Masyarakat Diajak Bumikan Toleransi & Gencarkan Penyebaran Konten Damai di Media Sosial
Generasi muda dan akademisi memiliki porsi yang besar dan peranan penting dalam menjaga sehatnya komunikasi antar-golongan
Seluruh elemen masyarakat perlu mengingat kembali jati diri bangsa sesuai dengan cita-cita konstitusi negara. Mewujudkan kehidupan toleransi antar-golongan sesuai diamanatkan Pancasila dan UUD 1945.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Zuly Qodir menjelaskan bahwa Indonesia cukup kondusif untuk menaungi perbedaan agama dan golongan. Sebagai negara yang toleran relatif baik di tahun 2024.
"Hal ini bisa terlihat dari penyelenggaraan Pemilu 2024 lalu yang minim sentimen agama. Ini menunjukkan kemajuan dan kedewasaan dalam berpolitik yang semakin meningkat yang perlu kita jaga bersama," ujar Zuly, Senin (30/12).
Menurutnya, pada akhir tahun dikhawatirkan ada peristiwa atau tindak kriminal akan menyeret sentimen keagamaan. Perlu partisipasi aktif masyarakat luas untuk melakukan pencegahan terhadap berbagai bentuk perilaku mencurigakan.
Zuly berpendapat bahwa Pemerintah harus mengajak berbagai lapisan masyarakat untuk bisa terlibat dalam membumikan nilai toleransi. Harapannya, masyarakat dari tingkat pedesaan sampai perkotaan dan menjangkau segala tingkat pendidikan menjadi lebih menghargai dan memahami pentingnya memelihara keragaman dan kebhinekaan.
"Tetap perlu mewaspadai segala pergerakan jaringan teror agar lebih siaga dalam menghadapi ancaman destabilisasi nasional. Bisa jadi kelompok-kelompok intoleran dan radikal sedang mengembangkan strategi baru atau aktivitas lain yang tidak terlihat oleh masyarakat," jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya, perlu upaya pencegahan yang serius dari semua pihak untuk mereduksi potensi bahaya bisa ditimbulkan jika terjadi tindakan teror. Media sosial dan turunannya menjadi salah satu cara untuk melawan paham intoleransi dan radikalisme secara cepat dan terukur.
"Dalam era digital saat ini, penyebaran ide-ide intoleran melalui media sosial menjadi tantangan tersendiri. Kelompok-kelompok intoleran masih aktif menyebarkan paham mereka. Oleh karena itu perlu ada kontra narasi yang kuat untuk melawan ide-ide tersebut," ungkapnya.
Zuly mengungkapkan bahwa penyebaran pesan perdamaian dan toleransi tidak hanya menjadi milik Pemerintah. Faktanya, banyak pula elemen masyarakat yang tergerak secara sadar dan mandiri untuk berpartisipasi aktif membuat dan menyebarkan konten-konten yang positif.
"Dalam konteks ini, BNPT mendorong masyarakat untuk aktif menyebarkan gagasan damai dan saling menghargai di media sosial serta dalam interaksi sehari-hari. Penyebaran gagasan tentang kebersamaan dan saling membantu di tingkat masyarakat harus dilakukan," kata Zuly.
Mengingat pentingnya komunikasi antar-masyarakat, Zuly berpesan agar seluruh pihak memprioritaskan pendidikan. Menurutnya, generasi muda dan akademisi memiliki porsi yang besar dan peranan penting dalam menjaga sehatnya komunikasi antar-golongan.
"Pendidikan berbasis nilai-nilai toleransi dan saling menghargai sangat penting untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa. Masa depan Indonesia tergantung pada pemahaman dan sikap generasi muda dan akademisi terhadap keberagaman yang hakiki," pungkasnya.