Ketua TGPF Intan Jaya: Kalau Kami Tak Datang Maka Laporan Tidak Objektif
Selama beberapa hari melakukan investigasi, tim dipimpin Irjen (Purn) Benny Jozua Mamoto ini bukan tanpa halangan. Mereka sempat mendapat serangan diduga berasal dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya merampungkan investigasi kasus penembakan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani serta anggota TNI di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Sebanyak 25 saksi dimintai keterangan demi mendapat titik terang kasus tersebut.
Selama beberapa hari melakukan investigasi, tim dipimpin Irjen (Purn) Benny Jozua Mamoto ini bukan tanpa halangan. Mereka sempat mendapat serangan diduga berasal dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
-
Kapan Tirta Gangga dibangun? Kompleks seluas satu hektare ini dibangun pada tahun 1946 oleh mendiang Raja Karangasem.
-
Kapan baku tembak antara TNI-Polri dan KKB terjadi di Intan Jaya? Rentetan kontak senjata antara TNI-Polri dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua terjadi di Kabupaten Intan Jaya sejak Minggu (21/1) hingga Selasa (23/1).
-
Siapa yang Ganjar Pranowo temui saat di Indramayu? Calon presiden (capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mendengarkan pengakuan mengejutkan saat berdialog dengan dari nelayan Indramayu.
-
Kapan rapat mingguan TPN Ganjar-Mahfud digelar? TPN Gelar Rapat Mingguan: Mantapkan Gerakan Blusukan Ganjar-Mahfud yang Tak Bisa Dilakukan Prabowo Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Md, menggelar rapat mingguan di Gedung High End, Jakarta Pusat, Rabu (6/12).
-
Apa yang terjadi di Intan Jaya yang menyebabkan anggota KKB tewas? Lima anggota KKB tewas dalam peristiwa itu. Kaops Damai Cartenz-2024 Kombes Faizal Ramadhani awalnya empat orang dilaporkan tewas. "Adapun identitas KKB yang tewas yakni, Oni Kobagau, Jaringan Belau, Agustia, dan Ones," tutur Faizal kepada wartawan, Rabu (24/1/2024).
-
Siapa saja anggota KKB yang tewas dalam baku tembak di Intan Jaya? Adapun identitas KKB yang tewas yakni, Oni Kobagau, Jaringan Belau, Agustia, dan Ones.
Akibat serangan tersebut Bambang Purwoko, salah satu anggota tim TGPF, tertembak pada bagian pergelangan kaki. Kemudian satu prajurit TNI sekaligus anggota Satgas Apter Sertu Faisal Akbar mengalami luka tembak di pinggang. Mereka kini sedang mendapat penanganan khusus di RSUD Sugapa dan RSPAD Jakarta.
Kondisi di Intan Jaya diakui Benny memang masih mencekam. Semua anggota tim terlibat dalam investigasi ini bahkan harus memakai rompi anti peluru dan mendapat pengawalan ketat.
Ketua harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) itu menceritakan kondisi menegangkan di Intan Jaya ketika tim TGPF melakukan investigasi kasus penembakan Kepada jurnalis merdeka.com Ronald Chaniago, Selasa kemarin. Berikut petikannya:
Kondisi Intan Jaya yang Masih Mencekam
Bagaimana kondisi terakhir setelah TGPF Intan Jaya melakukan investigasi terhadap kasus kontak senjata yang menewaskan Pendeta Yeremia dan seorang anggota TNI?
Kondisi terakhir kami meninggalkan Sugapa Intan Jaya masih rawan karena maskapai pesawat yang akan kita pakai juga diancam sehingga kami ganti menggunakan helikopter TNI yang ada senjatanya. Di Hitadipa setelah kami pulang keesokan harinya juga terjadi serangan tembakan sehingga masyarakat berlindung di kantor Koramil Persiapan.
Saya dapat info dari Kapolsek bahwa di belakang Polsek Sugapa juga terjadi penembakan. Jadi serangan tembakan memang membuat masyarakat takut beraktifitas.
Ada cerita menarik apa selama Anda dan tim melakukan investigasi kasus kontak senjata ini?
Sejak awal kami akan masuk Intan Jaya memang sudah menerima info tentang kerawanan serangan KKB sehingga kami minta bantuan pengamanan ekstra ketat dan kami diwajibkan mengikuti SOP yang berlaku, termasuk menggunakan helm dan rompi anti peluru yang cukup berat, sekitar 10 kg, khususnya bagi anggota tim yang belum pernah merasakan beban seperti itu.
Kami memang tidak mengira dengan pengawalan ketat tersebut ternyata mereka masih juga menembak kami. Saat kejadian penembakan kami beriringan mobil yang dikawal ketat, termasuk dengan motor dan anggota yang ditempatkan di titik-titik tertentu.
Seperti apa kejadian serangan yang menimpa salah seorang anggota TGPF saat melakukan investigasi?
Saya bersama Bupati ada di mobil urutan ketiga. Begitu bunyi tembakan maka kami semua diminta turun dan tiarap di samping mobil. Hal itu terjadi tiga kali.
Saat agak reda kami mendapat info bahwa teman kami Pak Bambang Purwoko terkena tembakan dan juga Sersan Faisal yang kondisinya cukup parah. Korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Sugapa untuk diberikan pertolongan pertama sebelum kmd dibawa ke RSPAD Jakarta.
Kejadian itu memang membuat shock dan takut tapi hanya sesaat, karena kami dapat melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan yang sudah datar sehingga bisa lebih cepat di banding saat berada di tanjakan di lokasi penembakan.
Kami memang sempat mendapat masukan sejak dari Jakarta dan di Timika tentang kondisi di Hitadipa dan perjalanan menuju Hitadipa.
Oleh sebab itu, kami minta bantuan ke Danrem dan Satgas yang ada di Sugapa untuk memberikan pengamanan ekstra karena kami harus melihat lansung TKP (tempat kejadian perkara) dan merekonstruksi peristiwanya bersama saksi-saksi. Hal ini sangat penting karena kami harus mengumpulkan data dan informasi langsung dari lapangan (data primer).
Itu menjadi pengalaman menarik bagi anggota tim yang blm pernah mengalami kondisi seperti itu.
Seperti apa situasi saat Anda dan tim dihujani peluru ketika menuju lokasi?
Saat serangan tembakan posisi saya di mobil urutan ketiga dan semua disuruh turun dan berlindung di selokan dengan dilindungi anggota yang siaga ke arah tembakan.
Dalam mendalami kasus kontak senjata yg menewaskan seorang pendeta dan TNI, siapa saja tokoh maupun saksi yang TGPF ditemui?
Kami memeriksa saksi yang datang ke TKP, istri korban, tenaga medis yang ikut datang melihat korban, anggota TNI yang bertugas di daerah Hitadipa, khususnya yang saat itu bertugas karena pagi harinya ada kasus penembakan terhadap Sersan Sahlan yang wajahnya dibacok dengan parang sehingga saat evakuasi diperlukan pengamanan ekstra. Kami mendatangi tiga TKP di Hitadipa.
Ketika mendatangi keluarga korban, apa yang TGPF bicarakan dengan mereka? Adakah permintaan khusus?
Kalau Tim TGPF tidak datang ke TKP maka laporannya tidak akan obyektif. Mengapa? karena di antara anggota tim kami ada perwakilan dari pihak yang mengadukan kasus ini ke Presiden.
Untuk kepentingan transparansi maka kami berikan akses seluas-luasnya bertanya dan mengklarifikasi atas info yang mereka terima sehingga masalahnya jadi terang.
Pemeriksaan saksi di kota berbeda dengan di pedalaman. Kami kesulitan bahasa maka kami meminta bantuan anggota tim yang berasal dari sana dan memang satu gereja dengan korban sehingga lebih mudah meyakinkan dan lebih dipercaya.
Para saksi memang perlu diberi penjelasan yang lengkap dan clear soal hukum dan proses hukum, arti pentingnya otopsi dan BAP. Dengan pendekatan kultural tersebut maka akhirnya para saksi mau menandatangani BAP dan keluarga memberikan izin auotopsi.
Di mana saja lokasi yang didatangi tim ketika mendalami kasus ini?
Lokasi pertama penembakan dan pembacokan Sersan Sahlan. Korban sedang naik motor ditembak dan kemudian dibacok wajahnya, senjatanya diambil. TKP kedua korban Sersan Dwi yang ditembak saat mencari sinyal di belakang Koramil persiapan. TKP ketiga korban Pendeta Yeremia yang ditembak dan ditusuk.
Apakah sempat terjadupenolakan untuk auotopsi dari pihak keluarga korban?
Saat kami datang, kami dengar dari Kasatserse bahwa keluarga tidak mau tanda tangan BAP dan tidak izinkan auotopsi. Kami lakukan pendekatan kultural melalui tokoh agama dan tokoh masyarakat. Karena merak sulit berbahasa Indonesia maka perlu penerjemah.
Melaui penerjemah yang juga tokoh agama maka kami bisa sekaligus mengedukasi soal hukum, arti pentingnya tanda tangan BAP dan izin auotopsi agar penyidikan bisa berjalan. Setelah mereka yakin maka mau tanda tangan dengan sadar dan tanpa tekanan.
Bagaimana gambaran antara satu lokasi kejadian dengan lokasi lainnya?
TKP satu dan tiga ada di luar desa. Tapi TKP dua ada di tengah desa atau distrik. Barang bukti sudah diamankan dan disita penyidik sebelumnya. Kami hanya mewawancarai saksi di lokasi di mana dia saat itu berada, sambil melihat kondisi lapangan dan arah tembakan
Bisa dijelaskan sejauh ini seperti apa temuan yang TGPF dapatkan selama investigasi kasus ini? Apakah temuan mengarah bahwa korban ditembak para kelompok kriminal bersenjata?
TGPF tidak punya kewenangan penyidikan, berbeda dengan penyidik Polri. Sehingga kami tidak boleh menentukan tersangka atau pelakunya. Data dan info lapangan adalah untuk membuat terang peristiwanya. Termasuk memberi kesempatan perwakilan pihak pengadu untuk mengklarifikasi info yang mereka terima dari pihak lain kepada sumber info pertama sehingga bisa dijadikan bahan klarifikasi ke publik. Hasil analisa dan evaluasi akan disimpulkan untuk bahan menyusun rekomendasi ke pihak terkait.
(mdk/ang)