Menengok pusara sang pahlawan
Charles Mussry wafat pada 23 Agustus 1971 dalam usia 52 tahun.
Sehabis mengecek data di komputer, seorang staf di kantor kompleks pemakaman umum Kembang Kuning, Surabaya, Jawa Timur, menyerahkan secarik kertas. Isinya soal lokasi kuburan Charles Mussry, tokoh Yahudi di Surabaya di awal kemerdekaan Indonesia.
Padahal, merdeka.com pada Selasa siang sungguh terik pekan lalu cuma berbekal nama. Tanpa tahu kapan dia dilahirkan dan dimakamkan di sana. Namun kertas itu menyebutkan pusara Mussry berada di Blok G nomor 65. Dia dilahirkan pada 9 Oktober 1919 dan dimakamkan di sana pada 23 Agustus 1971. Beruntung Munandri, pegawai pekuburan, berkenan mengantar.
Blok pemakaman Yahudi ini terletak di sebuah pojokan di kuburan Kembang Kuning. Bersebelahan dengan tempat kremasi. Di depan blok makam seluas hampir 150 meter persegi ini terdapat gudang tulang buat jenazah orang Yahudi.
Lahan ini berisi sekitar 80 kuburan, beberapa di antaranya sudah rusak dan bahkan hilang. Selain Mussry, blok ini dihuni beberapa marga Yahudi lain, yakni Kattan, Sassoon, dan Aslan.
Di tiap nisan terdapat lambang Bintang Daud dan tulisan Ibrani. Penghuni paling tua di pemakaman Yahudi ini meninggal di awal abad ke-20. Meski sudah meninggal 42 tahun lalu, makam Mussry masih bagus. Letaknya berdampingan dengan Grace Mussry, bisa jadi itu adik perempuannya.
"Setahu saya sangat jarang ada yang berziarah ke sini," kata Munandri. Dari hasil perkawinannya dengan Jujuk, perempuan asal Madiun, Jawa Timur, Mussry dikaruniai tiga anak, yakni Irwan Danny Mussry, Jacky Mussry, dan Leitiza Mussry.
Meski begitu, ada dua orang kakak adik - Hasan dan Munaji - ditugaskan merawat kuburan-kuburan Yahudi itu. Biaya dan upah mereka ditanggung oleh seorang perempuan biasa dipanggil Ibu Helen. "Saya tidak tahu di mana tinggalnya. Kakak saya yang tahu," kata Munaji.