Istri di Indonesia lebih berani minta pisah
Istri di Indonesia lebih berani minta pisah. Perceraian di Indonesia 90 persen diajukan oleh pihak perempuan. Tren perceraian meningkat secara nasional. Berikut pengakuan beberapa wanita tentang alasan mereka berpisah
"Kita sudah engga cocok."
Begitulah yang diungkapkan wanita berkemeja putih duduk di pojok bangku tunggu Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Kamis (15/9) lalu. Panggilannya Lessy (28). Wanita ini mengaku telah mengajukan cerai terhadap sang suami, Arief (32).
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa Yel Yel Kelompok Lucu penting? Tahukah kalian, yel yel kelompok lucu ini sebenarnya dibuat untuk mendukung dan menciptakan kekompakan tim. Bukan hanya itu saja, yel yel kelompok lucu juga dibuat agar suasana bisa semakin meriah dan menarik.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
Perpisahan terpaksa dia pilih sebagai jalan keluar terbaik atas ketidakharmonisan rumah tangganya. Terlalu banyak masalah antara dirinya dan Arief selama menikah dua tahun terakhir.
"Awalnya sih baik-baik aja, tapi setengah tahun belakangan ini dia (Arief) aneh, sering pulang malam, kalau diajak ngobrol engga asyik kaya dulu. Mungkin dia bosan sama saya," kata Lessy.
Wanita asal Serpong, Tangerang, ini memaparkan, sang suami kerap kali baru tiba di rumah selepas pukul 23.00 WIB. Padalah di awal pernikahan, Arief tak pernah sampai rumah lebih dari pukul 21.00.
Kini, sesampainya di rumah Arief langsung bergegas tidur, atau sesekali menyeruput kopi dingin yang sudah dibuat Lessy beberapa jam lalu, kemudian tidur. Tanpa menyapa sama sekali istrinya.
"Biasanya dia pulang tuh ngobrol sama saya. Saya tanya kerjaannya gimana hari ini dan lainnya. Tapi belakangan siklusnya begitu melulu, saya tanya, dia bilang engga ada apa-apa. Saya tanya lagi, dia malah ngomong 'engga ada' sambil nada emosi. Beredar kabar sih dia selingkuh, engga taulah saya," ujarnya.
"Mungkin dia bosan sama saya, apalagi sejak nikah sampai sekarang kami belum dikaruniai anak. Sampai pada akhirnya saya bilang mau cerai, dan dia langsung mengiyakan tanpa menahan-nahan," kata Lessy yang menceritakan pengalamannya secara runtut, tenang, dan artikulatif.
"Di situ saya lihat bahwa dia emang sudah engga mau sama saya. Makanya saya langsung gugat ke pengadilan."
Lain halnya Nurwati. Dia juga menggugat cerai suaminya ke Pengadilan Agama, namun alasannya berbeda dari Lessy. Nurwanti merasa suaminya tak memegang komitmen menghindari narkoba. Belum lama suaminya kembali masuk bui untuk ketiga kalinya. Lagi-lagi karena kasus peredaran narkotika.
"Awalnya pas kenal sekali dua kali masih saya maafin. Nah pas kedua itu saya bilang kalau misalnya ketangkep narkoba lagi, pas nikah, saya mau pisah. Eh ternyata engga lama kemudian dia ketangkep narkoba," kata Nurwanti. Nada suaranya bergetar saat menceritakan keputusan bercerai. Hakim sudah mengabulkan gugatan Nurwanti pekan lalu. Dia datang lagi untuk mengambil akta cerai.
Nurwanti tak pernah memberitahu suaminya, yang sedang ditahan, bahwa dia sudah mengajukan gugatan cerai. Bahkan sudah mengikuti sidang. "Semua saya urus sendiri sama keluarga, dia engga tahu. Dia tahunya pas saya minta tanda tangan cerai itu. Dia shock berat, tapi saya jelaskan bahwa komitmen yang sudah dibuat harus dijalani," ujarnya.
Selain tak lagi cocok dan tak sesuai komitmen, perpisahan suatu bahtera rumah tangga juga terjadi karena faktor ekonomi. Seperti yang diungkapkan Septi (34). Wanita yang sudah memiliki dua anak ini blak-blakan mengaku tak diberi uang selama lima bulan oleh sang suami, hingga akhirnya memutuskan bubar jalan.
"Apa-apaan, masa gue engga dikasih uang. Iya sih dia engga kerja karena di-PHK, tapi masa engga ada usahanya selama dipecat? Terus gue engga dikasih uang dong," ujar Septi dengan logat betawi yang kental.
Septi sempat disarankan rujuk oleh hakim. Namun dia berkeras ingin pisah dari suami, karena kondisi rumah tangganya sebelum PHK pun tak pernah membaik. Dia menilai suaminya tidak memiliki itikad baik mencari nafkah.
'Jangan mau menikah dengan pria pemalas', katanya.
Lessy, Septi, dan Nurwanti adalah bagian dari 40 orang yang hendak merubuhkan biduk rumah tangga di Pengadilan Agama Jaksel hari itu. Mereka menjadi bagian dari tren peningkatan perceraian di Indonesia.
Loket Pengambilan Akta Cerai di PA Yogyakarta (c) 2016 Merdeka.com
Data perceraian tiga tahun terakhir, kendati sekilas angkanya tidak signifikan, namun selalu menunjukkan peningkatan. Kementerian Agama mengaku khawatir pada situasi tersebut.
Pada 2013 terdapat 324.527 ribu pasangan bercerai. Setahun sesudahnya angkanya menjadi 345. 546 kasus. Lalu, pada 2015, jumlah perceraian menjadi 347.256.
Angka ini merata di seluruh Indonesia. Justru, dari pantauan Kementerian Agama, tingkat perceraian tertinggi ada di kabupaten-kabupaten pinggiran, bukannya kota besar.
"Jadi biasanya gugatan itu istri 90 persen, suami hanya 10 persen," kata Hakim Sidang Perceraian Rusdi. Data di Jakarta ini, selaras dengan situasi Indonesia secara keseluruhan yang direkam oleh Kementerian Agama.
"Mereka menggugat ini kalau ditarik garis besarnya kebanyakan karena mereka tidak komitmen rumah tangga, kedewasaan rumah tangga," imbuh Rusdi.
Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengaku berupaya semaksimal mungkin agar penggugat maupun tergugat bisa akur kembali.
"Saya selalu bilang, memang tidak bisa diperbaiki? Coba deh kalian ingat-ingat janji setia sampai mati, coba kalian ingat kebersamaan dulu dan lain sebagainya," ujar Rusdi.
Rusdi yang juga menjabat sebagai Humas Pengadilan Agama Jaksel mengaku tak akan langsung menyerah jika nasehatnya tak mempan. Biasanya dia sejak sidang awal langsung langsung memerintahkan mediasi. Setelah mediasi dan menjalani sidang kembali, Rusdi lagi-lagi menasehati para calon perceraian ini.
"Karena keberhasilan kami ini bukan jika mereka bercerai, tapi ketika mereka bisa rujuk kembali. Ya meskipun akhirnya hanya sedikit dari sekian banyak mereka yang mengajukan gugat yang akhirnya rujuk. Tapi setidaknya kami sudah berusaha," tandasnya.
Fakhrurozi, panitera yang sudah bekerja di Pengadilan Agama Jaksel sejak 2008, mengatakan volume sidang perceraian setahun terakhir meningkat 7 persen. Rata-rata melibatkan aspek legal, mencakup pembagian harta gono-gini maupun sengketa hak asuh anak.
Jalan mediasi sejauh ini masih kalah efektif, menurut Fakhrurozi, dibanding keputusan berpisah yang lebih instan.
"Namanya orang sudah ke pengadilan, itu kan pasti sudah sampai puncaknya. Jadi tidak terlalu banyak yang berhasil didamaikan."
Baca juga liputan merdeka.com terkait tren sosial perceraian:
Perceraian di Palembang tinggi, Setiap bulan selalu ada janda baru
Setiap hari ada belasan janda muda di Cilacap
Mempelai pria cerai sang istri saat resepsi pernikahan
Derita para anak korban perceraian orang tua
Mayoritas istri di Aceh gugat cerai suami karena himpitan ekonomi
Empat kisah istri gugat cerai akibat perlakuan menyimpang suami
Perceraian di Medan terus meningkat, mayoritas istri gugat suami