Dua Kali Kalah di Jateng, PDIP Tegaskan Kini Jakarta Jadi 'Kandang Banteng'
PDI Perjuangan menyatakan Jawa Tengah (Jateng) tidak lagi menjadi kandang banteng,
PDI Perjuangan menyatakan Jawa Tengah (Jateng) tidak lagi menjadi kandang banteng, setelah mengalami dua kali kekalahan di Pemilu. Kini kandang banteng berpindah ke Jakarta, setelah berhasil mengklaim kemenangan pasangan Pilgub Jakarta Pramono Anung-Rano Karno.
"Kami memenangkan DKI Jakarta. Jadi dari Jawa Tengah, PDI perjuangan kandangnya sekarang di Ibu Kota Jakarta," ungkap ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus saat konferensi pers di DPP PDIP, Kamis (28/11).
PDIP pada akhirnya keok di Jateng sendiri setelah dua kali mengalami kekalahan. Kekalahan pertama pada saat Pilpres pasangan Ganjar-Mahfud MD hanya mendapat 16 persen suara saja, sedangkan Prabowo-Gibran unggul hingga 58 persen.
Kekalahannya pun kembali terjadi ketika pasangan Cagub Andika Perkasa-Hendrar Prihardi melawan Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
PDIP juga mengklaim telah memenangkan 14 provinsi dalam Pilkada tahun ini. Di antaranya selain di Jakarta yakni, Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Barat (Kalbar), Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua.
"Kemarin gubernur dan wakil gubernur di Provinsi Riau. Belum pernah dalam sejarah PDI Perjuangan menjadi ketua DPRD provinsi di sana sekaligus memenangkan gubernur," ucap Deddy.
"Kami bisa mengembalikan kehormatan partai di Kalimantan Barat yang dulu terlepas, sekarang kembali lagi," lanjut dia seraya menutupnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan, pihaknya memenangkan 14 provinsi dalam Pilkada Serentak 2024.
"Ini mencerminkan besarnya dukungan rakyat bahkan basis PDI Perjuangan pun mengalami perluasan," tutur Hasto.
Hasto mengambil contoh Kota Depok, yang secara kultural menjadi basis Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun kalah oleh PDIP. Termasuk juga Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Gunung Kidul, yang dalam sejarah selalu dimenangkan oleh Partai Golkar.
"Tetapi kali ini, justru oleh calon dari saudari Indah Subekti, yang ketika Pilpres dia yang melakukan perlawanan secara terbuka terhadap intervensi dari Jokowi, ternyata rakyat Gunung Kidul memberikan dukungan terhadap siapa yang berani melawan berbagai intimidasi dengan memenangkan saudari Indah Subekti," jelas dia.
Di tempat sama, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengkritisi kekalahan jagoannya di Pilkada Banten.
"Anomali yang pertama, di luar nalar kami. Seorang Airin, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran, sukses memenangkan Prabowo-Gibran di Banten, pada saat dia menjadi calon gubernur harus mengalami intervensi," tutur Basarah.
Basarah juga menyinggung soal hasil survei yang dirilis sebagian besar lembaga riset sebelum hari pencoblosan. Pasalnya, dari hasil sendiri menunjukkan dominasi elektabilitas Airin dan Ade sangat unggul dari kompetitor lainnya.
"Realistis enggak, sebuah hasil survei yang hampir satu minggu, melaporkan perbandingan yang sangat signifikan antara proses survei suara Airin dengan kandidat yang lainnya, di atas 70 persen up, kemudian hanya dalam waktu beberapa hari saja bisa berubah secara signifikan, anomali yang kedua," jelas dia.
Terkait dugaan-dugaan ini, PDIP akan melakukan langkah hukum ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Oleh karena itu, kami akan tetap melakukan legal action, pelawanan secara terukur. Saya sudah berkoordinasi dengan Bung Ronny Talapessy, untuk membuktikan anomali-anomali yang terjadi di Pilkada Provinsi Banten itu, kita akan teruskan ke Mahkamah Konstitusi," pungkasnya.