Duet Maut Gelora Hantui PKS
Kelahiran Partai Gelora langsung mendapat cibiran Ketua DPP PKS Tifatul Sembiring. Dia menuding Partai Gelora melakukan pembajakan terhadap kader PKS.
Gembar-gembor kelahiran Partai Gelora sudah ramai di media sosial selepas Pemilu 2019. Fahri Hamzah sebagai salah seorang pendiri menjadi motor penggerak. Upaya memperkenalkan partai baru ini terus digelorakan. Sambil sesekali menyindir mahar Rp30 miliar belum dibayar sebagai pecatan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Gelora merupakan singkatan Gelombang Rakyat Indonesia. Mayoritas didirikan para mantan kader PKS. Partai ini dipimpin Anis Matta dan Fahri Hamzah sebagai wakilnya. Dua sosok ini merupakan duet maut bagi Partai Gelora. Selain menjadi musuh bersama para elit di PKS.
-
Apa yang menurut Fahri Hamzah menjadi bukti dari efek persatuan Jokowi dan Prabowo? "Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum," sambungnya.
-
Bagaimana Fahri Hamzah melihat proses bersatunya Jokowi dan Prabowo? "Ini adalah dua tokoh besar. Orang hebat dua-duanya, yang selama ini oleh politik dibuat bertengkar, sekarang kita buat mereka bersatu," tutur Fahri, Minggu (28/1)
-
Kapan Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden? Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia.
-
Kenapa KH Ahmad Hanafiah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional? Gelar tersebut diserahkan oleh Presiden RI kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta pada Jumat (10/11) lalu.
-
Kapan Amir Hamzah ditangkap? Konon, Amir diduga sedang makan bersama dengan perwakilan Belanda saat kembali ke Sumatra. Saat itu, revolusi sosial sedang berkembang. Sebuah kelompok dari Pemuda Sosialis Indonesia menentang Feodalisme. Akhirnya masa kepemimpinan Amir pun hancur dan ia ditangkap.
-
Kenapa Amir Hamzah menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Anis Matta senasib seperti Fahri Hamzah. Mantan Presiden PKS itu dipecat dari PKS. Bahkan dianggap sebagai musuh di internal ketika masih tercatat sebagai kader. Sampai gerak-gerik dia selalu diamati ketika keduanya merintis Gerakan Arah Baru (Garbi), sebuah ormas yang menjadi cikal bakal Partai Gelora.
Perpecahan internal PKS memang sudah terjadi sejak lama. Ada dua faksi di tubuh PKS. Faksi Keadilan diisi Presiden PKS Sohibul Iman dan para tokoh elit partai saat ini. Dalam kelompok ini identik diisi para senior dan sangat kental dengan hirarki dan senioritas.
Presiden PKS Muhammad Sohibul Iman ©Humas DPP PKS
Kelompok ini bersinggungan dengan Faksi Sejahtera. Kelompok di PKS ini diisi para pengurus muda, seperti Anis Matta dan Fahri Hamzah. Faksi ini dikenal sebagai kelompok demokratis dan cenderung moderat.
Keluarnya Anis Matta dan Fahri Hamzah jadi indikasi keduanya membawa pasukan Faksi Sejahtera ke Partai Gelora. Bahkan Fahri menyebut banyak kader PKS yang dipecat diam-diam lantaran menjalin komunikasi dengan para pecatan partai.
"Memang di PKS ketat aturannya. Kalau ada kontak dengan tokoh yang dipecat seperti saya, akan ikut dipecat," kata Fahri kepada mereka.com pekan lalu.
Partai Gelora lahir bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2019. Sepekan kemudian, mereka mencatatkan diri kepada notaris dan mendaftarkan diri ke Kementerian Hukum dan HAM tanggal 4 November.
Terdapat 99 inisiator dan pendiri pusat partai. Gelora mengklaim memiliki kader sebanyak 1.020 yang tersebar di 34 provinsi. Sejumlah nama politisi tersohor juga masuk dalam bagian partai.
Para tokoh terkenal itu, di antaranya mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Wakil Gubernur Kalimantan Timur Hadi Mulyadi, mantan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana, dan mantan Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mahfudz Siddiq.
Kelahiran Partai Gelora langsung mendapat cibiran Ketua DPP PKS Tifatul Sembiring. Dia menuding Partai Gelora melakukan pembajakan terhadap kader PKS. Merasa selama ini Anis Matta dan Fahri Hamzah mengganggu di internal partai.
"Kalau bagi saya sih mereka membuat partai baru monggo, tapi jangan ngacak-acak lagi di sini," ujar Tifatul.
Rencana pendirian partai dilakukan Anis Matta dan Fahri Hamzah sudah santer sejak keduanya dianggap bermasalah bagi PKS. Keduanya dikabarkan bakal membuat partai baru bila PKS berhasil menaikkan suara di Pemilu 2019. Namun, bila gagal gemilang, duet maut itu berencana melakukan perombakan pimpinan PKS.
Berbeda dengan Tifatul, Juru bicara PKS Muhammad Kholid merasa kehadiran Partai Gelora bukan menjadi masalah besar bagi partai. Para kader PKS diyakini sudah dewasa dan menghormati keputusan para eks kader yang bergabung dan mendirikan partai baru.
Kondisi itu bisa dilihat ketika PKS sedang mengalami konflik di internal saat sedang aktif berkampanye sebagai peserta Pemilu 2019. Kholid merasa partainya cukup percaya diri. Kenaikan mencapai 3 juta suara bagi dirinya menunjukkan bahwa konflik tidak memengaruhi suara PKS.
"Jadi isu itu tidak menjadi masalah besar. Tahun 2019 kita malah perform," kata Kholid kepada merdeka.com pekan lalu.
Sayangnya, Kholid enggan membahas kabar adanya pemecatan diam-diam dilakukan PKS terkait kader yang dituding dekat dengan Anis Matta dan Fahri Hamzah. Dia berdalih banyak hal sedang dikerjakan PKS. Termasuk baru selesai menggelar rapat koordinasi nasional (Rakornas).
Gelora Ambil Ceruk PKS
Lahir sebagai partai baru, Gelora segera menyusun kepengurusan. Pada Kamis, 21 November, pengurus DPW Partai Gelora Provinsi Jawa Barat sudah mengukuhkan pengurus DPD tingkat kota dan kabupaten.
Tercatat ada 27 Pengurus DPD yang baru saja dilantik. Mereka dibekali Surat Keputusan (SK) untuk membentuk kepengurusan partai dari tingkat kabupaten/kota sampai ke tingkat kecamatan.
Tugas pertama para pengurus daerah yakni membuat struktur pengurus dari ketua, sekretaris dan bendahara. Pembentukan struktur ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan administrasi pendaftaran partai ke Kementerian Hukum dan HAM.
Di era serba digital, Partai Gelora mengklaim sebagai partai startup. Sebab salah satu metode perekrutan bakal berbasis teknologi. Saat ini mereka tengah menyiapkan aplikasi yang akan diperkenalkan pada bulan Desember mendatang.
"Aplikasi ini rencana di launching awal Desember," Ketua DPW Partai Gelora Provinsi jawa Barat, Haris Yuliana kepada merdeka.com pekan lalu. Haris merupakan eks kader PKS. Dia memutuskan hengkang dan memilih bergabung dengan Partai Gelora.
Partai Gelora 2019 Merdeka.com/twitter fahri hamzah
Adapun upaya pembentukan struktur Partai Gelora ditargetkan sampai tingkat akar rumput tak terlepas dari proses melakukan kaderisasi. Cara lama juga digunakan dalam menjaring massa. Mengandalkan koneksi pertemanan dan persahabatan para kader partai.
Tak muluk-muluk, Haris menyebut targetnya saat ini untuk membentuk struktur kepengurusan sampai di tingkat kecamatan. Sebab dia ingin Partai Gelora bisa berperan aktif dalam pelaksanaan Pilkada Serentak tahun 2020.
Sebagai partai baru, Haris menyadari partainya ini belum bisa menjadi peserta Pilkada. Namun, Gelora akan tetap memberikan rekomendasi kader untuk diusung atau bergabung dengan koalisi partai yang ada.
Saat ini Partai Gelora di Jawa Barat mengedepankan interaksi dengan para elit partai, organisasi masyarakat dan para tokoh khususnya di tanah Sunda. Melalui pendekatan ini, Haris ingin Gelora bisa bersosialisasi dan berkontribusi aktif dengan masyarakat.
Pendekatan kepada masyarakat pun dilakukan sesuai segmen dengan berbagai sentuhan. Lewat sentuhan pemikiran dengan menawarkan narasi. Ada sentuhan rasa dan hati karena Gelora menjadikan islam sebagai landasan.
"Ada sentuhan semangat nasionalisme karena kita juga kuat dalam narasi kebangsaannya," kata Haris.
Kehadiran Haris di Partai Gelora dirasa mampu memengaruhi para kader PKS di Jawa Barat. Tentu ini menjadi penting karena suara PKS di wilayah ini cukup signifikan. Pada pemilu 2019, PKS bahkan mendapati posisi ketiga dengan perolehan 3.286.606 suara.
Ekspansi yang dilakukan Partai Gelora di Jawa Barat dikhawatirkan bakal menggembosi suara PKS. Apalagi tahun depan akan diselenggarakan Pilkada Serentak.
Meski begitu, Haris Yuliana tak ingin menjadikan PKS sebagai rival khusus. Mantan kader PKS ini mengatakan Partai Gelora lahir untuk semua segmen dan kalangan. "Bagi saya yang penting untuk dipahami bahwa Partai Gelora Indonesia ini tidak untuk menjadi rival khusus PKS," kata Haris.
Hal serupa juga diungkapkan Kholid. Dia menganggap keberadaan Partai Gelora di Jawa Barat bukan sebuah ancaman. Kader PKS sudah solid dan matang. Sebaliknya, dia memberikan selamat kepada teman-temannya di partai baru tersebut. "Kita ucapkan selamat berjuang kepada teman-teman kita," ujar Kholid.
Sikap legowo itu kata dia lantaran kader PKS sudah leluasa dan memilih fokus pada agenda-agenda besar yang menanti untuk dikerjakan. "Kalau teman-teman Gelora itu bahagia dengan geloranya, kita doakan yang terbaik, itu silakan saja," kata Kholid menutup pembicaraan.
(mdk/ang)