Media Sosial: Kekuatan Tersembunyi yang Mempengaruhi Pemilih di Pemilu 2024
Data tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Hasil survei menunjukkan, Gen Z dan milenial banyak mengakses konten pemilu melalui media sosial.
- Banyak Syarat Harus Dilengkapi Jika Ajukan Pembiayaan Tapera, Gaji Maksimal Rp8 Juta dan BI Checking Harus Bersih
- Pertolongan Pertama Jika Disengat Ulat Kucing yang Disebut Sangat Beracun dan Mematikan
- Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
- Viral Biaya Hidup di IKN Lebih Mahal dari Jakarta
Media Sosial: Kekuatan Tersembunyi yang Mempengaruhi Pemilih di Pemilu 2024
Sebagai wadah untuk menyampaikan pendapat, media sosial memberikan kesempatan kepada penggunanya untuk mengekspresikan pemikiran mereka, termasuk dalam konteks politik menjelang Pemilihan Presiden 2024.
Hal ini dibuktikan dengan Survei Kepemimpinan Nasional Litbang Kompas periode 29 November hingga 4 Desember 2023 yang menunjukkan bahwa masyarakat aktif menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi terkait pemilu.
Survei menunjukkan, sebanyak 29,4 persen dari total responden mengakses media sosial setidaknya beberapa kali dalam seminggu untuk membaca konten terkait pemilu.
Selain itu, sekitar 11 persen dari responden lainnya menyatakan bahwa mereka mengonsumsi konten pemilu di media sosial setidaknya sekali dalam sehari.
Adapun, angka penggunaan media sosial ini lebih tinggi dibandingkan dengan media lainnya, seperti media daring dan televisi.
Untuk media daring, sekitar 23,9 persen dari responden mengaku sering mengakses media online untuk memperoleh informasi pemilu.
Sementara itu, angka konsumsi konten pemilu di media televisi justru relatif lebih tinggi dibandingkan dengan media daring. Sebanyak 29,6 persen dari responden menyatakan, mereka sering menonton televisi untuk mendapatkan informasi terkait pemilu.
Dari ketiga jenis media tersebut, konsumsi media daring menunjukkan angka yang paling rendah. Lebih dari 45 persen dari responden survei ini menyatakan bahwa mereka tidak pernah mencari informasi terkait pemilu melalui kanal berita daring.
Angka ini lebih besar dibandingkan dengan penggunaan media sosial (31,9 persen) dan televisi (23,6 persen).
Data yang dihimpun We Are Social, seperti dilansir Tirto.id menunjukkan peningkatan pengguna media sosial di Indonesia. Tahun 2014, masyarakat Indonesia yang meggunakan media sosial ada 62 juta orang. Tahun 2019, jumlahnya naik menjadi 150 juta orang.
Terbaru, We Are Social mencatat, tahun 2023 pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Kondisi ini mengindikasikan akan semakin berpengaruhnya media sosial pada Pemilu 2024, jika mengikuti tren dua pemilu sebelumnya, seperti yang disebut dalam studi.
Pola Konsumsi Media
Menariknya, pola konsumsi media terkait pemilu di antara ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dapat dikatakan cukup berbeda.
Berdasarkan Survei Kepemimpinan Nasional Litbang Kompas periode 29 November hingga 4 Desember 2023, pemilih pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar cenderung lebih aktif mengonsumsi konten media sosial.
Terdapat lebih dari 35 persen dari pemilih paslon nomor urut 1 menyatakan sering mendapat informasi mengenai pemilu di media sosial.
Sementara itu, pemilih calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebanyak 32,2 persen mengaku mengonsumsi informasi pemilu di media sosial.
Adapun, pola yang sedikit berbeda terlihat dari pemilih pasangan Ganjar Prabowo-Mahfud MD.
Sebanyak 24,9 pemilih pasangan nomor urut 3 menyatakan bahwa mereka sering mengonsumsi konten pemilu melalui media sosial.
Strategi Kampanye Digital
Pola interaksi antara pemilih calon presiden dengan konsumsi media menunjukkan adanya kecenderungan yang kuat terhadap pengaruh media sosial dan televisi sebagai sumber informasi.
Selain sebagai sumber informasi, politik melalui media sosial juga menjadi pertimbangan bagi pemilih dalam menentukan pilihan.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Adi Prayitno menyampaikan bahwa narasi politik digital memainkan peran signifikan dalam menentukan preferensi politik seseorang.
"Narasi politik digital sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan politik seseorang. Tentu ini seiring dengan meningkatnya tingkat rasionalitas pemilih kita yang mulai berkembang pesat," ujar Adi kepada merdeka.com.
Tak hanya itu, Adi menyebut bahwa kalangan yang paling aktif menggunakan media sosial untuk isu politik digital adalah generasi Z dan milenial.
"Politik digital sangat digemari di kalangan Gen Z dan Milenial karena usia mereka rata-rata masih muda dan sumber informasi politik utama mereka dari dunia digital. Mereka searching (mencari tahu) informasi politik dari dunia digital,"
Adi Prayitno, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI)
merdeka.com