Tangkap santoso, Polisi harus minta bantuan TNI
"Pelatihan yang diberikan kepada Densus 88 terfokus pada aksi terorisme di kota, bukan di hutan," ujar Sidney Jones
Upaya untuk menangkap menumpas jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah terus dilakukan. Namun hingga kini, sosok gembong teroris paling dicari itu belum bisa ditangkap. Operasi dengan sandi Camar Maleo untuk memburu keberadaan kelompok peneror itu pun belum membuah kan hasil. Kini, ada operasi baru bernama Tinombala untuk memburu keberadaan Santoso dan kelompoknya di Poso.
Kabarnya, keberadaan operasi ini telah mengepung Santoso dan kelompoknya di Poso. Jalur biasa digunakan untuk mengirim logistik kelompok ini juga telah ditutup. Santoso dan kelompoknya dalam kondisi terdesak. Namun menurut pakar dan peneliti terorisme di Asia Tenggara dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones, letak keberadaan Santoso di hutan Poso makin menyulitkan untuk memburu jaringan peneror ini.
Menurut Sidney, sulitnya operasi penangkapan Santoso, bisa jadi juga karena penanganan terorisme di bawah Detasemen Khusus 88 masih dianggap belum memenuhi harapan. "Kalau kita lihat latihan yang dikasih kepada Densus misalnya, semuanya terfokus pada terorisme di kota, tidak di hutan," ujar Sidney Jones saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis kemarin.
Berikut petikan wawancara lengkap dengan Sidney Jones kepada Achmad Fikri Faqih dari merdeka.com.
Bisa Anda jelaskan sejarah kehadiran terorisme di Indonesia?
Ada (teroris) kalau kita lihat pembajakan Woyla pada tahun 81 (Operasi Woyla 1981), kemudian kalau kita lihat terorisme yang terjadi pada tahun 70-an ada yang namanya Teror Warman, lalu ada juga pemboman satu bioskop pada tahun 1975, jadi bukan sesuatu yang baru sebetulnya.
Apa Santoso masih mengendalikan jaringan yang ada di Jawa?
Dia tidak mengendalikan, dia terpisah. Karena dia terpaksa tinggal di hutan, dan sekarang dilingkari oleh tentara dan Polisi. Tidak bisa ke mana-mana. Walaupun dia dilihat sebagai hero (jagoan) oleh banyak jihadis di daerah-daerah lain, tetapi mereka bisa bergerak sendiri tidak perlu perintah dari dia.
Mana saja yang terhubung dengan jaringan Santoso?
Yang ada hubungan antara dia dengan suatu kelompok di Bima, dengan satu kelompok di Makassar dan ada alumni dari jaringan dia yang sudah masuk di Jawa, tetapi dia bukan komandan mereka. Komandan mereka ada di Jawa, atau sekarang ini ada di Suriah kalau kita lihat yang pro-ISIS.
Ada kabar jaringan teroris asing masuk ke dalam jaringan Santoso?
Bukan, yang ada orang Uighur. Mungkin ada dua orang Uighur yang tetap ada sama dia. Tetapi itu bukan seperti banyak orang asing di Indonesia. Yang terjadi, sekitar akhir tahun 2013 atau awal 2014, kelihatannya ada semacam kesepakatan antara orang Indonesia yang sudah ada di Suriah sama ISIS, dengan orang Uighur yang ada di Suriah sama ISIS untuk menambah pasukan Santoso dengan menyalurkan orang Uighur yang dari Xinjiang, China mau ke Kuala Lumpur untuk naik pesawat ke Turki. Ada yang di Kuala Lumpur yang dengan sengaja, seperti diarahkan ke Poso. Tetapi tidak banyak dan tidak seolah-olah semacam banjiran orang ke Indonesia, hanya segelintir orang.
Apakah tetap ada hubungan?
Ada hubungan. Tetapi hubungannya adalah antara Santoso dengan orang Indonesia alumni Santoso yang ada di Suriah. Dan kesepakatan orang itu di Suriah sama orang Uighur di sana. Jadi saya menduga bahwa ada orang Uighur yang ditemukan di Kuala Lumpur dan diarahkan ke Poso sebenarnya tidak tahu apa-apa sebelumnya, bahwa mereka akan dikirim ke Poso.
Bagaimana cara Santoso berkomunikasi dengan jaringan teroris Indonesia bergabung dengan ISIS di Suriah?
Biasanya dengan aplikasi WhatsApp atau Telegram.
Menurut Anda apa yang membuat Santoso sulit untuk ditangkap?
Saya kira ada beberapa faktor. Pertama bahwa dia berada di hutan bukan di kota. Kalau kita lihat latihan yang dikasih kepada Densus misalnya, semuanya terfokus pada terorisme di kota, tidak di hutan. Kalau Polisi ingin betul-betul mendapat Santoso di hutan harus minta bantuan dari TNI. Polisi agak enggan dulu mengajak TNI bekerja sama karena mereka khawatir kalau TNI akan mengambil alih operasi mereka, jadi tinggal Jokowi datang menjadi presiden dan memberikan perintah kepada Polisi bahwa mereka harus kerja sama dengan TNI. Akhirnya ada semacam perkawinan paksa TNI dan Polisi, tetapi itu pun sampai saat ini belum bisa menangkap Santoso, saya kira dia menguasai satu daerah hutan dan bisa pindah-pindah ke situ, tetapi baik Polisi maupun TNI yang saya ketemu yakin bahwa logistik Santoso makin kurang. Dan mungkin akhirnya dia akan menyerah atau mungkin ada orang lain akan cari jalan keluar.
Jalur logistik untuk Kelompok Santoso bukannya sudah di lumpuhkan?
Bukan diputus tetapi hanya dikurangi.
Bagaimana Santoso dapat bertahan?
Karena tidak terputus justru, pasti ada jalur belakang di mana mereka bisa dapat sesuatu. Tetapi jelas sekarang akan lebih sulit.
Artinya hanya berkurang intensitas pengiriman logistik ke Santoso?
Iya, dan saya kira banyak tergantung pada uang. Sedangkan di Indonesia kalau ada uang bisa bayar untuk apa saja. Kalau Santoso berhasil mendapatkan uang yang cukup banyak melalui orang di Suriah yang kirim ke Indonesia dan berhasil mengirim kepada dia untuk membeli banyak hal. Dan ada kemungkinan bahwa dengan membayar orang lokal mungkin masih ada yang bisa disusupi kepada dia.
Dari mana sumber dana untuk aksi Santoso?
Dari Suriah. Tetapi pasti ada dari yang lainnya. Misalnya dari teman-teman yang ada di Jawa atau Bima.
Kemudian soal dari mana asal pendanaan jaringan terorisme di Indonesia?
Sebenarnya itu gampang untuk mereka. Kalau kita lihat teroris yang bergerak sekarang ini, semakin banyak punya ikatan ke organisasi lama. Misalnya senjata yang digunakan untuk bom Thamrin atau aksi Thamrin, senjata itu sebetulnya milik kelompok di Banten yang dulu ikut dalam pemboman Kedutaan Australia pada 2004, tinggal Muhammad Ali dari pelakunya yang bisa ke Nusa Kambangan bertemu dengan Rois yang menjadi Koordinator Lapangan pemboman Kedutaan Australia pada 2004. Jadi Rois yang kasih tahu di mana itu senjata. Ini ada orang yang harus dihubungi untuk dapat senjata. Jadi dua senjata itu tidak senjata baru, tetapi sudah lama disimpan di sana.
Artinya jaringan lama yang sudah dianggap mati, sebenarnya masih bergerak dan bergerilya?
Iya. Sebetulnya kelompok lama itu tidak pernah mati. Dan selalu ada proses regenerasi atau ada yang misalnya Rois ditahan di Nusa Kambangan, tetapi adiknya atau sepupunya bisa ketemu sama dia dan bisa kasih lagi semangat baru kepada teman-temannya. Kalau kita lihat saat ini siapa yang pro-ISIS dan mau melakukan kekerasan di Indonesia, banyak yang punya hubungan dengan kelompok lama, JAT atau DI/TII dari zaman dulu atau misalnya Ring Banten yang ikut pada 2004 dan ikut dalam sebelumnya dalam bom bali jadi ada macam-macam.
Banyak yang mempertanyakan penangkapan Santoso lebih lama ketimbang Noordin M Top M Top dan Azhari, bagaimana pandangan Anda?
Lihat Noordin M Top, dia bisa berhasil bergerak dari tahun 2001 waktu dia pertama kali datang ke Indonesia, baru ditangkap pada 2009. Dan pada waktu itu dia meledakkan bom Marriot pada 2003 dan Kedutaan Besar Australia pada 2004, banyak orang tanya persis seperti Santoso sekarang. Kok kenapa Santoso begitu lama? Sedangkan Noordin M Top bisa bergerak. Dan jawabannya bukan Polisi dengan sengaja membiarkan dia bergerak, sama sekali tidak. Tetapi jaringannya begitu kuat dan banyak orang bersedia menolong dan menyembunyikan dia. Apalagi kalau Noordin M Top sering pakai perempuan, jadi dia punya istri di sini, istri di sini, istri di sini dan mereka bisa menyembunyikan dia. Noordin M Top juga tidak cepat ditangkap, delapan tahun. Bayangkan.
Apakah Santoso mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar?
Pasti ada dukungan di sekitar Poso pesisir situ. Tanpa dukungan dari masyarakat lokal pasti tidak bisa bertahan. Saya kira ini kembali akibat konflik Poso zaman 2001.