Setiap menit teror bully terjadi
Harus secara eksklusif memasukkan konsep kurikulum anti-bullying itu.
Pencegah perilaku bullying pada anak memang membutuhkan peran semua pihak. Agar warisan aksi kekerasan tersebut bisa dicegah, keluarga, tetangga, teman, guru, bahkan pemerintah harus dilibatkan untuk menghentikan bully. Pemerintah misalnya, harus memperbaiki sistem pendidikan agar berbasis anti bully.
"Kita sudah sering diskusikan. Namun implementasinya di lapangan belum berjalan dengan baik. Kita sisipkan sistem pendidikan dengan basis akhlak," ujar ketua Semai Jiwa Amini (Sejiwa) Retno Wahyuni kepada merdeka.com di Jakarta pekan lalu.
Namun menurut dia tidak cukup dengan kurikulum saja. Untuk pengawasan anak didik tak cukup dengan badan penyuluhan (BP) atau sejenisnya. Dia mencontohkan di Bekasi, Jawa Barat, ada mitranya anak korban bullying masih kurang dapat perhatian dari gurunya.
"Ada kasus juga gurunya tak percaya dengan aduan muridnya sendiri, kurang bijak," kata Retno. Dia menambahkan harus secara eksklusif memasukkan konsep kurikulum anti-bullying itu. "Tak cukup dengan pendidikan agama saja," kata Retno.
Pada dasarnya seorang anak yang diidentifikasi sebagai pelaku atau korban bullying sebenarnya bisa dibilang kurang bahagia. Anak secara psikis tidak puas, kemudian mencari perhatian, dan harus menumbuhkan sikap menghormati, menghargai sesamanya.
"Setiap menit aksi bullying terjadi Indonesia, ini sudah masalah nasional," katanya menegaskan.
Retno dan Lembaga Pemerhati Bully itu ikut menyuarakan aksi bullying kepada dunia internasional. Melalui konsultasi Asean tentang hak asasi manusia dan hak anak.
Khusus orang tua terdapat beberapa faktor pola untuk menghindari dampak aksi bully dari berbagai sudut, misalnya mengembangkan rasa percaya diri anak. Sebab, dia melanjutkan, faktor anak menjadi korban bullying adalah kurang memiliki rasa percaya diri.
Berikutnya ajari anak menjadi pemberani. Artinya, jika ada suatu pelanggaran maka dia berani membantahnya. Pastikan hubungan terjalin selalu terbuka secara pikiran dengan anak. Terpenting besarkan anak di lingkungan penuh cinta.
"Semuanya harus ikut serta menghentikan adanya aksi bullying," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kepada merdeka.com saat dihubungi melalui telepon selular.
Pemerintah, lingkungan pendidikan, dan keluarga punya peran masing-masing untuk menangkal aksi bullying. Bukan tak mungkin masa depan negara ditentukan dengan pendidikan akhlak dengan bibit pendidikan baik anak-anak. Apalagi secara agama dan sosial, anak memang rentan terhadap aksi bullying.
Di Indonesia, pengaduan ke KPAI paling banyak menyangkut aksi bullying. KPAI mencatat sampai Agustus 2014 terdapat 369 pengaduan terkait dengan masalah membelit anak-anak Indonesia sendiri. Kasus tersebut sebagian besar pada dunia pendidikan sebanyak 1.480 kasus.
Sementara lembaga di bawah pemerintah itu menyebut bullying mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, atau aduan pungutan liar di sekolah. "Bullying karena pola dan sikap negatif yang berakumulasi. Semuanya punya tugas dan fungsinya masing-masing," kata Ulfa.