Jago silat rajin salat
Macan Kemayoran memiliki 15 istri.
Namanya kini menjadi ikon Kemayoran, Jakarta Pusat. Bahkan, sebuah organisasi kemasyarakatan di daerah itu menggunakan namanya, yakni Lembaga Macan Kemayoran (LMK). Letaknya di perempatan menuju Sunter dari arah Jalan Haji Ung, nama kakeknya mendiang Benyamin Sueb.
Putra Macan Kemayoran, Iwan Cepi Murtado, menjadi penasihat di LMK. Lembaga ini berupaya melestarikan budaya Kemayoran agar tidak hilang ditelan zaman. Murtado si Macan Kemayoran memang tersohor, namun tak banyak orang mengenal siapa dia sejatinya.
Murtado kian tersohor sehabis menaklukkan jawara paling ditakuti, Mandor Bacan dan Bek Lihun. Meski begitu, dia tidak pernah menantang orang berkelahi. Ibarat pepatah Betawi: elu jual gue beli. Dia enggan memamerkan kelihaiannya bermain silat. Seni bela diri dari beberapa guru itu dia simpan untuk menjaga diri. Agama menjadi penyeimbang agar dia tetap pada jalan lurus memanfaatkan ilmunya.
"Murtado sebenarnya bukan jawara, dia bukan simbol jagoan. Ayah saya orang tekun agama," kata Iwan Cepi Murtado anak dari Siti, istri ke-15 Macan Kemayoran, saat ditemui merdeka.com Jumat pekan lalu di kediamannya, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Murtado diketahui memiliki 15 istri. Keturunannya ada banyak tapi jumlahnya simpang siur. Saat ini hanya Iwan Cepi Murtado tersisa. Catatan istri pertama hingga sebelas tak tertulis dan diingat jelas. Istri ke-12 bernama Mak Na asal Rawamangun, Jakarta Timur. Berikutnya Mak Sarah dari Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Lalu Mak Nok, orang Gagang Keran, Kemayoran.
"Ibu saya istri terakhir, dia ke-15," ujarnya. Dari Siti, Macan Kemayoran memiliki tiga putra: Muhammad Zakaria, Sidiq, dan Muhammad Ikhwani. Ikhwani dikenal dengan nama Iwan Cepi Murtado.
Sedangkan dari Mak Sarah, Macan Kemayoran mempunyai satu putri diberi nama Indun. Kabarnya Indun tinggal di Petamburan, Jakarta Pusat. "Hanya tinggal saya aja keturunannya. Kakak saya juga tidak diketahui keberadaannya, kabarnya ada di Petamburan," tutur Iwan Cepi Murtado.
Ada kisah unik dibalik banyaknya istri Murtado. Istri pertama diketahui berasal dari Kampung Pitung di Marunda. Ceritanya begini, gebetan Murtado merupakan anak dari seorang jawara di Marunda.
Murtado harus bisa mengalahkan putrinya jago silat untuk meminang. Dia menyanggupi syarat itu dan berkelahi dengan calon istrinya. Dia menang. Jawara Marunda itu akhirnya menyerahkan putrinya buat dinikahi Macan Kemayoran. "Bapak saya semua istrinya cantik, kalau sekarang disebut playboy. Dia itu haus nikah," kata Iwan Cepi Murtado.
Ada sebab kenapa tidak semua nama istri Macan Kemayoran tidak tercatat. Sebuah cacatan sepanjang 300 halaman hilang dari genggaman istri termudanya, Siti. Tidak jelas ke mana catatan itu hilang. Bahkan foto-foto Murtado berikut keluarganya juga raib. Hanya satu foto tertinggal dan kini terpasang di rumah Iwan Cepi Murtado.
Baca juga:
Duet Macan Kemayoran dan Singa Kerawang
Segarang Macan Kemayoran di atas ranjang
Toya Murtado tundukkan Bek Lihun
Murtado, Macan Kemayoran
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kapan terjadi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.