nyaman dan beberapa hari ini kan kita sering diskusi, kita jadi bisa saling mengisi," kata Ajat.
Mereka baru dipertemukan saat deklarasi pada tanggal 10 Januari lalu di Monumen Perjuangan Rakyat, Kota Bandung. Meski baru sebentar mengenal, namun Ajat dan Syaikhu tak kesulitan dalam membangun kecocokan. Syaikhu pun tak merasa kesulitan bekerja sama dengan Ajat. Selain tengah menjadi wakil Wali Kota Bekasi, dia percaya diri bisa bekerja sama dengan Ajat selama 5 tahun mendatang bila terpilih pada 27 Juni 2018. "Insya Allah akan sangat kondusif membangun Jawa Barat," tegas Syaikhu kepada merdeka.com.
(mdk/ang)