Jawara di palagan Jakarta
"Komarudin adalah orang pintar, cerdas, dia asli kelahiran Cakung. Jago strategi."
"Zaman penjajah Jepang tidak bisa masuk ke sini," ujar Haji Nasir mengingat cerita mendiang kakeknya, Kong Jaman, teman seperjuangan Komarudin ketika melawan penjajah Belanda dan Jepang kala itu. Cerita itu masih diingat Haji Nasir dari kakeknya.
Komarudin, seperti diceritakan ulang Haji Nasir memang dikenal sebagai pemuda cerdas. Dia ahli strategi dalam peperangan ketika zaman penjajahan. "Komarudin adalah orang pintar, cerdas, dia asli kelahiran Cakung. Jago strategi," ujarnya.
Cerita perjuangan Komarudin seolah menguap ditelan zaman. Namun bagi warga asli Cakung, Jakarta Timur, cerita turun temurun soal perjuangan putra Betawi itu memang dipercayai hingga kini. Acep Riyadi, Kepala Rukun Warga Kelurahan Cakung Penggilingan yang juga warga asli Betawi mengatakan jika nama Komarudin dikenal sebagai sosok yang gagah berani.
Namun Acep tak mengetahui banyak sepak terjang Komarudin di medan perang ketika bertempur mempertahankan wilayah Cakung dari penjajahan. Seingat dia berdasarkan cerita yang dikenal warga Cakung, Komarudin tewas dihujam peluru Belanda dan dimakamkan di wilayah Cakung. "Dia dimakamkan di sini," kata Acep.
Sementara Haji Nasir menuturkan, perjuangan Komarudin bermula dari wilayah Pulo Gebang, Cakung hingga Buaran Gowok. Maklum sebelum masuk wilayah administratif Jakarta Timur, dulunya daerah Cakung merupakan bagian dari Wilayah Bekasi. Cerita perjalanan Komarudin, kata Haji Nasir, dimulai dari daerah Buaran Gowok, di mana saat itu wilayah tersebut memang diincar Belanda untuk dijadikan basis pertahanan.
Tujuan Belanda menjadikan wilayah Cakung sebagai basis pertahanan memang bukan tanpa sebab. Daerah Cakung, tepatnya di Jalan Cakung Penggilingan, dulu merupakan jalur utama penyuplai bahan makanan sekaligus lalu lintas penghubung ke wilayah Bekasi hingga Karawang. Jadi tak kaget jika ambisi Belanda untuk menguasai Cakung untuk membuat basis pertahanan karena letaknya juga dekat dengan pelabuhan.
Hingga akhirnya perjuangan Komarudin dikenal hingga kini bermula dari Desa Bhayangkari. Komarudin bersama empat orang kawannya yang dipercaya sebagai mandor mulai gerah dengan kedatangan Belanda. Apalagi saat itu warga kampungnya mulai diusik. Belanda mencoba mengusir orang-orang kampung untuk membuat basis pertahanan.
"Ketika itu masih penjajahan Belanda mereka ingin menguasai daerah Cakung Gowok untuk dijadikan markas satuan tempur," ujar Haji Nasir.
Komarudin yang saat itu merupakan orang paling disegani di Desa Bhayangkari mulai mengatur strategi. Dia berusaha mencari solusi agar kampungnya tidak diduduki Belanda. Komarudin akhirnya membuat pasukan yang berisi jawara-jawara Betawi. Tujuannya adalah menghadang Belanda yang mencoba masuk wilayah Desa Bhayangkari.
Dalam pertempuran, Komarudin, kata Haji Nasir, memang dikenal ahli strategi. Dia bersama pasukannya menggiring tentara Belanda hingga daerah Ujung Harapan Bekasi. Di Bekasi, Komarudin berkongsi dengan Kiai Haji Noor Ali. Dari sana Komarudin bergabung dengan laskar pimpinan Haji Noor Ali untuk memukul mundur penjajah.
"Kalau Haji Noor Ali memang dikenal jika wilayah Bekasi tidak bisa di Bom. Orang-orang dulu mah sakti-sakti ilmunya," tutur Haji Nasir.
Selain ahli strategi, dalam pertempuran Komarudin selalu berada dalam garda terdepan. Namun sayang, perjuangan Komarudin harus berakhir lantaran dihantam Metraliun. "Jepang tidak bisa menguasai cakung karena ada Komarudin" ujarnya.