Dua Kejutan dari Lantai 28
Pembicaraan kemudian berubah ke tema terkait situasi terkini Partai Demokrat. Ajakan untuk membesarkan partai pun masuk dalam perbincangan. Lebih spesifik lagi, pembicaraan kemudian masuk ke tema terkait kepemimpinan di Demokrat.
Di lantai 28 Hotel Aston Rasuna, Jakarta. Sejumlah kader DPC Partai Demokrat sedang melakukan pertemuan. Semua dibiayai Jhoni Allen dan Darmizal. Pertemuan pada 27 Januari 2021, itu dimulai sejak pukul 9 malam. Semua peserta dilarang membawa ponsel. Mereka berbincang tentang keresahan di Demokrat.
Mendadak suasana berubah. Sosok Muhammad Nazaruddin tiba-tiba hadir di tengah obrolan. Kehadiran mantan Bendahara Umum Demokrat itu membuat semua kader terkejut. Mereka merupakan para ketua DPC Demokrat Kalimantan Selatan. Kedatangan Nazaruddin membuat mereka terheran-heran. Sungkan untuk bertanya, para pimpinan cabang itu hanya bisa saling lirik. Mencoba memahami situasi malam itu.
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Bagaimana Demokrat akan mendekati partai lain? Selain itu, dia menuturkan bahwa Demokrat membuka komunikasi dengan pihak manapun. Sehingga, ujarnya segala kemungkinan yang ada bakal dikaji secara mendalam.
-
Siapa yang memberi tugas khusus kepada Demokrat? Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan Prabowo memberikan tugas khusus kepada Demokrat untuk bisa memenangkan dirinya di Jawa Timur.
-
Apa yang akan dilakukan Demokrat kedepan? Lebih lanjut, Herman menyatakan bukan tidak mungkin Demokrat ke depan akan membentuk poros baru atau bergabung dalam koalisi yang sudah ada. Segala kemunginan, ujar dia bisa saja terjadi.
-
Kapan Pemilu yang ingin dimenangkan Demokrat? Pembekalan bertujuan untuk memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
-
Bagaimana Partai Demokrat menentukan arah politiknya? "Setelah itu mungkin ke depannya baru lah akan diputuskan berdasarkan harapan masyarakat pro perubahan, pro perbaikan, yang telah meletakkan aspirasi dan harapannya kepada Demokrat selama ini,"
Dalam undangan ke Jakarta, mereka diberi tahu bahwa agenda pertemuan malam itu tak lain terkait pemberian bantuan untuk daerah Kalimantan Selatan yang diterjang bencana. Sumber merdeka.com dari elit Partai Demokrat, mengatakan undangan pertemuan penerimaan bantuan bencana tersebut diterima para ketua DPC dari kader Demokrat, Jhoni Allen Marbun.
Pembicaraan kemudian berubah ke tema terkait situasi terkini Partai Demokrat. Ajakan untuk membesarkan partai pun masuk dalam perbincangan. Lebih spesifik lagi, pembicaraan kemudian masuk ke tema terkait kepemimpinan di Demokrat. Di sana Darmizal dan Jhoni Allen menyebut bahwa ada sosok yang lebih layak didapuk sebagai nahkoda partai berlambang Mercy ini. Juga dapat dijagokan untuk Pilpres 2024 mendatang. Sosok itu memang berasal dari luar partai.
Sadar bahwa tema pembicaraan sudah keluar dari agenda awal dan menyasar ke pergantian pimpinan, nyali ketua DPC ciut. Darmizal dan Jhoni Allen terus berupaya meyakinkan. Bahkan duit Rp100 juta sudah disiapkan untuk tiap kepala.
"Buat kalian. Nanti 100 juta semua," ungkap sumber itu menceritakan isi pertemuan kepada merdeka.com. Belakangan dikabarkan bahwa duit yang diterima para ketua DPC Demokrat dalam pertemuan itu hanya 25 persen atau sekitar Rp25 juta. Duit itu dijadikan uang muka. Sisanya bakal dibayar bila rencana mereka berhasil.
Darmizal dan Jhoni Allen pun kembali menghadirkan sosok lain dalam pertemuan itu. Orang yang diyakini lebih hebat dibanding Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Tak berselang lama, para ketua DPC Demokrat Kalsel mendapat kejutan kedua. Sosok itu adalah Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. Tak berselang lama, Moeldoko pun hadir di tengah pertemuan.
Para kader Demokrat lagi-lagi terkejut. Mereka tidak menyayangkan bahwa ada Moeldoko di dalam pertemuan. "Para kader terkejut ketika dihadirkan sosok Moeldoko," ujar sumber merdeka.com itu.
Pertemuan tersebut kemudian dinamakan dengan upaya pengambilalihan secara paksa kepemimpinan Demokrat. Beredar beberapa nama orang yang diduga terlibat. Satu di antaranya merupakan kader aktif Partai Demokrat. Dia adalah Jhoni Allen Marbun. Adapun Jhoni disebut-sebut sebagai tokoh sentral gerakan ini.
Terkait tuduhan ini, Jhoni Allen tidak bisa dihubungi. Statusnya kini juga belum diputuskan Demokrat. Ditambah posisinya merupakan anggota DPR dari Dapil Sumatera Utara II.
Sedangkan Darmizal tidak menampik bahwa dirinya yang mengajak Moeldoko dalam pertemuan di Aston Rasuna tersebut. Bahkan dia menyebut sebagai aktor dalam pertemuan itu. "Saya itu aktor pertemuan Pak Moeldoko dengan kader Partai Demokrat," kata Darmizal kepada merdeka.com, Sabtu pekan lalu.
Terkait duit Rp100 juta, Darmizal membantah adanya uang dalam pertemuan itu. Justru para kader banyak mengeluhkan tentang kinerja partai selama ditangani AHY. Apalagi di tengah bencana banjir Kalsel sangat kurang perhatian dari pengurus pusat Demokrat.
Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menjelaskan soal peran Jhoni dan Nazaruddin. Adapun kader internal berperan untuk meyakinkan para ketua DPC untuk datang ke Jakarta dengan janji mendapatkan bantuan dana. Peran ini dapat dijalankan dengan mulus lantaran yang bersangkutan pernah menduduki posisi penting dalam kepengurusan partai di periode yang sudah lewat.
Sementara Mantan kader yang dipecat karena kasus korupsi, lanjut dia, diduga bertanggung jawab atas pengelolaan logistik. Nazaruddin diduga bertugas meyakinkan kader-kader yang hadir akan kekuatan logistik yang mereka miliki. "Mantan kader dipecat ini juga bertugas mengkonsolidasi sumber-sumber logistik," ungkap Herzaky.
Para kader Demokrat dalam pertemuan itu diklaim Herzaky sudah mengembalikan uang muka ke DPP Demokrat. Duit itu kemudian dikembalikan. Sayangnya Herzaky dan para elit DPP Demokrat lain enggan mengungkap ke mana duit itu dikembalikan. Mereka mengaku patuh aturan partai dan perintah ketua umum Demokrat.
Darmizal secara terang-terangan menyatakan bahwa dirinya lah yang menjadi aktor pertemuan Moeldoko dan para kader Demokrat. Dia pun menegaskan bahwa satu-satunya tujuan pertemuan tersebut memang terkait pemberian bantuan untuk daerah-daerah yang terdampak bencana alam. Pertemuan itu, diprakarsai oleh mantan anggota DPR dari partai Demokrat Alm. Ihwan Datu Adam.
Dia mengaku diminta untuk mendekati Moeldoko karena dianggap dekat Panglima TNI di era SBY itu. Darmizal bahkan mengatakan, bahwa kedekatannya dengan Moeldoko sudah berlangsung sejak tahun 1996. Moeldoko yang dianggap sebagai wakil pemerintah yang tentu bisa berbuat banyak bagi masyarakat yang tertimpa bencana alam.
Karena niatnya untuk kepentingan masyarakat, maka dia pun bersedia menjembatani pertemuan itu. Dia menegaskan bahwa pertemuan tersebut tidak membahas soal rencana pengambilalihan secara paksa kepemimpinan partai Demokrat dari AHY. DPP Demokrat, lanjut dia seharusnya lebih teliti dalam menanggapi informasi yang masuk. "Tanya Johnny Allen apa tujuannya. Bukan menerjang sana-sini, panik. Tuduh Pak Moeldoko. Pak Moeldoko niatnya baik," ujar dia.
Sementara terkait akomodasi yang diberikan kepada peserta pertemuan, dia mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Semua fasilitas yang disediakan pihaknya, termasuk penginapan merupakan bagian dari sikap empati kepada rekan-rekan seperjuangan.
Ketua Badan Pembina Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) DPP Partai Demokrat Herman Khaeron menegaskan dinamika internal merupakan hal yang sudah biasa terjadi di tubuh partainya. Sepanjang sejarah perjalanan Demokrat, telah terjadi berbagai dinamika internal. Namun, rangkaian dinamika tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Namun dinamika yang terjadi saat ini berbeda.
"Tapi ini lain. Karena di sana ada kekuasaan," tegas dia kepada Merdeka.com
Sebab, berdasarkan pengakuan kader-kader yang terlibat dalam pertemuan, pihak internal yang berasal dari lingkaran kekuasaan itu telah menyatakan secara terang-terangan niatnya untuk menjadi Ketua Umum Demokrat. Juga menggunakan Demokrat sebagai kendaraan politik.
Moeldoko mengakui bahwa dirinya pernah bertemu dengan sejumlah kader dari Partai Demokrat. Dia menceritakan pertemuan tersebut atas ajakan para kader partai. Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa pertemuan merupakan pertemuan biasa dan bukan sesuatu yang harus dipersoalkan.
"Beberapa kali loh masanya. Ya ada di hotel ada di mana-mana. Enggak terlalu penting lah. intinya aku datang diajak ketemu wong saya biasa di kantor saya itu setiap hari menerima orang, menerima berbagai kelompok di kantor saya, biasa itu," ungkap Moeldoko.
Walaupun demikian, Moeldoko enggan merinci dalam pertemuan tersebut juga bertemu dengan Jhoni Allen Marbun dan M Nazaruddin. Tidak hanya itu dia juga enggan membeberkan dilakukan berapa kali bersama para kader PD. Dia mengatakan hal tersebut adalah urusan internal partai. Sebagai pihak yang berada di luar, tidak elok jika dirinya ikut berkomentar.
Dia juga menepis kabar bahwa dirinya mengundang para kader dan menjanjikan memberikan uang jika dukungan tersebut diberikan. Dia pun tidak memiliki uang untuk meminta dukungan. Kabar bahwa dalam pertemuan tersebut dibahas rencana kongres luar biasa yang akan dilakukan untuk mengambil alih kepemimpinan partai Demokrat pun dia bantah.
"Saya ini orang luar. Enggak punya hak apa-apa. Gitu lho yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? enggak ada urusannya. wong saya orang luar. Enggak ngerti lah,"
Mantan Panglima TNI itu juga membantah kabar yang menyebutkan bahwa dinamika di Partai Demokrat berkaitan dengan dirinya yang sedang mempersiapkan pencalonan sebagai capres 2024. Menurutnya, saat ini ada setumpuk pekerjaan yang harus dia jalankan sebagai Kepala KSP. Dalam pandangan dia, tuduhan tersebut merupakan lelucon semata. "Janganlah apa membuat sesuatu itu kayak dagelan saja. Gitu lucu-lucuan, moeldoko mau kudeta lah, kudeta apaan kudeta?" kata dia menjelaskan.
(mdk/ang)