Insaf, Timong kini jadi calo penumpang
"Saya bekerja mencari penumpang dengan teman saya," ujarnya.
Rambutnya mulai memutih sejalan dengan usianya lewat setengah abad. Namun jalannya masih tegak dan ingatannya masih kuat. Nanggo Kromang alias Bernard Timong menyusuri jalan berlubang dengan menaiki angkutan perkotaan nomor 121 dari tempatnya tinggal di Nagrak, Kabupaten Bogor menuju Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Mungkin tak banyak orang tahu jika lelaki hitam berambut putih itu dulunya sempat bikin geger Pemerintah Indonesia lantaran melarikan diri dari Penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Timong begitu dia dikenal ialah salah satu mantan narapidana yang berhasil lolos dari Nusakambangan dalam pelariannya bersama Jhoni Indo.
Ada 34 narapidana lari dari Lapas Permisan dalam pelarian itu. Namun hanya Timong dan dua orang kawannya, Budi dan Amri bisa sampai ke daratan dengan menggunakan pelepah pohon pisang. "Setiap hari saya pulang ke sini," kata Timong saat berbincang dengan merdeka.com, dua pekan lalu.
Namanya begitu akrab bagi para pencari nafkah di Terminal Kampung Rambutan. Timong begitu bersahaja dengan semua orang. Jalan panjang hidupnya mengantarkan lelaki kelahiran Waibalun, Flores ini dari seorang narapidana kasus pembunuhan hingga bertobat sebagai calo penumpang.
Saban hari Timong bekerja untuk menafkahi anaknya dari rejeki halal sebagai calo penumpang bus antar kota dan provinsi jurusan Kampung Rambutan-Cilacap. "Saya bekerja mencari penumpang dengan teman saya," ujarnya dengan suara parau.
Timong tak berhenti menyalakan rokok kretek kesukaannya. Dalam perbincangan selama dua jam itu Timong banyak cerita soal perjalanan hidupnya bisa lari dari Nusakambangan. Walau sebetulnya dia tak mau, namun akhirnya bapak lima anak ini mau bicara. "Ini sebetulnya jalan hidup saya, harusnya saya jadi orang," katanya lirih.
Namun dia percaya, ada jalan dari Tuhan untuknya hingga bisa bersyukur seperti sekarang. Timong tak pernah menyesali pekerjaan sebagai calo penumpang ia jalani hingga saat ini. Terpenting baginya adalah dia bisa menafkahi keluarganya dari duit halal. "Yang terpenting adalah saya bisa hidup tidak dari jalanan," katanya mengistilahkan dunia kelamnya dulu.
Perginya Timong menuju hotel prodeo, terjadi pada 1976. Kasus pembunuhan mengantarkannya menghuni Lembaga Permasyarakatan Cipinang dengan vonis 10 tahun penjara. Dua tahun di Cipinang, Timong mendapat raport merah. Raport itu mengantarkannya menuju penjara di sebut-sebut sebagai Al-Catraz-nya Indonesia. Maklum, dari dulu hingga sekarang penjara Nusakambangan memang dihuni para Bromocorah.
Tapi Timong tak bergeming, sejak menapakan kaki di penjara buatan Belanda itu niat buat kabur makin bulat. Apalagi ketika itu, makanan disana tak layak buat dimakan. Kuah sayur kangkung mirip seperti air comberan.
"Kuahnya sama seperti air kali di Jakarta," ujarnya sambil tertawa. Niat kabur itu pun dirancang. 34 orang narapidana berhasil kabur termasuk Jhoni Indo. Jhoni Indo dari kabar yang saya dapat menyerahkan diri. 13 orang lain ditembak saat penangkapan".
Hingga akhirnya dia bisa bebas 30 tahun lalu. Timong kembali menghirup udara bebas. Dari Cilacap, dia menuju Terminal Cililitan. Timong memang besar di Jakarta dari terminal. Ketika dulu dia datang, jalan raya condet merupakan saksi hidupnya.
"Dulu saya tinggal di cililitan," katanya. Sebelum terminal pindah ke kampung rambutan, dulunya tempat singgah bis antar kota dan provinsi itu berada di Cililitan.
Bebas dari Penjara Nusakambangan, umurnya tak lagi muda. Timong saat itu sudah berusia 30 tahun lebih. Perjalanan di penjara membuatnya berubah. Berkat bantuan temannya, Timong memilih jalur bekerja sebagai calo ketimbang menjadi jawara terminal. Pekerjaan itu pun dia jalani hingga saat ini.
Baca juga:
Pelepah pisang, pengantar kabur dari Nusakambangan
Belajar hidup dari jeruji besi
Akhir pelarian, makan kenyang lalu jilati luka tanpa diobati
Hikayat empat sahabat seberangi Laut Cilacap
Kabur lantaran kuah kangkung bak comberan
-
Kenapa Timnas Indonesia dijaga ketat? Pengamanan yang ketat untuk skuad Timnas Indonesia merupakan permintaan dari Ketua PSSI, Erick Thohir, yang menginginkan keamanan yang lebih terjamin bagi Jay Idzes dan rekan-rekannya. "Terkait dengan pengamanan, kami tentu tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Sumardji di Stadion Madya. "Sesuai dengan arahan Ketua PSSI, kami harus menjaga anak-anak Timnas Indonesia. Mengingat banyak orang yang tidak memakai masker dan lain-lain," tambahnya.
-
Siapa yang melatih Timnas Indonesia? Mereka dengan antusias mendoakan agar Indonesia dapat mengalahkan Arab Saudi. Beberapa di antara mereka juga menunjukkan optimisme bahwa pasukan Shin Tae-yong mampu menaklukkan tim yang dilatih oleh Roberto Mancini, bahkan ada yang menyebut nama Argentina.
-
Siapa yang dipanggil ke Timnas Indonesia dari Persib Bandung? Namun, hanya satu pemain dari tim tersebut yang mendapatkan panggilan dari Shin Tae-yong untuk memperkuat Timnas Indonesia. Pelatih Shin Tae-yong baru saja mengumumkan daftar 26 pemain yang akan berlaga melawan Arab Saudi pada tanggal 6 September dan Australia pada tanggal 11 September.
-
Apa peran Yakob Sayuri di Timnas Indonesia? Pemain Kunci Ketidakhadiran Yakob Sayuri dan Yance Sayuri di Timnas Indonesia tentunya sangat disayangkan. Keduanya memiliki potensi untuk memberikan kontribusi besar bagi tim yang dilatih oleh Shin Tae-yong. Terutama, Yakob Sayuri memiliki peran yang sangat signifikan.
-
Kapan Timnas Indonesia bertanding melawan Timnas Australia? Pada hari ini, Selasa (10/9/2024), Timnas Indonesia menjalani laga kedua di grup C.
-
Apa saja yang dilakukan Timnas Indonesia untuk persiapan? Skuad Garuda saat ini sedang melakukan persiapan untuk menghadapi Arab Saudi dalam Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Timnas Indonesia juga telah memulai sesi latihan yang berlangsung pada Jumat (30/8/2024) sore WIB di Lapangan ABC GBK, Senayan, Jakarta Pusat.