Irwan, Anggota Banser NU Yang Tak Pernah Absen Jaga Natal
Irwan, Anggota Banser NU Yang Tak Pernah Absen Jaga Natal. Sudah sejak tahun 2010 lalu, Irwan alias Ipai (49) tak pernah absen menjaga gereja saat misa atau perayaan Natal. Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Jakarta Pusat ini mengaku senang bisa membantu sesama manusia merayakan ibadah dengan tenang.
Sudah sejak tahun 2010 lalu, Irwan alias Ipai (49) tak pernah absen menjaga gereja saat misa atau perayaan Natal. Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Jakarta Pusat ini mengaku senang bisa membantu sesama manusia merayakan ibadah dengan tenang.
Berikut wawancara Irwan dengan reporter merdeka.com Ahda Bayhaqi di Kantor GP Ansor, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (27/12).
-
Kapan Natal dirayakan? Natal merupakan hari raya umat Kristiani yang diperingati setiap 25 Desember.
-
Kapan Hari Anak Nasional dirayakan di Indonesia? Setiap tahun, tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional di Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.
-
Apa yang dirayakan pada Hari Anak Nasional di Indonesia? Setiap tahun, tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional di Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.
-
Kapan tepatnya Natal dirayakan? Hari Natal pada 25 Desember pertama kali diperingati pada 221 Masehi.
-
Apa arti warna hijau di Hari Natal? Hijau melambangkan kehidupan baru, pertumbuhan, keabadian, dan harapan.
-
Di mana peringatan Hari Santri Nasional di OKU Timur di gelar? Peringatan Hari Santri Nasional 2023, warga pondok pasantren dan santri di Kabupaten OKU Timur mendapatkan kado terindah dari Bupati OKU Timur Lanosin Kado terindah itu berupa beasiswa bagi santri berprestasi."Program beasiswa santri berprestasi ini akan mulai berlaku 1 Januari 2024," kata Bupati Enos, saat menghadiri peringatan Hari Santri Nasional, di Pasantren Al Ikhsan Desa Sumber Jaya, Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur, Minggu (22/10).
Sejak kapan mulai jaga perayaan Natal?
Sejak 2010. Mulai dari kader di kecamatan sudah instruksi tiap tahun jaga di gereja kecamatan masing-masing. Saya dulu di Kecamatan Senen ini. Di Senen banyak (gereja) ada di samping terminal. Fokusnya gereja di deket pemukiman. Lalu di Gereja Advent Salemba kebetulan dekat rumah saya. Terus di gereja di Kwitang. Itu saat masih kaderisasi tingkat kecamatan.
Saya di kecamatan dari 2010 sampai 2015. Lalu naik ditarik ke kepengurusan Jakarta Pusat sampai 2015. Bantu di pusat akhirnya saya diperbantukan jadi sekuriti di kantor pusat GP Ansor.
Kenapa jaga Natal?
Kita cuma ingin toleransi beragama saja. Karena memang ajaran di sini begitu. Kita saling menghargai, saling menghormati sesama. Kita inginnya damai-damai saja.
Ada pengalaman menarik selama jaga?
Ya saya senang saja. Melihat situasi bisa membantu sesama warga negara Indonesia. walaupun kita beda suku beda agama. kita perasaannya beda banget. Bukan berarti harus masuk ke ini atau gimana, kita hanya sekadar membantu saja.
Respons Umat Kristiani bagaimana?
Mereka menerima kita. Mengucapkan 'terima kasih, Pak'. Apalagi aparat keamanan kita TNI/Polri kurang jika dibandingkan jumlah jemaat. Saya kebetulan dapat (jaga) Katedral. Di sana mulai misa pertama itu kita sudah mengatur lalu lintas agar tidak macet, mengawasi keamanan hingga patroli. Kita sebelum pengamanan ikt apel bersama TNI dan Polri.
Tugas utama tetap aparat pemerintahan, kita hanya backup. Kalau ada sesuatu kita tidak boleh berbuat macam-macam. Kecuali kejadian tahun 2000, emergency terdekat dia. Kalau nunggu laporan mungkin kejadian. (Tahun 2000 ada serangan bom ke gereja yang menewaskan anggota Banser)
Mereka (Umat Kristen) respons makasih Pak. Misal Misa di Katedral, tapi parkir mobil di Istiqlal. Kita bantu menyeberangkan mereka. Sekarang, pesan taksi online, biar cepet kita bantu anter mereka, kasih jalan mereka.
Saya tidak ada perasaan apa-apa. Senang bisa bantu sesama.
Pernah ada rasa takut selama menjaga Perayaan Natal?
Rasa takut itu kadang memang ada. Tapi namanya juga sudah tugas. Sudah mengalir saja. Saya memang Nahdlatul Ulama sudah keturunan keluarga. Dari kakek. Kakek saya ustaz NU, saya kecil juga ngajinya ustaz NU. Ada yang disebut NU Kultural ada yang NU Struktur. Kalau saya memang kultur, sudah budaya.
Sekarang banyak yang menyindir Banser menjaga gereja, tanggapan anda?
Kita sikapi biasa saja. Di rumah saja banyak perdebatan dengan tetangga. Kalau merasa benar jalani masing-masing, untuk apa perdebatan kalau ujungnya berkelahi. Kenal dari kecil, berantem, besok ketemu lagi, manfaatnya apa' saya bilang gitu. 'Kalau situ sengsara masuk rumah sakit, kalau saya dilaporkan masuk penjara' manfaatnya apa?
Itu kan hanya beda paham saja. Silahkan beda paham, silahkan. Situ jalanin paham situ, saya jalanin.
Toleransi menurut Bapak seperti apa?
Buat saya, saya tanamkan yang diajarkan kakek buyut saya. Saya tanamkan ke anak-anak saya. Kita saling menghormati sesama ujung-ujungnya damai nyaman. Kalau damai, kita cari nafkah tenang. Coba kalau rusuh, berani nggak keluar rumah? Gimana mau makan? dengan keadaan damai nyaman tentram otomatis kita jihad buat keluarga tenang.
Nggak usah jauh-jauh, kita nafkahi anak istri sudah jihad. Jihad bukan harus perang. Jihad itu melawan diri sendiri, emosi diri sendiri.
(mdk/ian)