Jalin hubungan bebaskan Palestina
"Karena Israel banyak memiliki hal yang bisa ditawarkan ke Indonesia dan Indonesia."
"Apabila hubungan perdagangan Indonesia dan Israel menjadi sangat dekat dan nilainya mencapai beberapa miliar dolar maka mungkin Indonesia akan memiliki pengaruh yang lebih besar untuk mengakhiri konflik di jalur Gaza," ujar mantan Petinggi Diplomat Israel untuk kawasan Asia Tengara saat berbincang dengan merdeka.com pekan kemarin.
Dia mengatakan Indonesia memiliki pengaruh yang kuat untuk mendamaikan konflik di Jalur Gaza antara Israel dengan Palestina. Namun dengan catatan, Indonesia mau membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan Israel.
"Perdagangan yang kecil maka akan kecil juga pengaruh yang akan timbul sedangkan semakin besar perdagangan tersebut maka akan semakin besar pula pengaruh yang akan timbul," ujarnya.
Indonesia negara umat muslim terbesar di dunia memang menolak untuk menjalin hubungan dengan Israel lantaran negara Zionis itu masih menjajah Palestina. Pemerintah pun bersikap sama, menolak hubungan karena tak sesuai amanat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yakni kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan di seluruh dunia harus dihapuskan.
Namun demikian, meski tak memiliki hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia, namun hubungan dagang kedua negara sudah terjalin dan berlangsung begitu lama. Israel juga memiliki harapan bekerja sama dengan Indonesia lantaran banyak warganya ingin berkunjung buat wisata. Tentu jika hal ini bisa dilakukan, Indonesia bakal kebanjiran fulus. Apalagi bila Indonesia mau mengakui hubungan kedua negara menjadi resmi.
"Di Israel, semua orang ingin hubungan yang lebih baik dengan Indonesia dan sebagian besar dari kami ingin memiliki visa turis. Orang-orang Israel sangat senang berwisata dan Indonesia akan banyak mendapat banyak turis dari Israel apabila visa turis individu dibolehkan," ujarnya.
Upaya buat menjadikan hubungan menjadi terbuka memang telah dilakukan oleh Israel. Berkali-kali Israel melobi Indonesia untuk menjadi teman resmi dalam dua negara. Sejak zaman Orde Baru, menteri luar negeri Ali Alatas sudah mencoba melakukan komunikasi atas permintaan Menlu Israel, Shimon Peres. Bahkan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sempat dilobi oleh Israel.
Era Presiden Soeharto, Perdana Menteri Yitzhak Rabin singgah ke Cendana. Selain meminta dukungan kepada negara Arab untuk menjalin hubungan diplomatik, Rabin juga berbicara soal persetujuan damai konflik Israel dan Palestina. Selain itu PM Rabin juga meminta kemungkinan-kemungkinan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
"Israel harus kembali ke perundingan perdamaian dengan Palestina, kemudian, mungkin, Indonesia akan dapat lebih terbuka tentang hubungan dengan Israel," tutur sang sumber.
Angka kerja sama Indonesia dengan Israel memang menguntungkan. Neraca perdagangan tahun 2008 menjadi puncak hubungan dagang antara Indonesia dengan Israel. Sebesar 90 persen nilai ekspor Indonesia ke Israel mencapai USD 200 juta. "90 persen ekspor Indonesia ke Israel, sebagian besar komoditas termasuk batu bara senilai USD 200 juta," katanya.
Sumber itu mengatakan, seharusnya kerja sama dalam hubungan dagang ini bisa diperluas. "Karena Israel banyak memiliki hal yang bisa ditawarkan ke Indonesia dan Indonesia banyak merugi karena tidak mengembangkan hubungan perdagangan ini."
Meskipun sekarang nilainya menurun drastis sejak 2008, namun Israel berharap adanya hubungan dagang seperti Taiwan di Jakarta. Taiwan dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Namun tetangga China itu sukses berkongsi dengan Indonesia dalam hal perdagangan.
Saat ini hubungan dagang dengan Israel berjalan karena adanya keyakinan dari Individu untuk melakukan bisnis. Namun mereka tak memiliki kantor di Jakarta atau pun sebaliknya. "Demikian pula selama hubungan diplomatik dengan Israel tidak mungkin, harus ada misi dagang Israel di Jakarta (seperti Taiwan)," tutur sang sumber.