Ustadz Das'ad Latif Ingatkan Polisi dan TNI Jangan sombong, Sama Istri Saja Takut
Ustadz Das'ad Latif menyoroti sifat sombong yang ada di berbagai kalangan, termasuk di antara polisi, TNI, dan para pendakwah.
Ustadz Das'ad Latif sering kali menghibur audiens dalam setiap ceramahnya dengan humor yang cerdas, terutama mengenai tema kesombongan. Dalam kesempatan kali ini, ia mengajak para jemaah untuk merenungkan hal-hal yang benar-benar patut dibanggakan dalam hidup. Dengan cara penyampaian yang khas, Ustadz Das'ad Latif berhasil menciptakan suasana ceramah yang ceria dan menyenangkan, sehingga membuat para pendengarnya merasa nyaman dan terlibat.
Di dalam tayangan tersebut, Ustadz Das'ad Latif membuka dengan sebuah pertanyaan retoris yang menarik perhatian. Ia bertanya, "Apa yang kamu sombongkan?" dan memberikan contoh tentang seorang Kapolres yang merasa bangga menjadi orang yang penting hanya karena mendapatkan perhatian dari Kapolri.
Ustadz Das'ad kemudian melanjutkan dengan candaan yang menyiratkan bahwa kesombongan seperti itu tidak memiliki dasar yang kuat dan dapat menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan kemampuan serta akhlak yang baik.
“Kapolres mau sombong bisa jadi Kapolres karena dia disenangi Kapolri, kalau tidak, selesai dia,” ungkap Ustadz Das'ad Latif dengan nada humoris, seperti yang dikutip dari ceramah yang ditayangkan di kanal YouTube @ANJABI.CHANNEL.
Candaan tersebut berhasil mengundang tawa dari para jemaah yang hadir. Dalam kesempatan itu, Ustadz ini juga mengingatkan bahwa jabatan dan status sosial seharusnya tidak membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain, melainkan harus diimbangi dengan sikap rendah hati.
Kesombongan Sering Kali Muncul Tanpa Alasan yang Jelas
Ustadz Das'ad juga mengkritik para penceramah yang seringkali merasa bangga ketika banyak orang yang menyaksikan mereka.
"Oh Das'ad, jangan kau sombong, kau bisa jadi penceramah karena ada yang nonton. Coba kalau saya ceramah di sini tidak ada yang nonton, dua jam berapi-api, lewat paling jemaah bilang sudah lama sekali itu ustadz," ujarnya sambil tertawa.
Dalam sesi ceramah tersebut, ia menekankan bahwa kesombongan sering kali muncul tanpa alasan yang jelas. Ustadz Das'ad mengajak semua orang untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada yang berhak merasa lebih unggul dari yang lain hanya berdasarkan posisi atau prestasi yang dicapai.
"Eh, PJ (pejabat) Anda tidak boleh sombong. Tapi inilah manusia paling beruntung, tidak perlu beli partai, tidak perlu pasang baliho, tidak boleh sombong," dia menambahkan.
Pernyataan tersebut membuat jemaah semakin terhibur, karena mereka merasa terwakili oleh humor Ustadz Das'ad yang mengomentari pejabat-pejabat yang biasanya memiliki ambisi tinggi untuk dikenal. Selanjutnya, Ustadz Das'ad melanjutkan guyonan mengenai tentara.
"Pak Kapolres, tidak ada boleh sombong, TNI juga jangan sombong," ucapnya.
Ia menegaskan bahwa kesombongan tidak hanya dimiliki oleh pejabat sipil, tetapi juga bisa ditemukan di kalangan militer, meskipun sering kali ada ketakutan yang tidak disadari di balik sikap tersebut.
Mengapa TNI Merasa Takut Pada Istri?
Ustadz Das'ad dengan gaya humorisnya menggambarkan ketakutan para tentara terhadap istri mereka.
"Paling takut sama istrinya," kata dia yang membuat jemaah tertawa dan menciptakan suasana ceramah yang lebih hangat dan akrab. Ia melanjutkan,
"Kalau saya pak, tidak pernah saya takut sama istri pak. Tidak ada orang Bugis takut sama istrinya, Pak. Cuma orang Bugis, istrinya lebih berani," sambil tertawa. Melalui pernyataan ini, Ustadz Das'ad menunjukkan keunikan budaya masyarakat Bugis yang dikenal dengan karakter kuat dan mandiri.
Dengan guyonan tersebut, ia tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang kerendahan hati. Menurutnya, kesombongan adalah penghalang untuk menjalani hidup yang bermakna.
Ia mengajak semua orang untuk menyadari bahwa setiap individu, tanpa memandang jabatan atau status, memiliki kedudukan yang setara di hadapan Tuhan. Gaya humor yang digunakan dalam ceramah ini berhasil menarik perhatian dan membuat jemaah merasa lebih terlibat.
Ustadz Das'ad memanfaatkan humor sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral yang dalam. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang ringan dapat menjadi cara yang efektif dalam berdakwah. Pesan yang disampaikan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama di era yang kompetitif ini. Banyak orang terjebak dalam kesombongan akibat prestasi yang mereka capai, tetapi Ustadz Das'ad mengingatkan bahwa kesombongan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak hubungan dengan orang lain.
Di akhir ceramahnya, ia menekankan pentingnya bersyukur atas apa yang dimiliki. Dengan sikap sederhana dan kerendahan hati, hidup akan terasa lebih bermakna. Pesan ini mengajak jemaah untuk menjauhi sifat sombong dan lebih fokus pada hal-hal yang lebih esensial dalam hidup. Dengan cara yang menyentuh dan menghibur, Ustadz Das'ad Latif mendorong setiap orang untuk melakukan introspeksi diri.
Humor yang disampaikan bukan sekadar lelucon, tetapi sarat akan makna yang mendalam. Ceramah ini menjadi contoh bagaimana dakwah dapat dilakukan dengan cara yang ringan namun tetap penuh hikmah. Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul