PDIP, Golkar, dan Gerindra rebutan cawapres
Masih terbuka lebar buat Demokrat membikin kubu dengan kembali mengajak PAN,PKS,PKB, berkoalisi.
Pertarungan memperebutkan partai yang bisa diajak diprediksi akan ramai. Jika melihat hampir meratanya suara partai papan tengah dan tidak adanya partai yang sangat dominan, partai dengan suara menengah saat ini punya daya tawar yang sangat tinggi buat partai yang ngotot ingin mengajukan calon presiden.
Partai menengah bisa membangun koalisi dengan motornya Partai Demokrat dengan membawa gerbong koalisi saat pemerintahan SBY , minus Golkar . Tetapi, pertarungan akan berubah, apabila Golkar tidak jadi mencalonkan Ical atau Aburizal Bakrie menjadi capres dan hanya menargetkan Cawapres.
-
Kenapa FAPTI melakukan survei pilpres? FAPTI memandang penting untuk melakukan survei, guna memberikan gambaran kepada alumni perguruan tinggi terkait pilihan dan jenis isu yang dianggap penting oleh masyarakat. “Sehingga, para alumni dapat lebih bisa berkontribusi dalam hajatan nasional lima tahunan yang penting ini,” pungkasnya.
-
Apa itu Pil KB? Pil KB menjadi satu di antara beberapa jenis alat kontrasepsi yang umumnya digunakan oleh banyak orang untuk mencegah kehamilan. Pil KB sendiri bekerja dengan cara mencegah tubuh untuk memproduksi sel telur. Sehingga nantinya sperma tidak bisa membuahi sel telur. Alhasil, kehamilan pun tidak akan terjadi.
-
Apa itu PPPK? PPPK adalah singkatan dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Dengan kata lain, seorang warga negara Indonesia yang memenuhi syarat bisa diangkat menjadi pegawai pemerintah berdasarkan perjanjian kerja dalam jangka waktu tertentu.
-
Kapan PPK Pemilu dibentuk? Menurut peraturan tersebut, PPK dibentuk paling lambat 60 hari sebelum hari pemungutan suara.
-
Apa komitmen PKB terkait Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
“Golkar memang pintar, dia tidak rugi karena dengan menjadi juara 2, dia ngotot aja, kalau kalah orang partai lain butuh dia kok. Tapi bisa jadi ngotot aja, tarung cawapres, toh kalau kalah, siapa yang berkuasa akan butuh Golkar ,” kata Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya kemarin.
Berikut petikan wawancara Philips J Vermonte kepada Arbi Sumandoyo dan Alwan Ridha Ramdani soal prediksi meleset hasil perhitungan cepat lembaga survei pemilu legislatif dua hari lalu.
Kira-kira partai menengah mana yang akan dijadikan perebutan oleh PDIP , Golkar dan Gerindra untuk syarat pencapresan 20 persen?
Saya kira bahkan mungkin diantara partai besarnya akan jadi rebutan. Kan tergantung seberapa kuat keinginannya menjadi presiden. Apakah Aburizal Bakri benar fight menjadi capres atau apakah dia menerima menjadi cawapres.
Ketika dia merasa, dia atau Golkar peluang terpilihnya kurang kuat. Seperti Golkar akan menjadi partai yang dihitung-hitung juga. Kedua yang sudah pasti kuat keinginannya, PDIP dengan Jokowi dan Gerindra dengan Prabowo yang sudah kuat. Lalu ada Golkar kemudian ada Demokrat. Nah Golkar ini belum tentu maju, Golkar ini bisa jadi Cawapres aja.
Yang kedua, jika pertanyaannya apakah Demokrat memutuskan bikin camp, partai mana yang ditarik?. Kemungkinannya adalah, berkoalisi lagi dengan partai yang sudah di koalisi. Dia cari yang akan berat ke PDIP . PAN mungkin mau, PAN punya hubungan lebih dekat ke Demokrat. Nasdem kemungkinan akan ke PDIP . PKB juga kemungkinan akan ke PDIP . PPP punya sejarah dengan Megawati, tapi kemarin dia dengan Gerindra.
Nah Golkar ini mau kemana? Makanya Golkar jadi rebutan juga jika ada camp SBY . Ada banyak skenario yang mungkin, itukan hanya beberapa hal saja. Ini spekulasi saya saja.
Boleh dibilang, Golkar sama seperti sebelumnya sebagai penentu?
Iya kalau SBY bikin camp. Kalau SBY memutuskan dengan Gerindra ceritanya lain. Dia bawa gebung Gerindra PPP, bawa PKS dan bawa PAN .
Emang ada kemungkinan SBY akan bikin camp?
Saya enggak tau, saya kira nunggu 3 minggu lagi saat suara betul-betul sudah dikonversi menjadi kursi. Baru kelihatan beneran tuh, berapa sih kursinya. Kalau sekarang masih ngomong-ngomong doang. Makanya dua minggu ini mengamati perolehan kursi di bawah. Misalnya ternyata kursi PKB tidak sebanyak karena suaranya.
Masing-masing partai, seperti Golkar ngumunin capres, PDIP ngumumin capres, Gerindra umumin capres, akan ada berapa capres Pilpres nanti?
Itu yang tadi saya bilang, yang ngotot dua, enggak mungkin hanya satu pasang. Tapi kalau SBY bikin camp ada 4. Ya bisa 2,3,4 lah dengan perolehan suara dan partai-partai yang ada.
Kalau melihat kondisi saat ini, akan sangat berbeda ketika ARB masih ngotot mencalonkan diri sebagai capres?
Sekarangkan gini, Golkar memang pintar, dia tidak rugi karena dengan menjadi juara 2, dia ngotot aja, kalau kalah orang partai lain butuh dia kok. Tapi bisa jadi ngotot aja, tarung cawapres, toh kalau kalah, siapa yang berkuasa akan butuh Golkar .
Berarti akan terjadi tarik menarik siapa figur cawapres pendamping, Jokowi, Ical , Prabowo atau malahan mungkin nanti ada 1 pasang calon lagi?
Saya rasa pasar cawapres makin ramai dan juga sebenarnya pasar internal partai juga makin ramai. Kalau anda cek masa jabatan ketua partai akan ada yang habis. Kalau saya baca dinamikanya seperti ada dorongan lebih keras.
Artinya apa, kemungkinan koalisinya bisa jadi mereka menghitung ketua partai berikutnya dari partai yang berangkutan atau bisa saja sekarang karena kedepannya bakal beda. Saya kira itu dinamikanya.
Kalau semua partai berkumpul, artinya bahwa peluang partai-partai Islam gabung tidak mungkin. Arahnya bisa enggak partai islam berkumpul?
Alasannya untuk pencalonan mungkin aja tapi dengan catatan, saya rasa PKB enggak mau. Masalahnya kan pemilihan presiden bukan pemilihan partai. Tadi ada tambahan juga ya, Cawapres yang tiga memiliki hal yang tidak dimiliki Jokowi, bisa Islam, bisa non Jawa, bisa macem-macem.
Tapikan susah juga menentukan cawapres itu. PR partai Islam yang terbesar adalah menentukan calon sendiri. Tokoh partai Islam yang ada, apa yang bisa mereka calonkan. Mereka harus temukan.
Saya pernah ngomong saat survei dulu. Ketika figur seperti Prabowo, Jokowi populer, Popularitasnya naik, elektabilitasnya naik itu karena mereka bisa beresonansi dengan pemilih. Lebih liat kedepan, pemilih muda dan lain-lain, dan mereka Jokowi dan Prabowo ini dengan berbagai macam caranya bisa beresonansi dengan pemilih yang baru bukan muda.
Anda tahu, pemilih muda 60 persen umurnya di bawah 40 tahun, ini yang population yang kita punya. Sementara partai Islam, masih dengan jargon-jargon lama, sangat tradisional, tokohnya tua, dari dulu memang begitu tidak ada justmen pemilih yang berubah. Yang mereka punya sekarang warnanya hijau tua dan yang perlu dicari adalah hijau cemerlang, dan ini PR-nya belum ketemu.
Artinya walaupun partai hijau berkumpul, kalau mereka sulit mencari figur dari luar pun untuk bertanding dengan Jokowi atau Prabowo harus bekerja ekstra?
Iya saya kira iya. Mencari figur yang bisa beresonansi dengan kelompok hijaunya dan perlu juga penyesuaian dengan karakter pemilih. Ini harus mereka lakukan.
Artinya soliditas partai hijau untuk gabung masih jauh?
Saya enggak akan bilang itu jauh. Apakah nanti mereka mempunyai peluang untuk menang itu pertanyaannya. Kalau mereka berkumpul untuk menang atau koalisi bisa saja. Bentuk koalisi tujuannya untuk menentukan capres.
Baca juga:
Dosen UI nilai PDIP kurang bisa 'counter attack'
Di Banten, 62 TPS terpaksa gelar pemungutan suara ulang
Hatta: PAN bakal raup 8 persen, pintu koalisi terbuka lebar
KPU klaim tingkat partisipasi pemilih 75 persen
Ini catatan permasalahan Pemilu 2014 versi Bawaslu