Loper koran bertahan di era digital
Dari berjualan ratusan eksemplar tiap hari, loper koran kini hanya membawa puluhan koran. Sebagian besar untuk dikirim ke pelanggan.
Pagi itu pukul 05.00 WIB. Sepanjang pelataran toko tua di Kwitang, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, puluhan motor dan sepeda parkir begitu saja. Tak lama kemudian, sebuah Toyota Avanza hitam menepi. Seorang laki-laki muda keluar dan membuka pintu belakang. Sejurus kemudian koran-koran itu beralih tempat dan tangan.
"Rakyat Merdeka dua, Pos Kota lima...(eksemplar)," teriak salah seorang loper koran. Dia merogoh sejumlah uang dari kantung celananya yang lusuh. Setelah koran itu pindah ke tangannya, lelaki tua itu bergegas mengayuh sepeda ontel ke arah Pasar Senen, Jakarta Pusat.
-
Siapa yang mendorong literasi digital di Indonesia? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet.
-
Mengapa Ganjar berpendapat hilirisasi industri digital penting? Maka dari itu hilirisasi industri digital penting dilakukan supaya aturan tersebut semakin kuat dipegang para seniman hingga musisi.
-
Mengapa pelaku usaha di Indonesia menganggap transformasi digital penting? Para pelaku bisnis di Indonesia menyadari pentingnya melakukan transformasi digital. Demi memenuhi kebutuhan mereka sebagai pengusaha sekaligus menyajikan solusi bagi masyarakat, pengembangan teknologi dan pengembangan inovasi dinilai sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.
-
Apa saja yang menurut Budi Arie Setiadi menjadi tantangan media di era digital? Tantangan itu demikian hebatnya sampai banyak lembaga pers bertumbangan akibat disrupsi pada model bisnis media. Perusahaan media menjadi sulit untuk kompetitif, padahal menjadi kompetitif sangat menentukan eksistensi media dan pada akhirnya bisa menentukan eksistensi pilar keempat demokrasi.
-
Siapa yang memanfaatkan Indibiz di Denpasar? Hingga bulan Oktober 2023, jumlah pelanggan Indibiz di Denpasar sudah mencapai 415 pelanggan.
-
Bagaimana cara Indonesia dan Singapura meningkatkan kerja sama ekonomi digital? Pada pertemuan bilateral tersebut, kedua Menteri membahas upaya peningkatan kerja sama ekonomi digital melalui ASEAN Digital Economy Framework Agreement dan Joint Initiative on e-Commerce di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Pemandangan itu terjadi setiap hari. Di lokasi ini, segenap aktivitas pendistribusian berbagai media cetak dimulai. Agen, sub-agen hingga pengecer menunggu kertas berisi berita itu tiba dari penerbit. Setelah transaksi terjadi, koran-koran itu dirapikan lagi sesuai halamannya yang benar.
Loper koran ©2017 Merdeka.com/Marselinus Gual
Supardi (47), salah satu dari pengecer koran itu. Dia dan rekan-rekan pengecer lainnya berpacu dalam waktu. Mereka tak menyediakan ruang agar matahari terbit dahulu sebelum koran-koran itu tiba di langganan masing-masing.
"Saya bangun jam empat lalu salat subuh. Salin sebentar lalu datang ke sini," cerita Supardi kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Untuk koran yang terbit pagi, Supardi mengantarnya ke alamat pelanggan di sejumlah tempat di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur seperti Kebon Sirih, Menteng, Cikini, Sudirman, Bundaran HI, Manggarai, MT Haryono, dan Pancoran.
"Biasanya kerja hingga jam dua. Setelah itu saya mengambil sedikit koran siang di jam tiga sore," tuturnya.
Supardi mengaku pekerjaannya sebagai loper koran sudah dimulai sejak tahun 1980 an. Kala itu dia masih muda belia dan di mana era kejayaan sebagai loper koran masih hangat-hangatnya. Supardi mengaku, hidupnya cerah meski hanya seorang loper koran.
Namun, era digital mengubah pangsa pembaca koran yang dijual Supardi dan rekan-rekannya. Kehadiran media berjaring internet (daring) mengubah peta pembaca sekaligus melengserkan sedikit demi sedikit tugas dan pekerjaan Supardi.
"Penjualan menurun drastis. Tidak seperti dulu lagi saya bisa jual ribuan eksemplar. Sekarang cuma ratusan aja," keluhnya.
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Suwarjono mengatakan, pembaca media yang lahir di era 80-an hingga saat ini, cenderung membaca media online ketimbang media cetak. Menurut dia, tahun 2016 pembaca media daring di Indonesia mencapai 130 juta orang dan penyebaran gadget bahkan melebihi jumlah penduduk Indonesia.
Akibatnya, pangsa media yang selama ini dikuasai media cetak mengalami penurunan drastis. Suwarjono mengatakan, saat ini kecenderungan pembaca banyak didominasi new media yang berbasis tiga layar yakni, televisi, handphone dan komputer atau desktop.
"Generasi pembaca terbesar saat ini didominasi digital native. Mereka yang lahir setelah 1980 dengan mengandalkan gadget dan internet sebagai sumber informasi," kata dia kepada merdeka.com di Jakarta, Senin (16/1).
Menurunnya, tren pembaca ini berakibat pada penutupan berapa media di Indonesia. Koran Sinar Harapan, Harian Bola, Jakarta Globe, Mingguan Cempaka dan sejumlah tabloid dan majalah lainnya tercatat sudah gulung tikar.
"Sudah banyak media cetak Indonesia yang gulung tikar. Bahkan tidak ada pengusaha yang berani membuat koran karena pasti rugi," ujarnya.
(mdk/bal)