Ngaji rasa karena panggilan Jiwa
"Di sinilah, Anda, saya tidak pernah dan tidak boleh memaksa siapa pun dalam berkeyakinan," kata Rosit.
Di anak tangga kedua sebuah rumah ritual, duduk seorang pria tua sedang terkantuk-kantuk menunggu kerabatnya. Rumah dengan bentuk unik itu dipakai dalam ritual para pengikut ajarannya. Pintu dengan ukiran kepala naga menjulur di dua sisi pintu masuk, pria tua tadi bernama Rosit. Dia berkisah menjadi pengikut di Komunitas Masyarakat Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
Rumah dengan atap berbentuk kubah besar itu terdapat empat pintu masuk sesuai penjuru arah mata angin. Sepanjang dindingnya diukir saling menyambung badan naga di setiap pintunya. Di pintunya terdapat ukiran kayu dua perempuan berkemben sedang menyapa.
Rumah mirip pendopo itu tidak dikeramatkan, pintunya tak dikunci dan hanya terikat sebuah tali untuk menahan dari tiupan angin. Sesekali ikatannya kendur membanting pintu perlahan. Lebak Keraton Bumi Segandu nama rumah semedi bagi para pengikutnya itu. Rosit tepat duduk di salah satu pintu menghadap ke arah barat. Dari tempatnya bersimpuh itulah pengalaman hidupnya mulai terurai.
Dari kesembuhan penyakit yang diderita dua kerabatnya, pria berusia 45 tahun itu tertarik mengikut ajaran Dayak Losarang Indramayu ini. "Berkat anjuran bapak tua (kepala suku), dari penyakit paru-paru basah, dan satunya kencing manis, bisa membaik, keduanya paman saya," kata bapak beranak dua itu saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu pekan lalu.
Dia mulai mencoba menjadi murid (sebutan bagi pengikut Masyarakat Dayak Losarang) sejak delapan tahun silam. Pertama kali membuka memori, hidupnya susah seadanya, lelaki berambut panjang itu kemudian mulai mencoba menyatu dengan alam.
"Kenapa kita tak memakai baju, kenapa kita tanpa alas kaki, semuanya harus pasrah dengan alam, menyatu. Tapi dengan kewajiban sebagai lelaki, bekerja dan menghormati istri," ujar pria dengan rambut panjang itu.
Rosit juga mengaku tidak pernah memotong rambutnya selama bertahun-tahun. Dia tidak pernah ingat kapan terakhir kali memangkas rambutnya. "Lama sekali, enggak tahu kapan itu terakhir potongnya," katanya.
Menurut dia, berkah pertama kali yang dirasakan sejak pertama kali mengikuti ajarannya adalah ketika menikahi istrinya. Pria asli Indramayu itu tidak pernah mempunyai pekerjaan tetap, namun istrinya menerima apa adanya. "Ini salah satu berkah buat saya," ujarnya.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Bagaimana cara warga Indramayu merayakan tradisi Ngunjung? Mengajak Generasi Muda untuk Berjuang Terdapat makna di balik acara Ngunjung. Para orang tua ingin mengenalkan semangat perjuangan para leluhur di masa silam, sehingga kondisi kehidupan saat ini berjalan aman, damai, dan tenteram.
-
Kenapa warga Indramayu mengadakan Tradisi Ngunjung? Selain itu, mereka juga ingin mengucapkan rasa terima kasih karena berkat tokoh tersebut kampungnya menjadi bebas dari penjajahan dan semakin makmur.
-
Di mana Tradisi Nadran Indramayu dilakukan? Pelaksanaan nadran digelar di Pantai Dadap, Indramayu.
-
Dimana letak Museum Wayang Jakarta? Ornamen budaya sangat kental terasa di Museum Wayang Jakarta, kawasan Kota Tua, Kota Jakarta Barat. Di sini pengunjung akan diajak melihat berbagai koleksi wayang lokal sampai mancanegara.
-
Bagaimana keragaman budaya di Indonesia menciptakan mozaik budaya yang unik? Dengan lebih dari 300 suku dan berbagai bahasa daerah, keberagaman ini menciptakan mozaik budaya yang unik.
Dia mengaku istrinya dan anak-anaknya tak mengikuti ajaran yang sama. "Di sinilah, Anda, saya tidak pernah dan tidak boleh memaksa siapa pun dalam berkeyakinan, semua kembali ke pribadinya masing-masing," katanya.
Sejauh ini, dia masih mampu bertahan dengan semua inti ajaran Dayak Indramayu itu. Namun, semuanya bukan tanpa godaan dan hambatan menjadi pengikut komunitas tersebut. Pekerjaannya saat berbaur dengan masyarakat pada umumnya masih mendapatkan penolakan. "Kalau bertani masih kering air, biasanya mulung, atau ikut jadi kuli," ujar Rosit berseloroh.
Baginya pasrah dan bersatu dengan alam lebih baik daripada para koruptor dengan segala keyakinannya dalam beragama. Tak memilih menyakiti sesama ciptaan, Ajaran Dayak Hindu Budha Bumi Segandu mengandung makna filosofi sebagai kekuatan hidup, dimana tak saling menyakiti tanpa menciptakan perilaku buruk dan menghormati perempuan sebagai istri maupun ibu dari anak-anaknya.
"Kita lihat di televisi, semuanya serakah dan korupsi dimana-mana," ujarnya.
Baca juga:
Harmoni di Desa Krimun
Ajaran hidup mengabdi untuk anak dan istri
Mengenal lebih dekat Masyarakat Dayak Indramayu
Kemolekan penari cantik 1.000 Barong Nusantara di Kediri
Melihat gaya kuno rumah adat Lampung di Negara Batin