Polisinya polisi itu saya
Saya tukang periksa polisi jadi saya polisinya polisi jadi kalau orang meragukan saya, ya salah
Nama Komisaris Jenderal Budi Waseso sudah hampir setahun ini sering disebut-sebut sebagai sosok perwira Polisi yang kontroversial. Buwas begitu Komjen Budi Waseso di dapuk menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal langsung bikin heboh. Bagaimana tidak, saat konflik antar Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Kepolisian Republik Indonesia sedang memanas, Buwas dituding sebagai biang dari kekisruhan.
Saat baru dilantik menjadi Kabareskrim, Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto langsung ditangkap karena memberi kesaksian palsu. Isu penangkapan BW sebutan buat Bambang Widjojanto kian liar. Tudingan kriminalisasi pimpinan KPK pun menjadi hangat diperbincangkan di media sosial. Namun dibalik itu Budi meluruskan isu tersebut. Sebagai anggota Bhayangkara, Buwas mengatakan menjalankan tugas sebagai layaknya penegak hukum.
Kontroversinya Komjen Budi Waseso tidak hanya sampai di situ. Kasus korupsi di PT Pelindo II membuat direkturnya, Richard Joost Lino murka. Kabar berkembang pencopotan Buwas menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional dinilai berbau politis. Apalagi Wakil Presiden Jusuf Kalla disinyalir mengintervensi kasus yang sedang ditangani oleh Bareskrim Mabes Polri. Namun Budi meluruskan soal isu tersebut. Dia mengatakan jika dirinya tidak mempunyai masalah dengan Jusuf Kalla.
"Saya kan sudah bilang berapa kali kalau prajurit Bhayangkara itu bagaimanapun harus tunduk dan taat kepada pimpinan apapun yang dinilai pimpinan yah sudah," katanya saat berbincang dengan merdeka.com di ruang kerjanya, Kantor BNN, Jakarta Timur, Rabu kemarin.
Lalu bagaimana penjelasan Budi Waseso soal isu mengenai dirinya?. Berikut penuturan Komjen Budi Waseso kepada Laurel Benny Saron Silalahi dan Mohammad Taufik.
Pencopotan anda sebagai Kabareskrim lalu pindah menjadi Kepala BNN apakah karena ada persoalan dengan Pak JK ?
Tidak saya tidak ada persoalan dengan beliau. Saya kan sudah bilang berapa kali kalau prajurit Bhayangkara itu bagaimanapun harus tunduk dan taat kepada pimpinan apapun yang dinilai pimpinan yah sudah. Gak usah dipermasalahkan, kalau kita marah-marah itu malah namanya kurang ajar. Orang udah tau kita ini anak buah, yah terserah aja lah. Kalau saya begitu orangnya makanya saya enjoy dan enak aja. Enggak ada beban,saya ikhlas. Udah bintang tiga kok gak nothing tulus.
Apakah anda melihat jika pemindahan itu karena mengusut kasus Pelindo ?
Saya tidak tahu yang jelas saya sudah bekerja semaksimal mungkin dan berupaya sebaik mungkin hasil tergantung pimpinan yang menilai masyarakat, yang merasakan masyarakat yang menilai pimpinan. Jadi kalau katanya pimpinan kamu harus segara pindah yah gapapa kan kita prajurit.
Setelah ditinggal anda, apakah kasus Pelindo akan terus diusut ?
Saya kira Pelindo akan tetap terkuak, karena data itu semua sudah ada dan saya sudah terbuka.
Waktu ramai-ramai masalah itu, apakah anda ditelpon JK untuk menghentikan penyelidikan, apa bener seperti itu ?
Tidak, saya bukan orang yang bisa di intervensi, misalkan ditanya itu hentikan, apa alasannya pak? Saya kalau diminta berhentikan kasus saya minta tertulis, senjata saya di situ, harus ada surat perintah, jadi saya gak salah. Prosesnya begitu memang.
Saat menjabat Kabareksrim dulu anda dinilai kontroversial, bagaimana tanggapan anda ?
Yah memang begitu, saya sebenernya bukan kontroversial yah, saya itu memegang teguh apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan saya dan sesuai dengan undang-undang. Opini di masyarakat seperti apa yah silakan saja itukan bebas mereka menilai saya dan itu bagus untuk koreksi sayakan, terlepas itu salah atau benar itukan koreksi buat saya. Yang kontra sama saya kan tetep menginginkan saya baik, yang pro sama saya mereka pasti menilai saya baik. Yang kontra itu buat evaluasi saya, berarti kerja saya masih kurang, cara menilainya seperti itu. Jangan kita dongkol kalau ada yang kontra karena mungkin ada benarnya. Jadi berpikir positif saja. Jadi enteng.
Saat anda menjadi Kabareskrim banyak yang menilai ada kubu-kubuan di Mabes Polri, apa memang seperti itu ?
Saya rasa tidak, tidak ada kubu-kubuan. Menurut saya kalau di Mabes Polri itu di kala Wanjakti, seperti kemarin sebelum memilih saya, mereka membicarakannya terlebih dahulu. Tentunya penilaian di masing-masing Wanjakti yang ikut itu punya pemahaman sendiri-sendiri. Apakah dia pantas ditaruh sini apakah bisa ditaruh sini. Itukan prosedurnya seperti itu, dan itu wajar. Jadi melalui penilaian semua.
Penilaiannya itu seperti apa ?
Jadi gini, di TNI dan polri itu gini penilaian kriteria seseorang itu dilihat dari kacamata banyak aspek yang dilihat, bisa dari kinerja, kayak apa nih kira-kira kerjanya. Dari rekam jejak dia bekerja itu dilihat, oh ternyata bagus semua, kemudian sistem pendidikan persyaratan lainnya, itu nanti dilihat semua. Terus kompetensinya dilihat persentasenya mana yang paling dominan selama dia bekerja.
Banyak yang menilai, bahwa peran Budi Gunawan sangat besar ketika anda menjabat Kabareskrim, apa benar demikian ?
Saya rasa tidak. Tapi kalau dekat dengan pak Budi Gunawan itu memang betul karena saya anak buahnya. Masa anak buah harus jauh sama pimpinan, kan lucu kalau anak buah jauh sama pimpinan jadi harus dekat dong. Makanya dikala uji kelayakan dan kepatuhan, saya diminta menyiapkan bahan sama beliau yah wajar dong orang saya stafnya. Terus dikala mengawal beliau saat uji kelayakan dan kepatuhan di DPR, yah wajar. Dikala saya ngambek ngambek membela beliau itu wajar sebagai anak buah karena melihat ketidakadlian kan begitu. Tapi kalau peran beliau membela saya paling-paling sebatas bagaimana beliau membela saya. Waktu saya dibilang teriak pengkhianat nah itu beliau menjelaskan kenapa saya marah-marah teriak penghianat itu beliau menjelaskan. Nah model saya terbuka memang orangnya tidak ada yang ditutupi, saya tidak suka saya bilang tidak suka.
Lalu, saat anda menjadi Kabareskrim itu kabarnya banyak Jenderal-Jenderal pada tidak suka, karena anda dianggap tidak berprestasi ?
Oh jangan salah, Kapespim itu lebih dari grade A. Kasespim itu biasanya Polda tipe A, baru menjabat Kasespim. Saya justru langsung Kasespim duluan, karena saya sudah masuk grade utama, waktu itu saya dosen utama. Jadi sudah grade-nya Kapolda tipe A. Makanya saya bisa menjabat Kabareskrim dan itu sah-sah saja. Orang saya sudah melebihi Kapolda tipe A kok. Kasespim itu sejarahnya di mana-mana awalnya pasti dari Kapolda grade A dan beberapa kali Kapolda Metro, bahkan ada yang dari Kasespim jadi Kapolri. Pak Roesdiharjo itu Kasespim langsung Kapolri
Sayakan pasti tidak otomatis jadi kabareskrim ada pertimbangan dari Wanjakti. Dulu orangkan meragukan saya terus meragukan ini apa ini? Yang mana orangnya nih Budi waseso?. Karena saya pernah jadi penyidiknya. Penyidik kan saya di propam, 8,5 tahun saya tukang meriksa polisi jadi saya polisinya polisi jadi kalau orang meragukan saya, ya salah.
Yang menangkap Susno Duadji itu anda ?
Saya yang nangkap. Waktu saya masih Kombes nangkap bintang tiga. Jadi waktu itu memang perintah, perintah tugas.
Bagaimana perasaan anda waktu itu ketika menangkap Susno Duadji dan dia masih aktif sebagai kabareskrim ?
Jadi waktu mau nangkap di bandara itu saya bertemu beliau di ruang tunggu. Saya bilang kedia pak mohon ijin, bapak mau ke Singapura? Waktu itu beliau mengelak, dia bilang hanya jalan-jalan di bandara. Saya bilang sama beliau mana ada jendral jalan-jalan di bandara enggak ada itu pak. Saya sudah tau pak, bapak beli tiket pesawat duakan satu pesawat Garuda satunya lagi Singapore Airlines. Saya sudah ambil pak, tiket bapak dan paspor bapak, nih paspor bapak. Udah pak bapak kembali saja ke Mabes.
Beliau bilang, mana surat perintah Kapolri menangkap saya. Saya jawab sama beliau, lisan saja ini sudah surat perintah pak saya bilang gitu. Jadi bapak harus kembali menghadap Kapolri. Kata beliau sama saya, eh kamu tau gak lima menit bisa berubah, saya bilang satu detik saja bisa berubah pak.
Artinya 5 menit bisa berubah ?
Jadi gini waktu itu kan beliau jadi kapolri sangat besar, makanya beliau bilang 5 menit bisa berubah, saya bilang satu detik juga bisa berubah, besok bapak jadi Kapolri bapak mau pecat saya, saya siap. Tapi ini sekarang matahari satu pak, pak BHD (Bambang Hendarso Danuri). Bapak harus menghadap Kapolri, kembali pak. Beliau bilang kalau saya tidak mau? Saya paksa pak, kamu berani paksa saya? Dia mengancam seperti itu, dengan lantang saya bilang iya.
Ini bener saya bilang seperti, kalau tidak percaya saksi hidupnya itu Kapoltabes Makasar itu anak buah saya, waktu itu dia narik-narik tangan saya, narik baju saya, takut saya menangkap paksa pak Susno.
Bagaimana akhirnya dia mau ikut anda ?
Waktu itu dia turun ke bawah mau ke kamar mandi, pintunya saya tutup, saya jaga dari luar, sampai pesawat dia berangkat. Setelah dia keluar saya bilang pak pesawat bapak sudah mau berangkat bapak sudah tidak bisa ke mana-mana lagi, bapak mau jalan kaki ke Singapura, lalu saya bilang saya permalukan bapak karena bapak yang minta atau bapak mau mengikuti saya. Akhirnya dia mau ya sudah berangkatlah ke Mabes Polri menghadap Kapolri.
Tapi habis itu saya dimarahi sama pati-pati polri, barisan bintang marah semua karena itu namanya pelecehan. Saya bilang ini perintah kalau perintah saya laksanakan apapun resikonya. Itulah sebagai prajurit itu harus taat dan tunduk pada pimpinan. Pegang teguh, yang tanggung jawabkan pimpinan. Saya begitu orangnya. Makanya kalau pimpinan bilang tindaklanjuti itu saya tindak. Level saya bukan level yang ece-ece, bukan yang kecil-kecil. Harus yang beresiko.
Baca juga:
Rehabilitasi pengguna narkoba jadi celah korupsi
Saya jadi Kabareskrim saja banyak yang pusing apalagi Kapolri
Kantor RJ Lino saya ubek-ubek itu karena ada pelakunya
Bandar narkoba harus dimiskinkan
-
Mengapa Budi Waseso berpendapat Pramuka penting? Pasalnya, kata dia, kegiatan Pramuka sudah ada dari zaman kemerdekaan Indonesia. "Kalau kita bicara Pramuka jangan hanya sekarang. Artinya, itu harus berawal dari sejarah. Dari zaman kemerdekaan, sebelum kemerdakaan Pramuka itu sudah aktif dan sudah ada. Dulu namanya pandu-pandu disatukan jadi Pramuka.
-
Siapa yang diminta Budi Waseso untuk mencabut aturan Pramuka? Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka, Budi Waseso meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mencabut aturan yang yang mencabut Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
-
Bagaimana menurut Budi Waseso, Pramuka seharusnya diterapkan? "Oleh sebab itu, mungkin kemarin Permen (Permendikbud) itu menurut saya harus dicabut. Karena kalau kita memulai dari itu ya kita harus scr keseluruhannya harus ada izin keppres-nya enggak. Artinya, tidak serta merta hanya melalui keputusan menteri," jelasnya.
-
Apa permintaan utama Budi Waseso kepada Menteri Nadiem? Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka, Budi Waseso meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mencabut aturan yang yang mencabut Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
-
Siapa yang menjenguk Budiono? Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekandar, menjenguk dan memberi bantuan sembako serta kasur untuk Budiono.
-
Siapa Lettu Soejitno? Lettu R.M. Soejitno Koesoemobroto lahir di Tuban pada 4 November 1925. Ia merupakan putra R. M. A. A. Koesoemobroto, bupati Tuban ke-37. Semasa hidupnya, ia mengalami tiga zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan RI.