Meneror demi bonus
Semua itu dilakukan demi mencapai target dan mendapatkan bonus di akhir bulan.
Suasana dalam sebuah gedung di kawasan perkantoran Jalan Jenderal Sudirman itu riuh. Sejak pukul delapan pagi kegiatan para tenaga pemasaran di bank itu dimulai. Ada sekitar ratusan orang asyik dengan headseat di telinga. Mata mereka jelalatan di depan layar komputer sambil menggerakkan tetikus.
Keseriusan mereka di depan layar komputer sudah menjadi sarapan saban hari. Mereka mengecek data nasabah satu-satu lalu menelepon dan menawarkan fasilitas kartu kredit. Bentuknya, pinjaman dana tunai tanpa agunan atau pengajuan aplikasi kartu kredit via telepon.
Data nasabah sebagian sudah lengkap. Untuk fasilitas pinjaman dana tunai, tenaga pemasaran tinggal memasukkan nomor kartu ke dalam sistem. Sekali tekan tombol enter, data nasabah terbuka semua, mulai dari nomor telepon hingga alamat rumah. Jadi jangan kaget jika tenaga pemasaran produk bank lebih hapal data ketimbang nasabahnya.
"Satu orang dapat ribuan data nasabah," kata seorang mantan tenaga pemasaran produk bank berpelat merah saat berbincang dengan merdeka.com pekan kemarin. Dia mengaku sebagai pihak ketiga alias tenaga kerja lepas di bank milik pemerintah itu.
Masing-masing tenaga pemasaran diberi target perusahaan. Untuk program pinjaman dana tunai, mereka mesti mencapai lebih dari Rp 1 miliar per bulan. Sedangkan untuk pengajuan kartu kredit ditawarkan lewat telepon jumlahnya ratusan. Meski terbilang sulit, paling tidak mereka mesti meraih target harian.
Siasat putar otak pun dijalani. Bagi para tenaga pemasaran, melobi nasabah sampai mau merupakan tujuan keberhasilan penjualan. Penawaran melalui bank memang sudah diatur, namun banyak tenaga pemasaran mencari celah lain untuk menggaet nasabah.
Entah bagaimana caranya, terpenting target tercapai. Jika tidak, atasan bakal murka. Jadi jangan kaget jika satu nasabah bisa ditelepon berkali-kali oleh tenaga pemasaran Rayuan maut memikat dengan janji manis pun terlontar.
Meski pembicaraan mereka direkam oleh pihak bank, namun masih ada saja tenaga pemasaran dengan nada memaksa menawarkan barang dagangan mereka kepada nasabah. "Kalo prospek didekatin terus," katanya. Dia mengakui memainkan intonasi suara dan menaikkan harga diri nasabah untuk memikat. Sebagai contoh, biasanya para nasabah disebut orang terpilih.
"Kalo belum pecah telor pemimpin tim menegur," ujarnya. Pecah telor diartikan sebagai golnya nasabah untuk menyetujui penawaran diberikan. "Intinya nasabah setuju, jadi kalau dia komplain rekamannya bisa dibuka," tuturnya.
Semua itu dilakukan demi mencapai target dan mendapatkan bonus di akhir bulan. Angkanya bisa jutaan rupiah tergantung dari target dicapai.
Direktur Direktorat Pengembangan Kebijakan Perlindungan Konsumen OJK Anto Prabowo mengatakan larangan penawaran produk melalui telepon dan pesan singkat diberlakukan awal bulan lalu memang untuk memperkuat perlindungan atas konsumen.
"Dalam peraturan itu disebutkan OJK melarang pemanfaatan tenaga pemasaran lepas menggunakan long-number," kata Anto saat dihubungi melalui telepon selulernya semalam. Anto menjelaskan dari hasil temuannya, tenaga pemasaran lepas itu hanya berorientasi pada bonus. Data mereka gunakan tidak bisa dipertanggungjawabkan.