Gajah di balik pencarian MH370
Kita tahu, China sangat mencurigai dan mencermati peran AS di kawasan Asia.
Sejak hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing pada 8 Maret 2014 lalu, sudah 26 negara ikut membantu Malaysia dalam mencari pesawat nahas berpenumpang 239 orang itu, di mana 153 penumpang di antaranya warga China, dan 7 warga Indonesia.
Kerja sama dan bantuan internasional telah diberikan dalam membantu Malaysia mencari pesawat itu. Indonesia sudah menerjunkan TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara. Prancis dengan satelitnya juga menemukan obyek mengapung di Samudra Hindia bagian selatan. China juga telah mengerahkan 11 satelit dan dua pesawat surveillance-nya untuk ikut membantu.
Dalam perkembangan terakhir, Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada Minggu (23/3) di ibu kota Papua Niugini, Port Moresby, menyampaikan bahwa tim pencari Australia telah mengindentifikasi sejumlah puing, termasuk sebuah palet kayu yang berpotensi menjadi kunci utama misteri.
Meski demikian, kegagapan Pemerintah Malaysia dalam menangani krisis ini dan kebingungan yang ditimbulkan dari minim dan lambatnya informasi yang diberikan telah menimbulkan kecaman bahkan kemarahan, khususnya dari Pemerintah dan warga China yang menderita kehilangan terbesar dalam musibah ini.
Koran pemerintah China Xinhua mengecam bahwa tindakan menyembunyikan informasi dari publik bisa sangat berbahaya bahkan mematikan. Kecaman ini terkait diamnya Pemerintah Malaysia di tengah upaya kerja keras kapal-kapal China dan Vietnam yang menyisir Laut China Selatan ketika sebenarnya sudah terdapat informasi bahwa MH370 mengubah haluan menuju Samudera Hindia.
Hal yang sangat menarik menyangkut peran AS di sini. Banyak kecurigaan tertuju pada informasi mengenai masih terbangnya MH370 hampir sampai 5 jam sesudah hilang kontak yang muncul dari koran Wall Street Journal dari sumber rahasia. Seberapa banyak info diberikan kepada Malaysia dan China sangat sulit diketahui.
Kita tahu, China sangat mencurigai dan mencermati peran AS di kawasan Asia. Ada yang menduga bahwa sedikitnya informasi yang diberikan AS adalah agar AS bisa menghindar dari tuntutan untuk memberi penjelasan lebih banyak.
Musibah MH370 memang mengundang komplikasi geopolitik yang tidak kecil yang menghambat arus informasi dan kerja sama. Karena musibah ini terjadi di Asia, kepada siapa seharusnya Malaysia meminta pertolongan pertama kali? Apakah kepada AS yang mempunyai teknologi pencarian dan penyelamatan paling canggih? Bagaimana sikap China jika itu dilakukan. Kalau minta kepada China, bagaimana sikap negara-negara para pihak sengketa Laut China kalau pesawat atau kapal China melewati kawasan itu?
Dengan adanya ketegangan di Asia Pasifik atas isu teritorial dan tersendatnya komunikasi antara negara-negara kunci di kawasan itu, agak sulit membayangkan adanya kerja sama yang berarti atau transparansi militer di antara mereka dalam hal informasi misalnya mengenai pembacaan radar dalam upaya menemukan pesawat itu.
Menurut Christopher Hughes dari London School of Economics (The Guardian, 14/3), kondisi semacam itu sudah terjadi sejak akhir Perang Dingin. Mereka saling bersitegang dalam berbagai isu antara lain isu wilayah dan sejarah sehingga sulit untuk mewujudkan kerja sama multilateral yang berarti yang bisa mendorong kolaborasi dan sinergi tanpa diimbuhi rasa saling curiga satu sama lain.
Sebagai contoh ketika informasi jatuhnya pesawat masih diperkirakan di Laut China Selatan, yaitu di sisi Malaysia dari perbatasan maritim dengan Vietnam, Malaysia dan Vietnam sadar bahwa pada suatu saat tindakan mereka dalam penanganan krisis saat ini dapat digunakan sebagai bukti dalam mengklaim batas maritim kedua negara di masa depan.
Wajar bila ada yang berpendapat bahwa yang terjadi saat ini bukan upaya pencarian multinasional melainkan masing-masing negara mencari secara terpisah-pisah karena alasan-alasan geopolitik itu.
Ada ungkapan metafora bahasa Inggris yang berbunyi "elephant in the room" yang berarti adanya suatu kenyataan atau masalah yang tampak teramat jelas namun diabaikan atau dihindari. Persoalan klaim teritorial di wilayah Laut China Selatan mana China sebagai the rising power di Asia Pasifik sebagai gajahnya, telah menimbulkan kegamangan negara kawasan ini untuk mewujudkan kerja sama yang signifikan dalam mencari di mana MH370 berada.